25. Penolakan

41 16 1
                                    

"Apa lagi? Lo nggak dengar gue bilang apa? Gue nggak mau, PR buat besok masih banyak. Nggak ada faedahnya juga jalan malam-malam gini sama lo. Mending lo pergi, atau--" Maramma berhasil memotong ucapan gadis di depannya.

Saat ini, di bawah langit yang menggelap, dirinya berada di depan pagar rumah Shaula. Sama dengan posisi sore tadi. Sedangkan gadis di depannya itu, terlihat tidak suka akan kedatangannya.

Shaula benar-benar berbeda. Tidak seperti para penggemarnya di sekolah yang berbondong-bondong ingin dekat dengannya.

Lihat gadis ini, baru saja ia menolak ajakan date bersama seorang Maramma.

"Shaula, lo memang belum 'iya'in. Sekarang gue ulang lagi. Lo, mau jadi pacar gue?"

Untuk beberapa saat, Shaula dibuat bergeming akan penuturan cowok itu. Air muka Maramma terlihat serius, sedangakn Shaula masih menatapnya dengan skeptis.

Dengan satu tarikan napasnya ia menjawab, "Nggak."

Kemudian, Shaula mengunci pagar rumahnya dan meninggalkan Maramma di depan. Sendirian.

Oh, tidak. Bertiga. Dengan motor beserta bayangannya.

Maramma memijat pangkal hidungnya dan segera kembali mengenakan helm. Menyalakan mesin motor dan pergi. Dalam perjalanan pulangnya, ditemani pikiran yang berkecamuk.

Sedangkan Shaula, kembali duduk di depan meja belajarnya. Barusan ia sempat mengelak, tentang Bunda yang menanyakan ada perlu apa Maramma kembali lagi pada malam hari begini.

Klub Art

Bu Shila: Selamat malam, anak-anak. Dikarenakan sabtu besok, Ibu dan Bapak Pramono akan menghadiri acara yang berhubungan dengan sekolah. Jadi, ekskulnya kita majukan saja, ya. Besok siang, setelah sholat jumat. Terima kasih...

Rani: Baik Bu...

Shaula: Iya Bu

Gina X IPA 4: O-oo-w i-yaa-h^ Bby

Gina X IPA 4: Bu*

Aldo X IPS 2: ^anak rp. @Bu Shila iya Bh

Rinda IX IPA 6: SIAP

Aldo X IPS 2: Bu* astaghfirullah keyboard saya typo-nya jelek bngst

Maramma: Hm

Aldo X IPS 2: Bngt*

Shaula berusaha menahan tawa membaca ketikan adik kelas tersebut. Gadis itu kembali mematikan ponsel dan melanjutkan mengisi jawaban soal.

Keesokan harinya, Hoku, Janus dan Yerikho saling melempar pandang ketika melihat wajah tak bersemangat dari Maramma. Walaupun, sama-sama terlihat datar seperti sedia kala, namun tetap saja auranya berbeda.

"Hoku, Janus, Yerikho, jangan bisik-bisik terus, perhatikan ke depan," teguran Bu Mima membuat Maramma menoleh ke belakang. Tetapi ketiga temannya itu, pura-pura tak melihatnya.

Saat di kantin pun, masih sama. Maramma tampak tak peduli akan sekitarnya.

"Pesan apa, Ram?" tanya Hoku

"Samain aja."

Hoku menyengir menampilkan deretan gigi putihnya, "Lo yang bayar, ya?" Maramma hanya berdeham menanggapi.

Tiba-tiba dua orang cewek datang dan duduk bersama di meja mereka. Air muka Janus tampak gugup, semoga saja Larissa cepat datang ke sini, sebelum Vega memulai pembicaraan padanya.

"Jadi cowok nggak modal banget, deh, lo?" Mahina memandang sengit Hoku.

"Udah-udah. Kalian mau pesan apa, biar bareng datangnya," lerai Yerikho. Mahina dan Vega mengangguk, mengikuti pesanan mereka.

LEGIO [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang