17. Jarak

50 17 1
                                    

"Ram, lo kenapa, sih? Sumpah, akhir-akhir ini lo selalu menghindar dari gue," Maramma tidak menggubris celotehan Mahina, sedari ia turun dari motornya di parkiran sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ram, lo kenapa, sih? Sumpah, akhir-akhir ini lo selalu menghindar dari gue," Maramma tidak menggubris celotehan Mahina, sedari ia turun dari motornya di parkiran sekolah. Sebuah kesialan baginya, pagi-pagi sudah dihadiahi hal seperti ini.

"Mahina, diam."

Lagi, hanya membuat Mahina mendengkus kesal. Ia pikir, sejak Maramma kenal dengan seorang cewek dari kelas sebelah, sikap cowok itu berubah padanya. Tidak ada lagi Maramma yang selalu membantunya dalam menyelesaikan tugas atau bahkan menjelaskan materi yang belum sempat ia pahami.

Hampir dua tahun, Mahina tak kunjung mendapatkan hatinya.

"Nanti gue pinjam buku lo, ya? Tiga hari kemarin kan, gue nggak masuk," ujar Mahina. Gadis itu berusaha mensejajarkan langkah lebar Maramma.

"Pinjam sama Yerikho," balas Maramam, acuh tak acuh.

Keduanya kini sama-sama menapaki koridor yang cukup ramai, karena siswa-siswi yang baru saja berdatangan.

"Ramma!" Mahina menghalangi jalan Maramma. Dia berada di depan cowok tinggi berkulit putih tersebut, sembari mengeratkan pegangannya pada tali ransel.

Maramma berdecak, ia menerobos lewat tubuh Mahina yang lebih pendek darinya. Banyak pasang mata yang melihat itu. Ada juga beberapa yang membicarakan bahwa mereka terlihat sangat cocok.

Mahina dan Maramma.

"Ramma," Mahina memegang lengan kekarnya sesaat cowok itu baru saja meletakan ranselnya di atas meja.

Bukan Maramma namanya kalo tidak pernah menatap tajam dan dingin jika terlihat kesal. Dengan gerakan cepat, ia menepis tangan Mahina yang menempel pada lengannya.

"Mahina," suara panggilan itu membuat sang punya nama menoleh. Mendapatkan sosok cowok bermata sipit melangkah mendekat ke arahnya, di meja Maramma.

Yerikho tampak tersenyum simpul. "Udah sehat?" tanyanya, beniat basa-basi.

Yang ditanya memutar bola mata sinis, telihat tidak suka. "Menurut, lo? Ya udah, lah, makanya gue masuk," kemudian Mahina mengalihkan pandangannya lagi pada Maramma.

Yerikho mengangguk dalam artian balasan, lalu duduk di bangku belakang Maramma. Cowok itu membuka beberapa buku pelajarannya.

"Ramma, gue cuma pinjam dua buku, kok. Sisanya gue udah pinjam sama Vega," terang Mahina sembari tersenyum manis. Berbeda saat berbicara dengan Yerikho barusan.

Maramma tidak mempedulikannya. Lagi-lagi membuat Mahina mengembuskan napas pelan, mencoba untuk bersabar. Baginya, Maramma seperti besi yang susah dilelehkan, jika bukan dengan cara yang cukup keras.

Selang beberapa detik, Maramma membuka suara. "Buku apa?" Tentu saja pertanyaan itu menciptakan rasa riang dalam hati Mahina.

"Sejarah sama Matematika," jawab Mahina dengan antusias.

LEGIO [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang