4. Anantadewa

107 29 8
                                    

Don't forget to follow and votes! Karena itu semua, gratis:)

***
Berniat ingin ke toilet, tetapi sialnya Maramma bertemu dengan Mahina. Membuat langkahnya terhenti di lorong.

Berbicara dengan Mahina tidak ada habisnya. Maramma enggan sekali dengan cewek itu. Dia selalu meminta bantuan Maramma masalah pelajaran. Maramma pun tahu, bukan itu yang sebenarnya Mahina inginkan. Ia hanya mau mendekati Maramma.

"Masa lo nggak mau sih, Ram?" Mahina memasang wajah sok sedih. Ia sedikit mendongak untuk menatap manik cokelat cowok di depannya. Maramma, jauh lebih tinggi.

Maramma berdecak pelan. Dia menghela napas panjang sembari memasukan satu tangan kirinya ke dalam saku celana. "Beberapa kali lo minta seperti ini. Beberapa kali gue turutin dan gue ajarin. Sekarang, minta lagi?" Cowok itu mengerutkan keningnya. "Apa gunanya otak." Dengan sengaja, Maramma menoyor pelan kening Mahina dengan jari telunjuk tangan kanannya.

Tujuannya yang hendak ke toilet diurungkan. Maramma berbalik badan dan meninggalkan Mahina begitu saja. Dilihatnya punggung Maramma yang mulai menghilang, Mahina mencak-mencak sendiri di tempatnya.

Sesaat sudah kembali di depan ruang klub art, cowok itu tidak melihat ada sosok Shaula yang sedari tadi sedang duduk untuk siap melukis. Ke mana cewek itu? Pikirnya. "Mana Shaula?" tanyanya, to the point pada orang-orang yang masih dalam ruangan tersebut.

"Sh-Shaula? Ke depan sekolah, Ram," jawab seorang gadis dengan rambut dikucir satu kebelakang. Ia tampak gugup saat Maramma bertanya. Baginya, ini adalah kali pertama berinteraksi dengan cowok beralis tebal itu.

Maramma tidak membalasnya lagi. Ia segera mengikuti apa kata cewek tadi. Ke depan sekolah? Maramma mempercepat langkahnya untuk segera menyusul Shaula. Entahlah, ia juga tidak mengerti tentang apa yang sedang dirasa. Yang pasti, Maramma cukup tertarik pada anak kelas sebelahnya itu.

Terlihat di seberang sana, Shaula tengah berdiri bersama Rani di depan etalase. Maramma menyebrang jalan yang cukup ramai di jam-jam menjelang sore seperti ini. Sampai tiba ia menepuk bahu Shaula, membuat gadis itu tersentak dan berbalik badan.

"Aduh, ngapain sih?" gerutu Shaula, sangat pelan.

"Kalian ada apaan nih? Jangan rahasia-rahasian lah," celetuk Rani. Maramma dan Shaula, seketika menoleh bersamaan pada cewek itu.

"Nggak ada apa-apa." jawabnya bersamaan.

"Ih, tuh, kan! Udah move on nih, ceritanya?" Rani mencolek lengan Shaula. Mendengar kata move on membuatnya kembali teringat akan sosok Elio. Aduh, Shaula jadi kepikiran! Elio sudah putus sama pacar barunya belum, ya?

"Rani!" Shaula berdecak sebal pada Rani. Tenyata dia 11 12 dengan teman sebangkunya, Larissa. Sedangkan Maramama, hanya diam sembari melihat mesin pencetak itu mengeluarkan beberapa lembaran kertas.

"100 lembar, 25 ribu." Laki-laki yang menjaga toko foto coppy itu menyerahkan tumpukan cetakan formulir yang sudah dimasukan dalam plastik. Shaula hendak merogoh saku bajunya, tetapi disela terlebih dahulu oleh Maramma.

"Biar gue aja." Maramma memberikan tiga lembar uang 10 ribuan pada sang penjaga toko.

"Nggak us--"

Shaula menggerutu kesal, sedangkan Rani kegirangan. Baguslah! Mereka tidak perlu keluar uang. Ternyata, keberadaan Maramma cukup membantunya.

"Lo kenapa?" tanya Shaula dengan nada bicara yang lelah.

Maramma mengernyit keheranan. "Kenapa apanya?"

Sambil berjalan kembali ke ruang klubnya, Shaula dan Maramma saling berlontar kata. Sedangkan Rani, cewek itu sudah berjalan duluan. Katanya sih, tidak mau mengganggu kedekatan Shaula dan cowok jangkung itu. Rani semakin menaruh rasa curiga, bahwa mereka ada apa-apa.

LEGIO [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang