14. Maramma Gombal

48 21 0
                                    

Setelah selesai mandi dan ibadah, Shaula merebahkan tubuhnya di sofa yang empuk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah selesai mandi dan ibadah, Shaula merebahkan tubuhnya di sofa yang empuk. Di ruang rv, tempat biasa ia dan Bunda menonton sinetron favoritnya. Nggak deh, hanya Bunda saja.

"Makan malam dulu, yuk?" ajak Audra. Wanita itu mematikan televisi yang menempel di dinding tersebut.

"Nanti, Bun. Belum lapar," balas Shaula tanpa melirik ke Bunda. Gadis satu itu sibuk dengan benda pipih di tangannya. Ia bangun, merubah posisinya menjadi duduk.

"Bun, kabar Ayah gimana, ya? Shaula kangen," lirihnya.

Seketika, air muka Audra tampak berubah dalam sekejap. Sepertinya, wanita paruh baya itu sentisif ketika mendengar putrinya menyebutkan nama 'Ayah'.  Iya, keluarga mereka sudah tidak lagi lengkap.

Shaula mematikan ponselnya, melirik ke arah Bunda. Apakah, barusan salah bicara? Pikirnya. Ayah dan Bundanya berpisah sejak tiga bulan yang lalu. Belum lama, bukan? Tentu saja Shaula belum terlalu terbiasa akan hal itu. Sudah sejak tiga bulan kemarin pula, Shaula belum bertemu dengan Ayahnya lagi.

Shaula merindukan itu. Sosok laki-laki yang menjadi cinta pertamanya sebelum Elio. Mengapa kedua laki-laki yang ia sayang itu tega meninggalkannya?

"Ayah kamu udah bahagia sama keluarga barunya, Shaula. Udah, ah." sela Audra.

"Terus ... Ayah lupain aku? Ayah udah nggak sayang lagi dong sama aku?" Kepala gadis itu merunduk, menarik napas dan mengembuskan secara perlahan. "Kenapa Bunda sama Ayah harus pisah..."

Shaula, bukan Tuhan yang dapat mengatur segalanya. Ini sudah takdir. Memang, gadis itu sedari dulu sudah merasakan dan melihat dengan mata kepalanya sendiri. Tentang bagaimana setiap ia pulang sekolah, Shaula selalu disuguhkan oleh pertikaian kedua orang tuanya.

Yang Shaula tau, itu semua berawal dari Audra mulai kerja. Memiliki kesibukan, dan mungkin sangat menyita waktu untuk keluarga.

Shaula yang selalu menangis dalam kamar seraya menutup telinga, dan pura-pura tersenyum saat Ayahnya menghampiri dan memeluknya.

Dia tahu, Ayah sangat menyayanginya. Mungkin, Bunda Audra dan laki-laki itu, bukan jodoh yang ditetapkan hingga akhir hayat.

"Aku ke kamar dulu, Bun, belum kerjain PR," pamit gadis itu. Beranjak dari duduknya, kemudian melangkah ke kamar.

Shaula mengunci pintunya dari dalam. Naik ke atas kasur lalu menyandarkan punggungnya di papan ranjang. Membuka aplikasi dengan logo berwarna hijau. Ia ingin menanyakan kabar Ayahnya, walau hanya lewat pesan.

Shaula: Ayah, aku kangen. Gimana kabarnya?

Beberapa detik ia hanya berdiam diri. Menatap pesan yang sudah terkirim, hanya menapakkan dua ceklis abu-abu yang tak kunjung membiru. Sesekali ia pernah berpikir, mengapa hidupnya tak seberuntung teman-temannya yang lain.

Yerikho is calling...

Ia tersentak mendengar ponselnya berdering, menampilkan nama Yerikho tertera di layar tersebut. Dengan segera Shaula memencet tombol hijau.

LEGIO [✔]Where stories live. Discover now