23. Bukan Siapa-siapa

42 18 1
                                    

Elio lantas menoleh mendengar pernyataan tersebut dari orang di belakangnya. Shaula hampir saja terperanjat karena kaget. Maramma datang, dia yakin, pasti cowok itu membuntutinya dan Elio.

Maramma menarik bangku dan ikut duduk di depan meja yang sama. Shaula merutuki kebodohannya dalam hati. Ya, jadi ketahuan bohong, kan!

"Bakso-nya 1 porsi, lagi." Maramma memesannya.

Si perempuan penjual bakso segera mengangguki. Selang beberapa menit, tiga porsi bakso tersebut, datang di hadapan mereka.

Sembari meletakkan mangkuk, Mbak Nila menyapa Shaula dan Elio.

"Sudah lama saya nggak lihat kalian berdua ke sini," ujarnya.

"Terakhir, saya cuma lihat Elio aja, lewat sini sama cewek. Shaula juga, terakhir bareng temannya, kan?" Wah, sesering itu ya dulu, Elio dan Shaula datang kemari jika bertemu. Sampai-sampai Mbak Nila mengingat hal itu.

"Ah, iya, udah lama, ya, Sha?" Elio melirik ke arah Shaula.

Maramma berasa jadi nyamuk.

"Oh, kalian sudah balikan, toh. Senangnya ... cocok kalian berdua," Mbak Nila terkekeh, sedangkan Maramma yang tengah mengaduk dengan sendok menatap tak percaya si penjual bakso tersebut.

Jadi, dia sudah tahu banget ya, tentang Elio dan Shaula.

Shaula bingung harus menanggapi ucapannya seperti apa. Ia hanya ikut tertawa sembari mengangguk samar.

Apa-apaan? Kenapa Shaula malah angguk-angguk, sih? Bukannya itu seperti meng'iya'kan? Mungkin pertanyaan-pertanyaan itu yang ada dalam benak Maramma.

Shaula merasa canggung di antara dua cowok di depannya. Bagaimana tidak? Yang satu mantan, yang satu gebetan.

Apa? Iya, gebetan.

"Lo bohong," celetuk Maramma tiba-tiba.

Shaula jadi urung untuk memasukkan bakso ke dalam mulutnya. "Bohong? Mending lo makan dulu baksonya," gadis itu berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Gue nggak suka bakso."

Serius, Elio hampir tersedak kuah bakso. Apalagi Shaula, yang sampai terbatuk-batuk. Jika tidak suka? Kenapa ikut-ikutan pesan bakso, sih? Shaula tidak habis pikir dengan Maramma.

Dasar cowok aneh.

Gadis itu menghela napas berat, "Ya, kalo nggak suka, kenapa lo--"

"Karena gue sukanya, lo. Shaula."

Penuturannya berhasil membuat Shaula terdiam. Elio menatap dingin Maramma, begitu pun sebaliknya. Shaula tidak mau lagi membuka suaranya, ia lebih memilih menghabiskan baksonya yang tinggal setengah.

Sembari memesan ojek online, yang selang tujuh menit kemudian datang.

Shaula meninggalkan dua cowok itu.

***

Keesokan harinya, pukul 06:35, gerbang SMA Centauri sudah mulai dipadati siswa-siswi yang akan masuk. Baik yang membawa kendaraan atau tidak.

Cowok itu sedang mengantri di depan gerbang sekolah yang ramai. Menunggu yang jalan kaki untuk masuk terlebih dahulu. Elio kurang konsentrasi dan melamun. Sampai tersentak dan hampir jatuh tatkala sebuah klakson mobil yang mulai memasuki pekarangan SMA Centauri.

Elio dibuat oleng karena itu, beruntung dia dapat menahan motor ninjanya, tetapi tidak dengan menahan amarahnya.

Menancap gas, kemudian menyusul mobil berwarna hitam itu di parkiran. Elio segera turun, bersamaan dengan si pengendara mobil. Perasaannya yang sedang tidak baik-baik saja, semakin hancur karena hal sepele barusan.

LEGIO [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang