34. Keluarga

39 19 0
                                    

"Maaf, tapi kayaknya gue nggak bisa, kalo hari ini,"  ucap Elio.

Saat ini, kedua remaja itu berjalan dengan langkah sejajar melintasi lapangan sekolah. Bukan hanya Shaula dan Elio, tetapi banyak murid-murid lain. Sambil berjalan, keduanya berbincang membahas soal kerja kelompok mata pelajaran ekonomi.

Satu kelompok yang dibagi menjadi enam orang, harus terjun langsung ke para penjual-penjual yang di sekolah ataupun luaran sana untuk mendata berapa penghasilan sehari, harga satuan, dan lain sebagainya, termasuk dokumentasi, berupa foto.

"Memangnya kenapa?" tanya Shaula.

Elio menelan salivanya, cowok itu menggaruk belakang kepala, "Ayah gue kebetulan baru pulang, habis ada bisnis di luar kota, terus Mama bilang mau jalan, makan-makan. Malamnya, gue mau main sama teman-teman di SMA dulu."

Shaula memegang tali ranselnya sembari manggut-manggut mendengarkan penjelasan Elio, "Ya, yaudah. Masih ada waktu tiga hari lagi. Waktu sama keluarga lebih penting."

Senyum Elio mengembang mendengar kalimat terakhir Shaula. Namun saat waktu yang bersamaan juga, ia merasa ... ya, nanti kalian juga tahu.

"Lo nggak pulang bareng--"

"Shaula pulang sama gue."

Tiba-tiba saja Maramma menyeruak di antara mereka. Berdiri di tengah Shaula dan Elio. Kemudian, satu tangannya digunakan untuk merangkul bahu Shaula.

"Mulai saat ini, lo harus jaga jarak dari Shaula. Sekarang, dia pacar gue." Suara Maramma terdengar sarkastik.

Shaula menepis lengan Maramma dari bahunya, "Apaan, sih, cuma lagi bahas soal kerja kelompok aja, kok. Iya, kan, El?"

"Iya."

Setelahnya, Shaula melenggang pergi bersama Maramma. Elio menatap nanar dua orang itu yang sudah agak menjauh dari pandangannya. Embusan napasnya terdengar, kakinya kembali melangkah dengan pandangan fokus ke depan. Sesekali, ia menoleh, saat siswi-siswi terdengar berbisik-bisik melihat dirinya.

Cowok itu berhenti, tatkala salah satu dari mereka, mendekatinya.

"H-hai? Boleh kenalan nggak?" cewek rambut kepang itu menjulurkan tangannya.

Elio tersenyum tipis menanggapi, "Elio Baskara. 11 IPS 1." selama beberapa detik, jabatan tangannya belum terlepas. Elio sengaja berdeham, membuat gadis di hadapannya dengan seketika reflek melepaskan.

"Saya--"

"Eh, nanti dulu! A-aku boleh tau nggak, nama instagram kamu apa? Mau aku follow." Dia menyodorkan ponselnya. Elio kikuk akan hal tersebut.

Walaupun ragu, Elio tetap menerimanya. Mengetikkan nama akun sosial medianya, di pencarian. Tetapi, ketika hendak mengembalikan lagi, tiba-tiba saja ponselnya terjatuh.

Karena ada seseorang yang tak sengaja menabrak keduanya. Gadis yang menabrak itu juga ikut sama kagetnya. Dari sana ia berlari, berlari tanpa memperhatikan sekitar. Yang terpenting, Mahina lolos dari seseorang yang mencarinya saat ini.

"Hah! Ponsel aku, nggak apa-apa, kan? Eh, kamu, kalo lari juga lihat--" Elio mengode cewek berkepang itu dengan matanya, agar segera pergi. Ya, dia pun menurut, meski sempat berdecak sebal.

"Biar gue bantu." Elio berjongkok, ikut mengambil buku yang terjatuh.

"Ck! Gara-gara lo." Mahina merebut bukunya dari tangan Elio.

"Lho? Salah sendiri. Lapangan kan, luas. Kenapa nggak lari dari sebelah sana aja. Nggak harus tabrak-tabrak orang." sergah Elio.

"Ya--" Mahina tak melanjutkan ucapannya, saat ia kembali menoleh ke belakang, dan menangkap sosok Nash, Papa-nya. Meski dari kejauhan, mata mereka bertemu. Tanpa pikir panjang lagi, Mahina menarik lengan Elio dan membawanya berlari juga.

LEGIO [✔]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora