Dua remaja itu berboncengan di atas motor ninja warna hitam yang dikendarai Elio. Sepertinya, dari hari ini--sampai nanti ke depannya akan terus seperti sekarang. Mau menolak pun, tidak enak. Toh, tidak ada alasan, karena mereka satu rumah saat ini.
Namun, jauh di lubuk hatinya, Shaula juga merasa tidak enak menolak tawaran Maramma yang mau menjemputnya. Shaula pun, belum memberitahu alamat rumah baru apa lagi bercerita tentang dirinya dan Elio.
Dari jarak sepuluh meter sebelum sampai di depan gerbang SMA Centauri, Shaula menepuk pelan bahu Elio.
"Gue turun di sini aja," ujarnya.
Elio melirik gadis itu dari kaca spion, "Nanggung, Sha. Nggak apa-apa." Elio menancap gas lagi, membuat Shaula mengurungkan niatnya. Berhenti di parkiran yang sudah dipenuhi kendaraan siswa lain.
Tetapi sialnya, mata Shaula harus bertemu dengan salah satu orang yang bergerombol bersama teman-temannya. Ia lantas menyerahkan helmnya pada Elio dengan segera, kemudian berjalan menghampiri Maramma.
"Lo bareng Elio, Sha?" tanya Larissa, yang berdiri di sebelah Janus.
"Ram, parah banget sih, lo? Pacarnya sendiri nggak dijemput," timpal Hoku sembari menilik pada Elio.
Shaula menelan salivanya susah payah, "Hm, itu kan, rumah---" tak sempat melanjutkan ucapan, karena Larissa sudah menarik tangannya dan membawa Shaula menjauh dari Maramma.
Sedangkan Elio, berhenti melangkah, tatkala mendengar suara Maramma menyeruak dalam telinganya. "Udah gue bilang berapa kali. Jaga jarak dari Shaula." tegasnya, penuh penekanan.
"Sorry, gue cuma--" Elio menjeda, dan Maramma langsung melenggang pergi. Diikuti Hoku, dan Janus yang sebelumnya menepuk bahu Elio.
Hanya menyisakan cowok berkulit putih dan mata sipit. Elio mengangkat alis, seolah bertanya; ada apa lagi?
"Lo jangan jadi orang ketiga di antara Maramma dan Shaula." Ucapannya memang sama sekali tak tampak sarkastik, tetapi berhasil membuat Elio terdiam dan merenung beberapa saat.
Percuma, orang-orang ingin ia menjauh dari Shaula! Sekarang saja sudah satu atap. Lantas, kapan Elio akan memberitahukan ini agar orang-orang tidak salam paham.
Di sisi lain, Larissa mengajak Shaula ke lorong yang lumayan sepi. Dari raut wajahnya, Larissa sudah tidak sabar untuk mengoceh ini-itu pada Shaula.
"Sha, sumpah?! Gue tau, lo memang belum sepenuhnya bisa lupain Elio, dan belum sepenuhnya juga ada rasa buat Maramma. Tapi seenggaknya, lo--ah, nggak tau deh. Lo kenapa jadi gini, sih? Apa sifat f*ckgirl gue nular ke lo?" Cewek rambut lurus itu melontarkan banyak kata, hingga mulutnya berbusa. Tidak.
"Mana ada," balas Shaula, santai.
"Ya, terus, kenapa? Kenapa lo malah ke sekolah bareng Elio, bukan Maramma. Memangnya lo nggak liat, gimana ekspresi Maramma pas liat lo turun dari motor Elio? Sumpah, katarak apa gimana, sih."
Seperti ini, nih. Sering terjadi. Temannya yang sering koar-koar. Padahal yang punya hubungan biasa-biasa aja.
"Mending putus. Sama aja, lo jadiin Maramma bahan pelampiasaan. Kalo kata quotes yang gue baca; melupakan seseorang menggunakan seseorang."
"Nggak bisa." jawab Shaula, membuat Larisaa melotot.
"Daripada lo terus jalanin, dan lo sendiri sama sekali nggak ada rasa seperti orang jatuh cinta kebanyakan. Percuma, Sha," ujar Larissa, memberitahu.
"Gue ada rasa,"
"Rasa kasihan, kan? Sama aja, Sha. Kalo lo cuma ikutin apa kata Yerikho dengan embel-embel minta tolong, lo stupid. Yerikho juga, apa dia nggak mikirin perasaan Maramma? Gimana kalo Maramma tau lo pacaran sama dia cuma buat bantu Yeirkho?"
KAMU SEDANG MEMBACA
LEGIO [✔]
Teen FictionKatanya sih, dia itu si penguasa hati dan perisai sakti yang siap melindungi. Shaula susah move on dari mantannya yang memutuskan hubungan secara tiba-tiba. Elio memberi alasan yang kurang masuk akal, bagi Shaula. Selama beberapa bulan, gadis itu be...