19. Ingin Seperti Dulu

47 18 0
                                    

Selamat membaca ♡

***
"Sumpah ... si Ramma bener-bener, ya! Kan bisa kali, bantuin kita dulu baru kerja kelompok. Toh, liat, kerja kelompoknya juga di sini," Rani menggerutu sebab melihat Maramma dan tiga orang lainnya sedang berada di tempat yang sama. Tempat Rani dan Shaula berada.

Cepat-cepat Shaula memalingkan wajahnya saat mata hitam Maramma tak sengaja menangkap sosoknya. Bukan hanya Maramma, di situ juga ada Mahina, Janus dan Vega. Shaula tidak begitu tau apa yang sedang mereka bicarakan, karena jaraknya memang cukup jauh.

"Udah, Ran, biarin aja," ujar Shaula kemudian menyesap minuman matcha-nya.

"Liat, Sha! Mereka tuh kayaknya cuma ngobrol doang. Mana, nggak ada buku atau laptop di atas meja," sumpah, Rani kalau kesal mulutnya tidak bisa diam.

"Ya, kan, ini tempat makan. Masa kerja kelompok di sini," Shaula berkata demikian. Seolah mencoba, agar Rani ikut berpikir positif.

Keduanya pun melanjutkan makanan yang tinggal setengah. Tetapi, saat disuapan terakhirnya, ada sebuah pikiran yang terbesit dalam benak Shaula. Maramma, sama sekali tidak menyapanya hari ini. Bahkan, mengirim pesan pun, tidak. Lho, kok jadi kepikiran Maramma?! Shaula merutuki dirinya sendiri dalam hati.

Selang beberapa menit kemudian, orang yang sama sekali tidak ditunggu kedatangannya, tiba-tiba berdiri di depan Shaula dan Rani, dengan air muka yang tampak ceria.

Larissa.

"Lah, lo? Ngapain?" tanya Rani, gadis itu mempersilakan Larissa untuk segera duduk, bergabung dengan mereka berdua.

"Jalan-jalan aja, bosen. Pulang sekolah nggak ngapa-ngapain. Janus juga nggak ada kabar, nih. Terakhir bilang, tadi pagi, katanya nggak bisa antar gue pulang, dia ada kerja kelompok." jelas Larissa, panjang lebar.

Shaula manggut-manggut mendengarkannya.

"Oh, Janus, pacar lo itu, ya?" Larissa mengangguk antusias saat Rani berkata demikian.

Rani menunjuk segerombolan remaja berseragam dengan dagunya. "Itu?"

Larissa mengikuti arah pandang Rani. Sedangkan Shaula, mengijak sepatu Rani di bawah meja, seraya menatapnya dengan greget. Siap tidak siap, Shaula harus menyiapkan telinganya untuk mendengar celotehan-celotehan Larissa nantinya.

"Ah, iya, itu orangnya," mata Larissa tampak memicing karena memperhatikannya dari jarak jauh.

"Kok kerja kelompok di sini, ya?"

"Aduh, Ris, lo jangan per--" sebelum melontarkan penuturannya, sudah lebih dulu Shaula memotongnya.

"Mungkin mereka lagi mampir, Ris. Habis kerja kelompok, laper, jadi ke sini, deh," sergah Shaula.

"Gue samperin dulu," sial. Shaula mengumpat dalam hati.

Dengan segera ia beranjak dari duduknya dan membawa peralatan lukis yang sudah dibeli. Mengikuti ke mana kaki jenjang Larissa melangkah. Juga dengan Rani, yang tidak sabar melihat perseteruan itu. Sepertinya terlihat seru, saat ia menontonnya sambil memakan kentang goreng, hahaha.

"Janus? Kamu udah selesai kerja kelompoknya?" Yang ditanya tampak tersentak. Janus menelan salivanya, kasar. Bagaimana bisa, tiba-tiba Larissa ada di hadapannya sekarang? Tidak, hal kecil atau besar, pasti akan menimpanya.

"Eh, ka-kamu lagi di sini, juga, ya?"

Menurut ngana?

Larissa berjalan mendekati, kemudian berdiri di sebelah Janus yang masih duduk.

"Iya, sayang, aku kan mau samperin kamu. Emangnya kamu lupa, ya? Bukannya semalam kita ada janji, kamu mau ajak aku jalan, berduaan." Larissa menekan satu kata terakhirnya, sembari melirik sinis, seorang cewek yang duduk berdekatan dengan Janus, yaitu Vega.

LEGIO [✔]Where stories live. Discover now