44. Dekap

34 16 0
                                    

Ujian semester kian hari kian mendekat, begitu pun dengan hubungan Shaula dan Maramma. Terhitung dari tiga bulan ke belakang, mereka menjalaninya dengan baik-baik saja tanpa ada campur tangan orang lain.

Bukan hanya tentang Shaula dan Maramma, ada juga Larissa dan Janus yang sudah menjalin hubungan kurang lebih selama enam bulan. Hoku yang masih menggoda cewek-cewek tanpa ada yang menetap, dan Yerikho yang masih berusaha untuk mendekati Mahina.

Seperti sekarang ini misalnya, panggilan Yerikho tidak dihiraukan oleh seorang gadis bernama Mahina. Mahina berjalan cepat melewati koridor yang lumayan ramai, karena siswa-siswi dari beberapa kelas mulai berhamburan keluar.

"Mahina? Gue antar, ya?" Yerikho mensejajarkan langkahnya, masih mencoba agar Mahina merespon.

"Hemat ongkos kalo tempat les-nya jauh. Biar gue antar." Mahina menghentikan langkah tiba-tiba. Menghadap Yerikho membuat cowok itu tersentak dan mundur satu langkah ke belakang agar ada jarak.

Mahina menatap cowok di hadapannya, mereka berkontak mata selama beberapa detik. Yerikho menatap sayu mata Mahina yang terlihat cantik jika dipandang lebih dekat seperti demikan.

"Yerikho, bisa nggak, sih? Stop!"

"Berhenti ngejar gue," lanjut gadis itu.

Yerikho malah menggeleng pelan, "Kenapa? Nggak ada yang salah, kan? Kecuali kalo lo udah jadi milik orang lain."

"Terserah!"

Mahina menatapnya dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Ia melangkahkan kakinya melewati sisi lapangan sekolah. Dan Yerikho yang masih membuntutinya. Yerikho mengembuskan napas berat. Hingga sepuluh langkah lagi menuju gerbang, dengan segera Yerikho menarik tangan Mahina dan membawanya ke parkiran.

Yerikho membuka jok motornya, mengambil satu helm dan memasangnya ke kepala Mahina. Tentu, gadis itu hampir berontak, tetapi akhirnya terdiam, membiarkan Yerikho mengaitkan helm itu pada lehernya.

"Sekali ini aja," ucapnya, sangat pelan.

Selama perjalanan, Mahina sama sekali tidak membuka suara. Kecuali, saat Yerikho bertanya di mana arah tempatnya les dan ia menunjuknya dengan cepat.

Rambut bawahnya berterbangan, karena dibiarkan tergerai. Yang dibonceng tampak acuh tak acuh. Berbeda dengan si pengendara yang mengajaknya berbicara namun tak dipedulikan.

Mungkin apa yang Mahina rasakan pernah kalian rasakan. Mahina juga lama-lama akan merasa risih, jika Yerikho terus memaksa untuk mendekatinya. Hm, tapi apakah ia tidak sadar, bahwa Maramma pasti merasakan apa yang dirasakannya? Terlebih lagi, cowok itu sudah bersama Shaula.

"Lo ... lo kenal Shaula semenjak kapan?" Tiba-tiba saja Mahina melontarkan pertanyaan tersebut.

Sekalinya berinteraksi, malah membahas orang lain.

"Semenjak ... kelas sebelas. Janus kan pacaran sama Larissa, Shaula biasa ikut Larissa kalo ke kantin. Jadi kenal."

Mahina manggut-manggut, "Gue pernah lihat lo beberapa kali jalan bareng sama Shaula di sekolah--"

"Teman. Apa salahnya?"

Yerikho memotong ucapan Mahina. Membuat gadis itu terdiam seketika. Sampai selang sepuluh menit perjalanan, Yerikho menghentikan motornya seperti apa yang diinterupsikan oleh gadis yang diboncengnya.

Mahina lantas segera turun, membuka helm dan memberikannya pada Yerikho. Tak mengucapkan kata terima kasih atau apa pun. Namun sebelum itu, Mahina membenarkan tatanan rambutnya yang terasa berantakan.

Yerikho lihat, Mahina tampak menghela napas seperti orang tidak mood. Tempat ini, tempat les-nya yang dipilihkan oleh Nash sang Papa. Dan Mahina, Mahina tidak begitu menyukai tempat ini.

Membosankan, tidak ada teman yang asyik, semuanya sibuk dengan diri sendiri, satu lagi ... ia ditempatkan di sini tentu saja karena keterpaksaan. Mahina rasanya ingin marah pada Nash, saat pria paruh baya itu dengan seenaknya mengatakan bahwa ia harus keluar dari grup cheers SMA Centauri.

"Mahina?" Yerikho melambaikan tangannya tepat di depan wajah gadis itu.

"Lo melamun?" Tawanya mengudara, matanya kian terlihat menyipit.

"Ck! Apaan, sih. Udah sana, pulang. Udah antar gue, kan?"

"Oh iya, ini yang terakhir. Jangan kejar gue lagi, Yerikho." tegas Mahina, membuat Yerikho turun dari atas motornya.

Air muka Yerikho berubah seketika. Tangannya memegang bahu Mahina, membuat Mahina tersentak kecil.

"Nggak. Gue--"

"Gue nggak suka sama lo! Gue nggak suka. Harus berapa kali gue, bilang? Apa harus gue umumin juga lewat toa sekolah? Yerikho, cinta itu bukan karena keterpaksaan. Gue nggak suka sama lo, jadi lo jangan---"

"Begitu juga dengan lo, Mahina. Cinta memang nggak bisa dipaksakan. Ucapan lo barusan juga berlaku buat diri lo sendiri."

"Apa?"

"Maramma. Sikap lo ke Maramma seperti sikap gue ke lo, bukan? Harusnya lo sadar, jangan terus-terusan kejar orang udah melangkah semakin jauh bersama orang lain."

Yerikho memegang bahu Mahina lebih kuat lagi, "Sesekali lo lihat ke belakang. Ada gue, Mahina. Ada gue. Lo lihat? Lo lihat gue, Mahina?" Mata Yeirkho kian sayu, menilik dalam netra hitam Mahina yang tak berkedip.

"Bilang sekali lagi. Bilang sekali lagi kalo lo mau gue mundur." Yerikho menelan salivanya susah payah. Pandangannya tak luput dari wajah cantik Mahina.

"Yerikho gue--"

Grep!

Sesaat, omongannya terputus karena tiba-tiba Yerikho membawanya dalam dekapan.

"Bilang sekali lagi, kalo lo mau gue mundur." Yerikho kembali mengulang ucapannya, dengan sangat pelan.

***

Terima kasih sudah membaca ♡

LEGIO [✔]Where stories live. Discover now