43. I Love You

51 15 1
                                    

Hari-hari berikutnya, ia jalani seperti biasa. Setelah pulang dari ekstrakurikuler seni lukis bersama Rani, Shaula segera bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya yang terasa lengket. Biasanya, Maramma yang selalu mengantarkannya pulang, kan? Tetapi untuk hari ini, Shaula menolaknya.

Karena, jarak yang lumayan jauh dan berhubung, ia dan Rani berdekatan. Jadi tak usah sudah payah Maramma mengantar-jemput layaknya seorang supir pribadi.

"Nanti habis mandi, langsung turun ya, makan bareng," ujar Lyra, saat Shaula menyalimi punggung tangan wanita itu.

"Iya, Ma, Shaula ke atas dulu, ya." Senyuman hangat diberikan untuk seorang yang sekarang menjadi Mama-nya.

Shaula naik ke lantai dua di mana kamarnya berada. Tak disangka, ia berpapasan dengan Elio yang hendak turun ke bawah. Mereka berkontak mata selama beberapa detik, tetapi hal itu Elio alihkan dengan mengucapkan sesuatu pada Shaula.

Elio meminggir, agar ada jalan untuk gadis di depan, "Duluan." Begitu ucapannya.

"Eh," Elio berhenti dan menoleh, saat Shaula seperti menahannya.

"Kenapa?" tanya cowok itu.

Shaula tersenyum kikuk, memegang belakang lehernya, "Nggak, deh." Kemudian ia berlalu kembali melanjutkan langkah naik ke atas. Tanpa memperdulikan Elio yang ingin tahu maksudnya apa.

Maramma: Udah sampai rumah?

Sudut bibirnya terangkat membaca sederet pesan dari sang kekasih. Shaula lantas segera mengetikkan balasannya.

Shaula: Udah, tenang.

Maramma: Oke. Besok libur, ada acara nggak?

Berpikir sejenak, tapi sepertinya memang tidak ada.

Shaula: Nggak ada. Kenapa? Mau ajak jalan, lagi?

Maramma: Boleh, kalo mau. Studydate, yuk?

Shaula mengembuskan napas pelan. Jujur, baru kali ini, Shaula mendengar apa itu studydate.

Berkencan sambil belajar?

Sepertinya, itu cukup menarik. Shaula mau melakukannya untuk yang pertama kali. Setelah berbalas pesan dengan Maramma hingga lebih dari sepuluh bubble, gadis itu memutuskan untuk bergegas menuju kamar mandi, membersihkan diri.

Benar-benar tidak terasa, hari-harinya ia jalani dengan senang. Namun, kala teringat sang Bunda, sesekali Shaula murung, membayangkan kenangan-kenangan yang telah terukir.

Kembali turun ke lantai bawah, makan malam bersama keluarga. Shaula menarik bangku, duduk sebelah Elio.

"Sebentar lagi ujian, gimana, udah siap?" tanya Lyra, berniat basa-basi. Sembari menata lauk-pauk di meja.

"Hm, siap nggak siap, harus siap," balas Shaula, dengan terkekeh pelan di akhirnya.

"Nanti kalo kalian berdua masuk lima besar, nanti Ayah kasih hadiah. Terserah, Shaula dan Elio mau minta apa," Gamma masuk ke dalam pembicaraan. Laki-laki paruh baya itu melemparkan senyum tipis pada dua remaja di hadapannya.

"Kalo Shaula, pasti mau minta alat lukis yang banyak," cibirnya. Membuat tawa Shaula mengudara, akan ucapan sang Ayah.

"Minta lebih boleh, nggak Yah? Shaula mau ... Shaula cuma mau Ayah selalu ada buat Shaula."

Selama beberapa detik, ucapannya berhasil membuat tiga orang itu terdiam. Shaula tersadar akan perkataannya yang memiliki banyak arti. Gamma lantas menyunggingkan senyum yang merekah. Begitu juga dengan Lyra, dan Elio yang tiba-tiba merasa canggung.

"Kalo itu udah pasti, ditambah sekarang kita berempat! Shaula nggak usah merasa sedih lagi. Elio, kamu harus jagain Shaula," ucapan Gamma tertuju pada Elio.

Cowok itu tersenyum kikuk, sembari mengangguk pelan, "Ya, pasti." Ia melirik ke arah Shaula sekilas.

***

Shaula duduk bersila di aras ranjang. Di depannya, terdapat beberapa foto-foto yang sudah tercetak polaroid. Potret kebersamaan dirinya dan Maramma kemarin, Shaula menempelkan beberapa di dinding kamarnya.

De javu ... keningnya mengerut, ia merasa pernah melakukan ini sebelumnya.

"Dulu, foto sama Elio," Shaula bergumam. Menata letak-letak di mana foto itu hendak ditempelkan.

Dering ponsel, menyudahkan aktivitasnya. Gadis itu meraba nakas. Seperti biasa, nama Maramma yang tertera di layar benda pipih tersebut.

"Lagi apa?"

"Napas! Nanyanya nggak kreatif banget, sih."

"Sedang melakukan apa?"

Shaula terkekeh mendengarnya, "Lagi tempelin foto-foto kita kemarin. Aku cetak jadi polaroid." jawabnya.

"Serius? Besok aku mau, ya. 1. Foto kita yang paling cute, haha!" Alis Shaula hampir bertaut. Sebentar, tadi ia tidak salah dengar, kan? Orang di telepon mengudarakan tawanya.

"Kamu nggak kenapa-kenapa, kan? Kalo Elio berani apa-apain kamu, langsung kasih tau."

"Mana ada! Ya nggak lah." tegas Shaula.

"Hm, udah dulu, ya? Aku mau lanjut baca buku. Jangan lupa, besok kita study date, jam sepuluh pagi. Jangan lupa--"

"Jangan lupa bawa pulpen, buku tulis, sekalian buat kuis juga, iya?!"

"Boleh, nanti kita battle." jawab Maramma.

"Yaudah, tutup ya, teleponnya? Katanya mau lanjut belajar?"

"Sebentar,"

"Apalagi?" Lama-lama Shaula kembali seperti semula. Sering kesal jika berinteraksi dengan Maramma.

"Dekatin ponsel kamu ke telinga." perintah dari orang di seberang sana.

"Ya udah, terus--"

"I love you."

Sambungan terputus, Shaula menjauhkan ponselnya dengan ekspresi penuh tanda tanya. Barusan ia tidak salah dengar, kan? Shaula menyentil pipinya sendiri. Gadis itu salah tingkah, padahal hanya diucapkan kata i love you.

Shaula mengirimkan pesan untuk Maramma, tetapi ceklis satu. Serius, dadanya tiba-tiba berdebar. Apa itu artinya ... ia sudah benar-benar menyukai Maramma?

"I love you, to. Maramma Anantadewa."

***

Terima kasih sudah membaca ♡

Jangan lupa vote yaa^_^





LEGIO [✔]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon