50. Kembali?

37 20 0
                                    

Senin. Hari ke dua di mana Shaula tak seceria seperti biasanya. Mama Lyra yang bertanya ada apa, pun hanya ditanggapi dengan menggeleng pelan. Sudah dua malam yang dilakukan Shaula setelah belajar untuk ujian adalah memikirkan seorang mantan.

Bukan. Bukan Elio. Tapi Maramma. Ya, mereka benar-benar sudah selesai.

Shaula hanya berdiam diri di kamar, makan saat orang-orang rumah sudah selesai duluan, termasuk Elio. Omong-omong tentang Elio, Shaula sama sekali belum bercerita tentangnya dan Maramma. Larissa, Janus dkk seperti juga belum mengetahui.

Hanya Rani, yang tak sengaja mendengar pembicaraan mereka kala sore itu.

"Shaula, udah jam segini lo belum apa-apa?" Elio dengan tiba-tiba membuka pintu kamar dan bertutur demikian. Pada Shaula yang masih pada posisi terbaring dengan selimut yang masih menutupi sampai batas dada.

Elio geleng-geleng kepala, berjalan mendekatinya dan duduk di tepi ranjang, "Ayo, ini hari senin. Kalo ada upacara nanti telat bisa panjang urusannya."

Shaula semakin memejamkan matanya. Hal itu membuat Elio menghela napas menghadapi gadis yang entah ada masalah apa.

"Lo kenapa, hm? Kalo ada masalah cerita. Ingat kan, masalah lo masalah gue juga. Jangan pendam sendiri, itu benar-benar nggak baik. Cerita, lo kenapa?" Mata sayu Elio menatap wajah Shaula yang tampak tenang.

Selang beberapa detik kemudian, Shaula kembali membuka mata dan menjawab pertanyaan Elio. "Gue putus sama Maramma."

"Seriously?"

Dari raut wajahnya, Elio terlihat terkejut. Shaula merubah posisinya menjadi duduk, menyingkap selimut yang menutupinya. Gadis itu mengembuskan napas berat, menatap Elio dengan wajah yang memelas.

"Kapan? Semalam? Kenapa dia putusin lo?"

Shaula menggeleng pelan, "Dua hari yang lalu. Gara-gara masalah gue, dia dan Yerikho waktu itu. Tapi ... tapi gue udah jelasin semuanya! Harusnya, Maramma ... Maramma nggak seperti itu. Gue nggak tau, mungkin dia benar-benar kecewa sama gue. Tapi nggak gini juga, El...." Shaula lirih dalam kalimat terakhirnya.

Elio merasa iba mendengar cerita Shaula barusan. Sekarang ia mengerti dan melihat, bagaimana sosok Shaula setelah mereka menyelesaikan hubungan. Elio yang tidak tega melihatnya, semakin menggeser duduknya untuk mendekat.

Tangan kanannya mengambil bahu Shaula dari belakang, merengkuhnya dengan helaan napas tenang.

"Jangan sedih ... gue nggak suka lihatnya." Cowok itu berucap pelan.

"Lo juga pernah buat gue sedih. Lebih dari ini malah," jawab Shaula.

"Itu udah lalu. Jelas, kan, apa alasannya? Udah, lupain."

Selama beberapa menit, bersamaan dengan jarum jam dinding yang terus berdetak, mereka masih dalam posisi yang sama. Shaula merenung dan bergeming, begitu juga Elio yang tampaknya tak mau melepaskan rengkuhan. Membiarkan Shaula menenangkan hatinya, sampai tiba di mana seseorang membuka pintu membuat keduanya membuka mata.

"Elio? Apa-apaan kamu. Bukannya ganti baju turun ke bawah. Mama suruh kamu panggil Shaula, bukan peluk-pelukkan seperti itu," Lyra menepuk keningnya sendiri.

Elio menelan salivanya dan meringis. Melepaskan Shaula yang menatap kosong ke depan, "Siapa yang peluk-pelukkan sih, Ma. Cuma--"

"Cuma, cuma. Jangan-jangan kalian berdua--"

"Ma ... nggak. Shaula lagi sedih, Elio cuma berusaha buat dia tenang. Jangan mikir yang aneh-aneh. Elio tau apa yang Mama pikirin, dan itu nggak mungkin terjadi."

Lyra terkekeh mendengar jawaban putranya itu, "Iya-iya. Mama percaya, udah sana ganti baju. Shaula, yuk, bangun dulu. Nanti gimana kalo telat? Sedihnya ditunda dulu, yaa," Lyra mengusap pucuk kepala Shaula dibarengi dengan senyum manis. Mama Lyra sama seperti Bunda kala itu.

***

Apa yang diharapkan akhirnya terjadi juga. Janus, Hoku dan Yerikho kini kembali berkumpul. Yerikho sudah menjelaskan semuanya. Penjelasannya sama apa yang dikatakan Shaula dua hari yang lalu. Itu tandanya, mereka berdua tak lagi membohongi Maramma.

Tetapi, ada satu hal lagi yang membuat ketiga temannya iti terkejut. Ya, apa lagi jika bukan tentang cerita Maramma yang katanya putus dengan Shaula. Padahal, sudah jelas bukan bahwa Maramma benar-benar menyukai gadis itu.

"Ck! Alasan lo kayak remaja baru puber tau, nggak? Ya kali, putus cuma gara-gara mau ujian? Apa urusannya? Memangnya Shaula mengganggu konsentrasi lo?" Hoku memandang jengah temannya tersebut.

Maramma menutup buku paketnya dengan segera, "Salah?"

"Salah! Harusnya, biarin aja hubungan tetap berlanjut. Ya ... seenggaknya lo bilang break, jangan ... putus gitu. Lo beneran sayang kan sama Shaula? Ck! Jangan bohongin diri sendiri, Ram. Sana, samperin Shaula, pasti dia tiap malam mikirin, atau bahkan ... nggak mau makan terus sakit karena galau? Jahat."

Hoku bicara panjang lebar. Jika pikir-pikir lagi, omongan cowok itu ada benarnya juga walau tak sepenuhnya. Alasan Maramma memutuskan hubungannya juga karena ... entahlah! Ia hanya terbawa rasa gejolak dalam diri. Berbeda lagi dengan hati kecilnya. Yang ingin selalu bersama Shaula.

Seorang gadis yang berhasil membuatnya jatuh cinta setelah Bunda. Mempunyai hobi yang sama, kadang bersikap jutek tapi menggemaskan. Jika berada dekat Shaula, Maramma selalu teringat Bunda yang sudah tiada.

"Ram, kasihan Shaula. Jangan cuma pikirin diri sendiri," sahut Yerikho.

Janus mengangguk setuju, "Nah. Bayangin apa yang Hoku bilang barusan, pasti Shaula merasa sedih. Larissa juga semalam cerita waktu Shaula curhat. Dia sama sekali nggak paham kenapa lo malah putusin hubungannya. Apa lo nggak lihat apa yang udah terjadi sama Shaula kebelakang? Pertama, dia juga pernah putus sama Elio, sampai susah move on akhirnya .... ya itu." Ia melirik pada Yerikho sekilas.

"Setelah itu, Shaula juga terpukul banget karena Bunda pergi selamanya. Terakhir, Ternyata Ayah-nya sendiri itu ... menikah sama Mama Elio. Pasti, benar-benar buat sakit hati. Lo harusnya selalu ada di sisi Shaula, Ram. Jadi seseorang yang bisa mewarnai hidupnya, beri sem
angat dan buat bahagia, tentunya."

Maramma mengehela napas, bergeming mendengarkan penuturan ketiga temannya.

"Sana, kembali."

Ucapan Yerikho membuatnya berpikir keras.

***

Terima kasih sudah membaca

LEGIO [✔]Where stories live. Discover now