41. Aku + kamu = kita

42 16 0
                                    

"Kamu marah?"

Shaula bertanya demikian, entah yang ke berapa kalinya, untuk seorang lelaki yang saat ini duduk bersebelahan dengannya. Maramma masih diam tak mengucap sepatah kata pun. Hal itu membuat Shaula mendengkus malas karena tingkah aneh Maramma.

Menghela napas berat, lalu melambai-lambaikan tangannya ke depan wajah Maramma. Beberapa detik kemudian, tangannya ditepis. Lagi, Shaula berdecak dengan raut wajah sebal.

Dasar cowok ngeselin! Maunya, apa, sih?

Shaula sudah merubah posisinya menjadi berdiri, "Kayak cewek. Yaudah, aku balik ke kelas aja kalo gitu--"

Hendak melangkah, namun tertahan akan tangannya yang tercekal, membuat gadis itu kembali pada posisi yang sama. Duduk. Menggoyang-goyangkan lengannya, agar Maramma melepaskan cekalan.

"Jangan dekat-dekat sama Elio." Bicaranya, terdengar sarkastik.

Alis Shaula hampir bertaut, menanggapi ucapannya, "Ngatur."

"Kamu pacar aku," balas Maramma.

"Possessive."

"Terserah. Kenapa juga, lebih milih berangkat sama Elio? Kan aku bilang, aku bakalan jemput kamu. Kamu tinggal share location rumah baru. Gampang. Nggak harus bareng dia--"

"Harus bareng!" sela Shaula, cepat.

"Kenapa? Kan ada aku," balasnya.

"Ya, karena aku sama Elio...." gadis itu menelan salivanya. Mengalihkan pandangan ke bawah, menatap sepasang sepatu hitam yang dikenakan. Hampir tiga puluh detik, dan itu membuat Maramma penasaran.

"Kamu sama Elio, kenapa? Balikan?"

Shaula mengembuskan napas pelan, kembali menatap Maramma. Dengan tatapan, se-serius mungkin. Haduh, bingung. Bagaimana cara memberitahunya.

"Karena aku sama Elio serumah!" Shaula menjawab cepat. Secepat kilat, dan tidak pakai tanda koma.

"Maksud kamu?"

Sama seperti respon Larissa tadi pagi, Maramma benar-benar terdiam ketika gadis di sampingnya mulai bercerita panjang lebar. Sampai-sampai ia pun ikut bingung menanggapinya seperti apa dan tidak sepenuhnya percaya. Sangat-sangat tidak mungkin!

Tetapi, memang tidak ada yang tidak mungkin, bukan?

"Kamu marah?" Gantian, Maramma yang bertanya demikian.

Shaula mengangguk mantap, "Sedih juga, kenapa harus Tante Lyra, Mama Elio sendiri. Mantan aku, dan sekarang jadi saudara tiri. Kenapa nggak kamu aja?" Di tiga kata terakhirnya, Shaula benar-benar melantur.

Maramma melihat sorot mata Shaula yang berubah menjadi sendu. Gadis itu menatap kosong ke depan, tetapi bibirnya tak berhenti mengucapkan segala keluh-kesahnya.

"Aku senang, kalo Ayah senang. Aku senang, Ayah jauh lebih baik dan lebih menunjukkan sayangnya. Aku juga senang, punya Mama kayak Tante Lyra. Baik, lembut, nurut sama Ayah. Tapi Elio...."

"Apa tanggapan kamu, semisal aku bilang, aku belum bisa hilangin rasa untuk Elio?" tiba-tiba saja Shaula melontarkan pertanyaan tersebut.

Kening Maramma mengerut, "Terus, hubungan kita ini apa? Kalo kamu belum bisa hilangin rasa buat Elio, berarti kamu nggak ada rasa buat aku?"

Nah, kan....

"Bu-bukan gitu! Kan, aku bilang se-mi-sal! Nggak gitu." Shaula menggeleng cepat.

"Bagus," hanya itu responnya.

Putus. Shaula bingung, mau membahas apalagi. Kalo sewaktu bersama Elio sih, mereka sama-sama menceritakan hari-harinya di sekolah masing-masing. Sampai panjang, seperti merumpi. Ya, wajar saja, dulu kan, Shaula dan Elio kayak orang LDR alias jarang ketemu.

Haruskah Shaula bertanya begitu juga?

"Sabtu besok seni lukis mulai tahap pengecatan sketsa?"

"Di kelas, ada kejadian apa?" tanya Shaula. Keduanya berbicara bersamaan.

"Ah, iya. Tiga mingguan lagi juga selesai, bulan depan kan, ujian semester ganjil." Gadis itu memberi jawaban pasti untuk Maramma. "Setelah itu, kita pameran lukisan di sekolah. Hitung-hitung, refresh otak habis ujian."

"Seru?"

"Seru, banget. Ramai, orang-orang dari luar sekolah juga, kadang datang." Shaula menjawab, sedangkan pertanyaannya barusan, tampaknya diabaikan.

"Kamu kasih tau, alamat baru kamu di mana. Nanti sore, aku jemput."

***

Yerikho enggan ke mana-mana setelah menyantap mie ayam di kantin. Saat ini dirinya sudah kembali ke kelas, menyandarkan punggungnya di kursi. Menikmati sepinya suasana XI IPS 2. Jangan ditanya yang lain ke mana. Janus sibuk bersama Larissa, Maramma bersama Shaula, dan Hoku yang sedang berusaha mendekati cewek-cewek.

Sedangkan Yerikho, ia sedang berpikir keras. Bagaimana, sih, caranya meluluhkan hati seseorang yang kita suka?

Apa harus memberikan gombalan-gombalan receh seperti Hoku? Ah, tidak, itu terlalu murahan.

Pikirannya buyar tatkala ada seseorang tiba-tiba masuk ke dalam kelas dan langsung mengobrak-abrik isi tasnya sendiri. Yerikho beranjak bangun dari bangku ketika melihat Mahina.

"Cari apa, Na? Ada yang hilang?" tanyanya.

Mahina menggeleng, "Nggak." Gadis itu menjawab sesingkat mungkin. Kemudian kembali menutup resleting ransel dan melangkah cepat keluar dari kelas meninggalkan Yerikho.

Mengapa gadis itu susah sekali untuk didekati....

Mahina masih mencoba keras untuk mendapatkan Maramma yang jelas-jelas sudah bersama Shaula. Sudah terbiasa, memang. Terkadang, kita sendiri juga tidak sadar bahwa di belakang ada seseorang yang siap memberikan kebahagiaan, tanpa harus mengejar-ngejar orang di depan yang melangkah sudah lebih jauh.

"Na, gue janji. Gue bakal buat lo suka sama gue."

Yerikho, untuk saat ini ia hanya bisa mengagumi sosok Mahina, tanpa bisa memilikinya.

Beberapa waktu berlalu, berjalan begitu cepat dan sama sekali tidak terasa. Bel pulang berdering terdengar ke seluruh penjuru kelas di SMA Centauri. Shaula keluar bersamaan dengan Larissa dan Elio.

Omong-omomg tentang Larissa, gadis itu saat ini menatap Shaula dan Elio dengan tatapan skeptis, bersamaan kedua alis yang mengernyit. Ini serius?

"Sha, memang ini beneran apa?"

Shaula melirik ke arah Elio sebentar, Beneran apa?"

"Lo ... sama Elio? Itu?"

Tawa Elio mengudara mendengar ucapan Larissa. Selang beberapa detik kemudian, tiba-tiba saja tangan cowok itu merangkul bahu Shaula.

"Terserah kalo lo nggak percaya," itu suara Elio.

"Gue yang nggak percaya." Tiba-tiba saja Maramma datang dari belakang dan melepas paksa tangan Elio yang merangkul bahu kekasihnya tersebut. Shaula lantas melayangkan tatapan melotot untuk Maramma.

"Ram, apaan, sih?" Gadis itu berdecak sebal.

"Kenapa? Mending aku yang rangkul. Peluk juga kalo boleh." Penuturannya itu membuat Shaula menabok lengan Maramma. Larissa sudah cie-ciean meledek. Sedangkan Elio hanya terdiam.

"Ayo, aku antar pulang,"

"Nggak usah, aku bareng sama Elio. Jauh. Memangnya nggak capek apa kamu bolak-balik. Beda arah pasti dari rumah kamu."

Maramma mengerutkan keningnya, "Memangnya tau rumah aku di mana? Mau ke rumah aku nih, ceritanya?"

"Dih, siapa yang bilang. Malas. Ayo, El?" Shaula kembali melirik pada Elio. Cowok itu mengangguki, namun sebelum melenggang pergi, Maramma menatapnya sinis dan melontarkan ucapannya.

"Jangan sampai pacar gue kenapa-kenapa."

***
Terimakasih sudah membaca ♡

Janganlupa vote yaa^_^



LEGIO [✔]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora