37. Kantin

47 17 0
                                    

Waktu istirahat tiba, semuanya berbondong-bondong menuju kantin yang tidak hanya ada satu. Tetapi, entah kenapa, jika dilihat-lihat, kantin kelas sebelas, lah yang selalu ramai. Wajar saja, kata para Adik kelas, Kakak-kakak kelas sebelas itu cakep-cakep! Makan, sekalian cuci mata, kan, lumayan.

Shaula merapikan buku-bukunya sebelum keluar. Jangan ditanya Larissa ke mana, gadis itu sudah duluan meninggalkannya agar cepat bertemu dengan Janus. Katanya, sih, kangen. Ah, mereka sepertinya pasangan bucin. Setiap hari di sekolah ketemu, masih kangen-kangenan saja.

"Mau bareng, Sha?" Shaula tersadar dan menoleh, Elio sudah berdiri di depannya.

Baru saja mau mengangguki, saat mengedarkan pandangan ke pintu kelas, di sana sudah ada seorang Maramma yang tengah berdiri menatapnya dari kejauhan.

"Maaf, El. Maramma udah nunggu. Duluan, ya?"

Elio mengangguk sembari tersenyum tipis, "Iya, nggak apa-apa."

Shaula melangkah lebih cepat untuk menghampiri Maramma yang sudah berdiri di ambang pintu. Ia lantas segera mengajak cowok itu untuk ke kantin. Mereka berjalan dengan langkah yang sejajar, banyak beberapa pasang mata agak iri melihat keduanya.

Termasuk Elio yang berjalan di belakang.

Datang-datang Maramma menyuruh Hoku untuk bergeser agar Shaula bisa duduk di sebelahnya. Tentu, itu membuat Hoku menggerundel tidak jelas, sembari menarik bangku dari meja sebelah.

"Maaf, ya, Hoku," ucap Shaula, merasa tidak enak.

Hoku menatap sinis Maramma, kemudian tersenyum paksa untuk Shaula, "Santai. Apa sih, yang nggak buat Tuan Putri-nya, Pangeran kita." katanya, hiperbola.

"Kamu mau pesan apa? Biar Hoku yang pesan," ucapatan Maramma barusan membuat sang empu yang disebut namanya, melotot tidak terima.

Janus dan Larissa tidak mengidahkan mereka. Keduanya sibuk dengan makanan yang sudah ada di depan mata.

"Kamu nggak mau pake kecap? Sambalnya jangan banyak-banyak, nanti kamu sakit perut." Janus begitu lembut dan perhatiaan pada Larissa. Dua orang itu sudah menjalin hubungan lebih dari tiga bulan.

Yerikho menoleh, melihat ekspresi Hoku yang tampak menahan kesal. Cowok itu lantas berdiri, "Biar gue aja, Ram. Mau pada pesan apa?"

Hoku tersenyum sumringah dan menggebrak meja kantin. "Nah! Udah, si Ipit aja. Gue pesan mie ayam. Lo Sha, Ram?"

Shaula tak berpikir panjang lagi, "Samain aja. Nggak apa-apa, kan, Ram?" Maramma mengangguk.

Sedangkan Elio, cowok itu duduk di meja yang tak jauh dari tempat Shaula dan lainnya duduk. Sembari menikmati soto ayam yang dipesan, sesekali Elio melirik ke sebelah, melihat Shaula yang tampak ceria bersama Maramma.

Jujur, tiba-tiba saja rasa yang pernah ada, kini tumbuh dengan sendirinya. Tetapi, bagaimana pun juga, Elio harus menghapus rasa-nya untuk Shaula. Perlu ditegaskan lagi, bahwa sekarang, mereka adalah teman.

Tidak tahu, deh, kalau nanti.

"What the hell?! Lo, jalan liat-liat nggak sih?" Pikirkan Elio buyar karena suara yang lebih mirip teriakkan itu. Ia menoleh, seorang cewek dari jarak lima belas meter darinya tengah mencak-mencak tatkala ada seorang cowok yang tak sengaja menumpahkan minuman di seragam putihnya.

Yerikho meletakkan baki yang dibawanya di atas meja. Air mukanya panik, ketika melihat seragam Mahina basah karena air es teh. Manis, dan akan membuat lengket. Pasti akan meninggalkan bekas, tentunya.

"Mahina? Sorry, gue nggak sengaja."

"Kalo jalan yang benar, dong! Ah, jadi basah kan seragam gue!" Vega, temannya menatap Mahina tak mengerti.

LEGIO [✔]Where stories live. Discover now