32. Sederet Pesan

51 21 2
                                    

Shaula menepuk bahu Maramma sebelum kendaraannya masuk ke dalam pekarangan sekolah. Motornya berhenti, Maramma melirik Shaula dari kaca spionnya.

"Stop! Gue turun di sini aja," Shaula sudah siap memegang bahu Maramma untuk turun. Tetapi tiba-tiba cowok itu kembali menjalankan motornya, membuat Shaula kembali duduk dengan perasaan kaget.

Beberapa anak kelas sebelah yang tidak asing di wajah Shaula, memperhatikan Maramma dan dirinya saat berada di depan gerbang. Walau wajah di balik helm tak terlihat, tetap saja Shaula merasa risih.

Maramma memarkirkan motornya. Shaula turun sembari memberikan helm pada cowok itu.

"Ngeselin lo," ujarnya, terdengar sedikit ketus.

Alis Maramma hampir bertaut, "Kenapa? Ada yang salah?"

"Ada. Banyak!"

Shaula melenggang pergi, kaki Maramma yang jenjang dapat mensejajarkan langkahnya. Ia terlihat sedang mengejar gadisnya yang sedang ngambek di lagi-pagi seperti ini. Mereka melewati tepi lapangan yang sedang dibersihkan oleh petugas kebersihan.

Ada air yang menggenang di lapangan. Ia kira, senin ini upacara ditiadakan, sepertinya itu adalah hal yang mustahil.

Saat menapakkan kaki di lantai koridor, Maramma berujar tepat di telinga kanan gadis itu. Shaula lantas berhenti melangkah.

"Jangan marah-marah," ujar Maramma.

Jarak mereka yang berdekatan, membuat Shaula mengadahkan kepala melihat Maramma. "Siapa? Gue nggak marah-marah." tegasnya.

"Kok lo-gue," ucap cowok itu, dengan nada tidak suka.

Shaula mengembuskan napas pelan, kedua tangannya dilipat di depan dada, "Terus, apa?" tanyanya, gregat sendiri.

"Aku-kamu, oke?" sudut bibir Maramma terangkat melukiskan senyum manis. Shaula menahan untuk tidak ikut tersenyum melihatnya.

Gadis itu malah menggeleng kuat, "Nggak bisa."

"Sama Elio, bisa."

Skak mat. Akhirnya Shaula mengangguk malas. Seberapa kali pun ia menolak, pasti Maramma tetap memaksa akan hal sepele tersebut.

"Yaudah!"

"Yaudah apa, hm?"

"Yaudah, aku-kamu." Shaula menunjuk dirinya sendiri, juga cowok di hadapannya.

"Bagus. Aku kelas, nanti ke kantin bareng," ucap Maramma, lalu masuk ke dalam kelasnya yang berada si sebelah kelas Shaula. Sumpah, Shaula bergidik mendengar penuturan Maramma barusan.

Aku-kamu?! Oke, mulai sekarang, Shaula harus terbiasa akan hal itu. Shaula mau move on, Shaula pasti bisa! Ia menyemangati dirinya sendiri.

Shaula masuk ke dalam kelas yang lumayan ramai. Sudah ada Larissa di mejanya. Cewek itu tampak sedang melamun, membuat Shaula menepuk bahunya sampai Larissa hampir terperanjat.

"Anjir! Salam dulu, kek." gerutunya, sembari menatap Shaula dengan sinis.

Shaula melepaskan tas yang disandangnya dan berujar, "Mikirin apa, sih? Serius banget kelihatannya," balas gadis itu.

"Nggak mikirin apa-apa. Lagi pengin melamun aja."

Selang beberapa menit, ada seseorang yang baru saja datang ke kelasnya. Elio melemparkan senyum tipis kepada Shaula saat cowok itu melewati mejanya. Sedangkan Shaula, dalam hatinya ia berusaha membuang jauh-jauh pikirannya tentang Elio.

Kalau begini caranya, sih, bakalan susah!

Huft. Shaula gamon.

Alias nggak mau move on.

LEGIO [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang