02. Keibuan kak Joanne

762 76 0
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.











































Setiap pagi Joanne akan selalu memasak untuk sarapan daddy dan adik adiknya, menyiapkan semua keperluan mereka tanpa terlewat dan pengecualian.

Kematian mommy di saat umur mereka masih sangat muda, 10 tahun membuat Joanne harus dewasa dan membentuk mental seperti baja.

Sementara itu, daddy yang nerasa sangat kehilangan mommy berbulan bulan seperti orang gila bahkan sempat mendapat rehabilitasi.

Cemohan, ejekan, sering mereka dapatkan dari teman teman semasa sekolah, Joanne mampu menjadi tameng untung adik adiknya yang tidak mengerti apapun.

"Dasar anak pembawa sial!"

"Nggak punya mama!"

"Papanya gila!"

Begitulah cemohan yang mereka dapatkan bukan hanya dari teman teman tapi, juga dari masyarakat.

Joanne tidak pernah menunjukkan tangisnya di depan mereka dan memposisikannya dalam garda terdepan.

"Kata mommy, Joanne paling besar di antara semua, karena Joanne lahir duluan, jadi Joanne harus berada paling depan, menjaga adik adik."

Begitulah kata kata yang selalu di ingat oleh Joanne di saat dia ingin mundur.

"Kak Anne, mas Jepri sama bang Jepran ganggu mbak belajar!"

Teriakan Jessie itu mengelegar, Joanne yang juga sedang belajar menghentikan aktivitasnya dan melihat Jessie yang berlari dengan di belakangnya di kejar oleh kedua saudara laki laki mereka.

"Mas, bang, jangan gangguin mbak terus!" Ujar Joanne dari lantai atas.

"Kakak? Kita nggak gangguin mbak kok, kita mau bantu mbak nugas aja, ya kan Mas." Balas Jeffran meminta persetujuan dari Jeffrie.

"Nah iya, bener!" Sambung Jeffrie menyetujui perkataan Jeffran dengan sedikit gugup.

Joanne menuruni tangga dan menghampiri ketiga adiknya, berdiri di antara Jeffrie dan Jeffran, melihat mereka bergantian.

"Awh!" Teriak kedua laki laki itu karena telinganya di tarik oleh Joanne.

"Kak ampun, abang yang mulai tadi." Ujar Jeffrie mulai menyalakan orang lain.

"Kok abang sih, mas juga ikutan, kak maaf nggak lagi deh!"

"Kalian berdua ya, suka banget bikin ulah, sehari aja nggak ganggu mbak emang nggak bisa, kalian bakal mati?" Joanne semakin kesal dan semakin keras tarikan pada telinga keduanya.

"Kak udah, nanti kalau telinga mas copot gimana?"

"Minta maaf dulu sama mbak."

Jessie yang dari tadi hanya melihat mereka tertawa dan mengejek kedua saudara laki lakinya itu.

"Mampus!" Guman Jessie yang masih bisa di dengar.

"Mbak juga nggak boleh gitu." Tegur Joanne.

"Maaf!" Balas Jessie sambil memegang kedua telinganya.

"Kak, ini kapan di lepasin?" Tanya Jeffran polos menunjuk telinganya yang masih di jewer.

Joanne langsung melepas jewerannya dan kedua laki laki itu mengelus telinganya yang merah dan sakit itu tentu saja.

"Kakak kalau jewer nggak kira kira, merah kan." Eluh Jeffrie.

"Bodo, cepet minta maaf!"

"Mbak kita minta maaf ya udah gangguin, lain kali kita bakal lakuin lebih lagi." Ujar Jeffrie dan langsung berlari di susul Jeffran sebelum Joanne kembali menjewer mereka berdua.

"MAS SAMA ABANG NGGAK USAH MAKAN HARI INI!" Teriak Joanne setelah kepergian mereka.

Jessie yang berada di samping Joanne langsung menutup telinganya kala mendengar teriakan merdu dari sang kakak tercinta.

"Daddy belum pulang juga?" Tanya Joanne sambil melihat jam dinding yang tergantung di atas televisi.

"Belum, emang kenapa kak? Biasanya juga daddy nggak pulang jam segini."

"Daddy tadi pagi sarapan dikit, kakak takut daddy lupa makan dan nanti malah sakit."

"Mbak tolong panggilin mas atau abang." Minta tolong Joanne pada adik perempuannya itu. "Kakak pergi ke dapur dulu."

Jessie berjalan keluar mencari kedua saudaranya yang lain, biasanya mereka berdua berada di garasi.

"Mas, bang di panggil kakak!"

Suara Jessie mengangetkan kedua laki laki itu yang sedang fokus dengan motornya.

"Nggak usah ngagetin juga kali mbak!"

"Sorry, cepet di cariin kakak, keburu kalian di marahin lagi kalau lama lama."

"Ada apa sih?" Tanya Mas dan mulai merapikan pelaratannya.

"Mana mbak tau, bye!"

Jessie pergi meninggalkan keduanya yang masih terdiam di tempat, mencuci tangan terlebih dahulu baru masuk ke dalam rumah, karena jika kakaknya itu tau mereka kembali mengotak atik motornya pasti akan mendapat amukan dan mungkin motor mereka akan langsung di jual.

"Ada apa kak?" Tanya Jeffrie yang menghampiri Joanne di dapur.

"Tolong anterin makanan ini ke kantor daddy, kakak takut daddy beli sembarang atau belum makan karena sibuk sama kertas kertas."

"Mana mas yang anterin." Jeffrie mengambil alih kotak makan itu. "Ada lagi?"

"Beliin camilan ya, udah abis soalnya kamu tau kan mbak sama abang kalau malem suka nyamil."

"Aye kapten!"

"Mau kemana mas? Bawa kotak bekal juga." Tanya Jeffran yang duduk di depan televisi bersama Jessie.

"Kantor daddy anter makanan."

Jeffrie yang ingin melangkah keluar terhenti dengan pertanyaan adik laki lalinya itu.

"Nak ikut!" Jeffran langsung melompat dari sofa.

"Jangan lompat lompat bang, jatuh mampus!" Joanne yang baru keluar dari dapur sudah mendapati tingkah petakilan Jeffran.

"Mbak juga ikut!"

"Nggak, mbak di rumah aja belajar."

Baru saja Jessie berdiri dan akan melangkah sudah di hentikan oleh Joanne.

"Udah sana! Kalau udah langsung pulang, jangan kelayapan!" Usir Joanne.

Kedua laki laki itu langsung keluar dan pergi, Joanne kembali ke kamarnya dan Jessie masih terlihat kesal karena tidak di ijinkan untuk ikut.
























































Kedua laki laki itu langsung keluar dan pergi, Joanne kembali ke kamarnya dan Jessie masih terlihat kesal karena tidak di ijinkan untuk ikut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

— vienyxxx

Dreonvalent Twins ✓Where stories live. Discover now