08. Marah

393 52 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




























































"JEFFRAN!"

Teriakan itu membuat Jeffran menghentikan aksinya, menoleh dan mendapati kakak tertuanya berdiri tidak jauh darinya.

Joaane berjalan mendekat, semua siswa langsung memberikan jalan untuknya, menatap dengan tatapan berbeda beda karena ekspresi seperti ini tidak pernah dia tunjukkan.

Jeffran juga menatap kakaknya itu was was, apalagi tadi bukan panggilan abang yang terlontar dari mulut Joanne melainkan namanya langsung, bertanda Joanne sangat marah padanya sekarang.

"Ada masalah apa?!" Tanya Joanne santai tapi tetap mengintimidasi keduanya.

"Kok diem? Nggak mau tonjok tonjokan lagi...?

"GUE TANYA KALIAN ADA MASALAH APA! JAWAB!" Joanne tak lagi bisa menahan emosinya langsung berteriak.

"T-tadi kita minta tolong sama Jeffran buat ambilin bola tapi, dia nggak mau dan malah mukul." Jelas salah satu teman mereka.

"Nggak usah muter balik fakta, anjing!"

"Bener itu?" Tanya Joanne memastikan kebenaran tapi, Jeffran tetap diam. "Jawab Jeffran, jangan diem aja tadi lo berani pukul dia kan kenapa sekarang malah diem gini?!"

"Nggak kak, gue mukul dia ada alasannya..."

"Apapun alasannya jangan pernah pake kekerasan!"

"Mereka bilang daddy gila, gue nggak terimalah, ya kali gue nggak mukul dia setelah bilang daddy gila!" Balas Jeffran sedikit meninggikan nada bicaranya.

"Ngak bener!" Bantah musuhnya.

"Bisa diem?! Ini masalah gue sama adek gue, lo nggak perlu ikut campur." Sanggah Joanne membuat mereka semua terdiam.

Joanne mendekati Jeffran mengangkat tangan kanannya, membuat Jeffran was was takut terkena tampar oleh kakaknya, dirinya menutup matanya dan bersiap merasakan tangan mulus kakaknya mendarat di pipi tampannya.

Jeffran membuka sebelah matanya kala tangan itu bukan menyentuh pipinya melainkan kepalanya, menepuk pelan kepala Jeffran sayang.

"Tau kenapa, gue bilang jangan pukul dia karena kalau lo pukul dia berarti bener karena lo emosi. Cukup diam dan abaikan perkataan mereka tentang daddy,  pada akhirnya mereka akan capek sendiri." Nasehat Joanne.

"Maaf." Cicit Jeffran melihat Joanne yang tersenyum padanya.

"Jangan ulangi lagi ya." Jeffran mengangguk.

Joanne mengalihkan pandangannya pada orang sudah babak belur karena pukulan Jeffran.

"Maaf soal adik gue." Permintaan maaf terlontar dari Joanne mewakili Jeffran.

"Tapi, gue tau Jeffran nggak bakal mukul orang karena masalah kecil, jadi pasti lo udah ngelakuin kesalahan yang fatal makanya adik gue pukul lo...

Kali ini gue bisa bantu lo supaya nggak mati di tangan Jeffran tapi, nggak lain kali saat lo buat masalah lagi dan bilang daddy gue gila."

"Belagu lo."

"Sebelum lo bilang kakak gue belagu, emang lo enggak? Lo lebih belagu, apa yang lo bilang tentang keluarga gue?" Suara itu adalah Jeffrie yang juga datang menyusul karena Jeffran kembali kembali sejak dia suruh beli pembersih lantai.

"Gue kasian sama ortu lo, udah di biayain sekolah bertahun tahun tapi, anaknya punya mulut busuk kayak lo."

"Lagi, lo belum pernah rasain kehilangan orang yang paling di cintai, gue doain moga lo cepet rasain itu, biar lo juga gila dan bunuh diri sekalian." Sarkas Jeffrie.

"Eh dongo, gue suruh lo beli pembersih lantai malah berantem di sini." Jeffrie menggeplak kepala Jeffran.

"Mas sakit, salahin tuh orang ngajak berantem!" Sahut Jeffran kesal sambil mengelus kepalanya.

"Jangan cari masalah sama kembaran gue." Bisik Jeffrie pada musuh Jeffran dan teman temannya. "Pergi sana! Ganggu pemandangan aja." Usirnya.






















































— vienyxxx

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

— vienyxxx

Dreonvalent Twins ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang