03. Kepedulian mas Jeffrie

550 61 2
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.























































Kedua laki laki yang baru sampai di kantor daddy, langsung di sambut hangat oleh satpam yang berjaga di depan.

Keduanya menunduk memberi hormat dan tersenyum ramah sebagai jawaban, baru saja masuk, sapaan terlontar dari para karyawan.

Siapa yang tidak kenal dengan kedua laki laki ini, sih anak boss yang di tampan dan banyak yang mengidolakan mereka.

"Selamat siang tuan muda." Sapaan itu terdengar dari sekertaris CEO perusahaan ini.

"Siang." Jawab Jeffrie dan Jeffran bersamaan.

"Ada keperluan apa tuan muda kemari?" Tanyanya sangat sopan.

"Daddy udah makan siang, belum?" pertanyaan tersebut di lontarkan oleh Jeffrie.

"Pak CEO dari tadi belum juga keluar, saya sudah memberitahu jam istirahat tapi, beliau belum juga segera keluar dan berkata ingin menyelesaikan berkasnya terlebih dahulu."

Penjelasan dari sekertaris membuat Jeffrie menghela nafas, selalu seperti ini! Daddynya sudah gila kerja, bahkan untuk makan saja banyak sekali alasan.

"Terima kasih, kita ingin menemui daddy."

"Silakan."

Sekertaris mulai mundur dan memberikan jalan, Jeffrie menunduk sebentar pada sekertaris daddynya itu, di ikuti oleh Jeffran yang mengekorinya dari belakang sejak sampai.

Tok... tok... tok...

Jeffrie mengetuk pintu dan menunggu balasan dari dalam sana.

"Masuk!"

Setelah mendapat balasan dari dalam sama Jeffrie mulai memutar klop pintu dan membukanya perlahan.

"Daddy sibuk?"

Tanya Jeffrie yang melihat daddy yang masih fokus dengan kertas kertas di atas meja kerjanya, dan tidak menyadari kedatangan kedua putranya.

"Mas sama abang ngapain kesini?"

Jeffrie dan Jeffran berjalan mendekat meja kerja daddy, menaruk kotak bekal yang di siapkan oleh kakaknya.

"Kakak minta tolong buat anterin bekal ini ke daddy, kakak khawatir daddy belum makan siang, dan bener daddy melewatkan makan siang bukan?"

"Maaf, sepertinya daddy terlalu fokus dengan pekerjaan."

"Daddy nggak perlu sekeras itu kerja, kalau perlu bantuan mas atau abang bisa bantu."

Jeffran yang sejak tadi hanya diam langsung menoleh kala dirinya seperti terlibat dalam obrolan ini.

"Bener kata mas, daddy bisa ajarin abang buat handle pekerjaan."

Seperti mengerti situasi Jeffran langsung menyahuti perkataan Jeffrie, setuju.

"Mas lihat akhir akhir ini daddy selalu sibuk, telat makan, tidur nggak teratur, itu bikin kakak dan kita semua khawatir dengan kesehatan daddy."

"Maafin daddy, mulai sekarang daddy usahain nggak kayak gini lagi."

"Yaudah, kita balik dulu, kakak minta kita beli camilan dulu sebelum pulang." Ijin Jeffrie.

"Ada uangnya? Mau daddy kirimin?" Tanya daddy memastikan uangnya ada atau tidak.

"Mas masih ada kok, kakak juga udah kasih juga."

"Mau daddy tambahin?"

"Mau!" Bukan Jeffrie yang berteriak antusias melainkan Jeffran sambil menunjukkan wajah berbinarnya, mendengar akan mendapat uang jajan tambahan.

"Nggak usah dad, ayo kita pergi!" Sebelum daddy memberi uang pada Jeffran, Jeffrie terlebih dahulu menarik adik laki lakinya itu dan membawanya keluar dari ruangan itu.

"Mas nggak asik, kan lumayan buat tambahan uang jajan!" Protes Jeffran setelah sampai di dalam lift.

"Nggak usah boros lo, gue tau pasti nanti buat beli sepatu lagi kayak minggu lalu."

"Ehehe." Tawa Jeffran.

"Lagian nanti kakak bakal marahin lo lagi."

"Sayang mas!" Ujar Jeffran dan memeluk lengan Jeffrie.

"Jijik anjing!"

Jeffrie melepas paksa pelukan Jeffran bersamaan dengan pintu lift yang terbuka.

"Ekhm."

Jeffrie dan Jeffran membenarkan tampilan, dan berjalan dengan cool.

"Kakak kayakan tadi lagi nggak mood deh, apalagi setelah kita yang jailin mbak."

"Iya, gue lihat juga kakak banyak banget tugas, padahal kita berempat seangkatan tapi, kenapa kayak kakak yang paling sibuk?" Tanya Jeffran bingung.

"Karena kakak juga ikut banyak organisasi sama eskul juga jadi, mungkin ada kegiatan yang bentrok."

"Tapi kita juga ikut, kecuali mbak sih."

"Kita nggak banyak ikut gituan terus kita juga lebih nyantai juga, beda sama kakak dia urusin masalah sekolah, terus urusin rumah, kita semua juga dari bangun sampai tidur lagi."

"Iya sih, gimana kita beli kesukaan kakak?" Usul Jeffran.

"Boleh, ayo!"
























































"Boleh, ayo!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

— vienyxxx

Dreonvalent Twins ✓Where stories live. Discover now