32. Mimpi buruk dan penawar

156 31 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.























Hari sudah menunjukkan pukul 12 malam tapi Joanne masih terjaga karena belajar, padahal sekolah telah libur dua minggu tapi, Joanne masih saja terus belajar entah apa yang dia kejar.

Joanne melepas kaca mata bacanya, menyandarkan punggungnya di kursi belajarnya. Memejamkan matanya, mengingat ingat apa yang membuatnya belajar mati matian.

"Kamu pernah menanyakan beasiswa luar negeri bukan? Ibu baru saja mendapatkan informasi bahwa salah satu universitas di kanada mengadakan itu untuk tahun ini, kamu bisa mengikutinya kalau kamu menginginkannya, nanti ibu kasih persyaratannya, tesnya mereka yang akan kesini dan di lakukan online."

Joanne benar benar menginginkan beasiswa itu tapi, dia ragu ingin meninggalkan daddy dan saudara saudaranya.

Joanne bangkit dan berjalan membuka kamar untuk mengambil air minum tapi langkahnya terhenti di depan pintu kamar bertulisan "Kamar orang ganteng, Jeffrie Dreonvalent." Memandang pintu coklat itu dan sama sama dia mendengar suara ketakutan dari dalam sana.

"Pergi!"

"Tolong!"

"PAPA, MAMA, TOLONG!"

Teriakan itu mampu membuat Joanne panik dan langsung masuk ke dalam kamar saudara laki lakinya itu, untung saja pintunya tidak di kunci.

Joanne melihat Jeffrie yang terus meminta tolong dengan matanya masih menutup, tubuhnya sudah berkeringat menandakan dirinya sangat ketakutan dengan mimpi yang dia alami.

"Mas?" Panggil Joanne lembut yang sudah duduk di samping memegang tangan dingin Jeffrie yang bergetar ketakutan.

Mengusap lembut tangan tersebut berharap Jeffrie lebih tenang. "Nggak perlu ada yang di takuti, kakak ada di sini."

Seolah perkataan Joanne adalah sebuah mantra, Jeffrie mulai tenang, nafasnya juga kembali teratur tidak seperti sebelumnya yang begitu ketakutan.

"Sepertinya mas mimpi buruk, sangat buruk." Monoton Joanne dan mulai melepaskan tangannya dari Jeffrie.

Tapi, sebelum benar benar terlepas Jeffrie malah menarik tangan Joanne menggenggamnya lagi tidak membiarkan terlepas.

"Jangan pergi." Ujar Jeffrie dalam tidurnya.

"Segitu buruk mimpinya?"

Joanne tidak mengubah posisinya membiarkan Jeffrie memegang tangannya walau sebenarnya Joanne sudah sangat mengantuk, melihat ke arah jam yang bertengger di atas nakas waktu sudah menunjukkan pukul 12.30 dini hari.

"Kakak?" Panggilan tersebut mengagetkan Joanne yang hampir memejamkan matanya dalam posisi duduk.

Joanne melihat Jeffrie yang sudah terbangun dan menatapnya kebingungan karena tiba tiba ada Joanne di kamarnya, apa dirinya lupa memgunci pintu sebelum tidur? Pikir Jeffrie.

"Mas bangun, mimpi buruk lagi?" Tanya Joanne.

"Kakak ngapain di sini? Kenapa nggak tidur?" Bukannya menjawab Jeffrie malah bertanya hal lain pada Joanne.

"Tadi kamu mimpi buruk sampai ngigau jadi kakak masuk dan berusaha bangunin kamu tapi, kamu nggak bangun. Yaudah kakak tenangin aja kamu pas kakak mau balik kamu megang tangan kakak dan nggak ngebolehin kakak pergi." Jelas Joanne.

"Maaf."

"Nggak papa, kamu mimpi apa sampai ketakutan gitu?"

"Nggak tau, Jeffrie nggak inget."

"Yaudah, kamu tidur lagi ini masih gelap, kakak balik ke kamar dulu." Pamit Joanne dan berdiri mengambil gelas minumannya yang sempat dia simpan di atas nakas.

"Kak, makasih. Good night." Ucap Jeffrie sebelum Joanne menutup pintu kamarnya.

Joanne tersenyum membalasnya. "Too, baca doa sebelum tidur biar lebih tenang." Nasehat Joanne dan kemudian menutup pintu kamar Jeffrie.

Jeffrie tidak kembali tidur dia menuju kamar mandi untuk mencuci mukanya setelah itu dirinya memandang dirinya lewat pantulan cermin di kamar mandinya.

Memikirkan mimpinya itu, sebenarnya Jeffrie berbohong, dia tidak lupa denga mimpinya tersebut, mimpinya itu seakan pernah dia alami di masa kecilnya.

Setelah merasa tenang dia kembali ke kamarnya duduk di meja belajarnya, membuka laci meja belajarnya menatap isi di dalamnya.

"Sepertinya obatnya ini tidak akan berguna lagi." Ujarnya melihat sebotol obat dan membuangnya ke tempat sampah samping mejanya.

"Aku sudah menemukan penawar lain untuk itu." Sambungnya dan melihat figura yang berada di laci terbalik tidak memperlihatkan foto siapa itu.

"Bener yang dosa emang lebih nikmat." Tukasnya tertawa kecil menyadari perbuatannya.

"Lucu." Tawanya lagi terdengar.

No! Jeffrie bukannya sakit jika kalian berfikir seperti itu, sejak dirinya memasuki sekolah menengah atas dia sering bermimpi buruk, membuatnya harus meminum obat tidur agar tidurnya tidak terganggu. Dan sekarang Jeffrie tidak perlu meminum obat lagi karena ada penawar lainnya.























 Dan sekarang Jeffrie tidak perlu meminum obat lagi karena ada penawar lainnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

vienyxxx





Wah wah apa nih?

Dreonvalent Twins ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang