17. Kekhawatiran kak Joanne

263 35 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


























Sudah sekitar 1 jam sejak Jeffran pergi mengantar berkas daddy tapi, sampai sekarang dirinya belum datang. Joanne yang memang berada di teras menunggu adiknya itu terus perpositif thinking mungkin saja jalanan macet atau Jeffran masih bermain.

Pikirannya juga terbagi dengan apa yang sempat dia temukan di ruang kerja daddynya, apa yang sebenarnya tersembunyi dalam keluarga ini? Apa semua ini adalah kebohongan dan kepalsuan saja? Entahlah!

"Kak?" Panggil Jeffrie yang ternyata baru datang, membuat fokus Joanne teralihkan. "Ngapain di luar? Masuk kak, dingin udah sore juga!"

"Kamu balik cepet, katanya malem?" Tanya Joanne pasalnya Jeffrie bilang tadi akan pulang malam.

"Tadi ada kecelakaan di jalan, jalanan di tutup sementara, jadi mas puter balik aja pulang."

"Oh, terus gimana orang yang kecelakaan itu? Parah?"

"Mas kurang tau juga, karena jauh dari posisi mas, tapi kayakan parah, dia bawa motor dan mental agak jauh."

"Semoga dia baik baik aja." Guman Joanne mendoakan keselamatan orang tersebut.

"Terus kakak sendiri ngapain di sini? Ayo masuk udah makin dingin kak."

"Kakak nunggu abang, dia tadi nganter berkas daddy yang ketinggalan tapi, sampai sekarang belum balik juga."

"Abang pasti di jalan, ayo kita masuk kak."

Jeffrie menuntun Joanne untuk masuk tapi, baru beberapa langkah Joanne berhenti dan menghadap Jeffrie.

"Tolong jemput abang, kakak khawatir terjadi sesuatu sama dia. Apalagi dia nggak bawa handphone, kayakaan ketinggalan tadi ada di ruang keluarga."

"Iya, mas ke kantor daddy sekarang, kakak masuk aja jangan sampai sakit."

Setelah mengatakan itu, Jeffrie kembali keluar, menaiki motornya yang masih berada di depan rumah. Joanne yang masih belum masuk melihat adiknya tersebut keluar dan baru masuk ketika Jeffrie menghilang dari penglihatannya.

"Tadi aku dengar suara motor, siapa?" Tanya Jessie yang duduk santai di depan televisi sambil memakan camilan.

"Mas"

"Lah terus kok nggak masuk? Pergi lagi dia?" Tanyanya kebingungan.

"Kakak suruh jemput abang, takut ada apa apa soalnya dia nggak bawa handphonenya."

"Kakak banyak yang di pikirin ya?" Tanya Jessie mengalihkan topik pembicaraan.

"Hm?" Joanne tidak mengerti apa yang di maksud oleh adiknya itu hanya berdehem sebagai jawaban.

"Kakak kelihatan capek banget, istirahat kak, kita semua baik baik aja, jangan sampai kakak sakit, kalau kakak sakit yang ngurus kita semua nanti siapa?"

"Mbak dan yang lain nggak tau apa yang menganjal hati kakak, kita nggak bakal maksa kakak buat cerita sekarang tapi, ingat kita semua ada di samping kakak."

Walau Jessie memang anak yang manja tapi, dirinya tau waktu untuk manja dan berbicara bijak seperti ini. Memang didikan daddy tidak ada yang gagal.

"Maaf, kakak nggak bisa cerita sekarang sama kalian semua tapi, kakak janji bakal cerita kalau udah ketemu titik terangnya dan juga kakak udah siap."

"Nggak perlu terburu buru, kakak lakuin apa yang menurut kakak bener, kita semua akan selalu dukung dan dengar semua ucapan kakak, jangan khawatir."

Jessie langsung memeluk kakaknya begitu erat, berusaha memberikan ketenangan untuk Joanne. Mungkin karena mereka sama sama perempuan jadi, lebih bisa memahami satu sama lain.

"Adek kakak yang manja udah gede, kamu udah bisa berfikiran dewasa dan bijak gini, kakak sayang kamu." Joanne membalas pelukan Jessie tak kalah erat, membuat Jessie hampir kehabisan nafas karena pelukan yang sangat erat.

"Kak, mbak nggak bisa napas!" Ujar Jessie sambil memepuk nepuk punggung Joanne untuk melepaskan pelukannya.

Joanne langsung melepaskan pelukannya dan tertawa kecil melihat Jessie yang terengah engah dan menghirup udara sebanyak banyaknya.

"Huh, huh, huh. Kakak mau bunuh aku?! Hampir aja mbak mati kehabisan napas."

"Nggak usah lebay!"

"Kakak kenapa jadi ketularan dua curut sih?!" Tanya Jessie karena Joanne yang mulai menjahilinya seperti dua kembar cowok cap badak.

"Nggak papa, seru juga jahili kamu, pantes mas sama abang seneng banget jahilin kamu."

"Tau ah, ngeselin semua penghuni rumah ini, kecuali daddy tentu aja."

"Ah, gitu ternyata...? Mau kakak peluk lagi?" Ucap Joanne yang sudah merentangkan tangannya dan tersenyum jail pada Jessie.

"Enggak!"

Jessie mulai mundur sampai dirinya ada di ujung, Joanne sudah siap untuk kembali memeluk Jessie tapi, aksinya terhenti ketika telepon rumah berbunyi.

"Eh?! Siapa yang telepon rumah? Tumben ada yang telepon lewat sana." Tanya Jessie.

Joanne sudah melangkah menuju telepon tersebut, mengangkat gagang telepon dan terdengar suara yang membuat Joanne terdiam membeku dan perubahan eskpresi wajahnya yang membuat Jessie yang masih terduduk menghampirinya.

"Kak, ada apa?" Tanya Jessie menepuk pundak Joanne.

Joanne menatap Jessie dengan mata yang sudah berkaca kaca. Ada apa? Apa terjadi sesuatu yang buruk?

"Mas...."





















































— vienyxxx

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

— vienyxxx

Oke di gantung

Ada yang masih baca dan nunggu cerita ini nggak?

Maaf banget kalau telat atau nggak sesuai jadwal ini otak sama tangan nggak bisa di ajak kerja sama.


Dreonvalent Twins ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang