❛❛Marga kita Dreonvalent, daddy kita Aryana Jaafar Dreonvalent tidak yang lain!❜❜
- dari kita untuk daddy
Start : 30 Juli 2021
Finish : 15 November 2021
Copyright @ 2021, vienyxxx
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Waktu sudah terlewatkan, sekarang semua kembali pada aktivitas biasanya, sekolah dan bekerja begitulah aktivitas yang anggota Dreonvalent lakukan.
Semua kembali normal, entah apa yang akan terjadi nanti tidak di pedulikan. Joanne fokus belajar mengejar beasiswa yang gurunya sempat tawarkan tanpa sepengetahuan daddy dan saudaranya.
"Kakak, ini baru semester baru kenapa kakak sibuk banget?" Tanya Jessie yang menghampirinya di perpustakaan sekolah.
"Karena itu, sebentar lagi ujian kelulusan terus ada tes masuk universitas kakak harus siapin semuanya." Sahut Joanne yang masih fokus pada bukunya.
"Kakak serius mau ambil di luar negeri?" Jessie hanya ingin memastikan lagi semua benar.
"Iya, daddy juga dukung jadi kakak bisa lega."
"Tapi, mbak sama yang lain belum ijinin loh, kalau kami nggak ngijinin kakak buat lanjut di luar negeri gimana?"
"Mbak, tapi itu impian kakak, apa kamu mau halangin impian kakak?"
"Nggak gitu kak, aku nggak bisa apa apa tanpa kakak, sekarang aja kalau nggak ada kakak nggak ada yang bantu aku nemuin barang. Kakak tau mbak seceroboh itu kan."
"Makanya mulai sekarang kamu belajar mandiri, nggak selamanya kakak akan ada buat kamu dan yang lain, ada saatnya kita punya kehidupan masing masing."
Tanpa mereka sadari ada orang lain yang bersembunyi di balik rak yang tidak jauh dari sana, mendengar semua obrolan kedua saudari itu.
"Kakak harus ketemu bu Rini, kamu balik kelas atau ke kantin aja." Suruh Joanne sambil merapikan buku bukunya dan pergi meninggalkan perpustakaan.
"Kenapa nggak gabung aja tadi? Kenapa malah nguping?" Ujar Jessie setelah Joanne pergi dari perpustakaan meninggalkan dirinya sendiri.
Seseorang yang bersembunyi di balik rak langsung menampakkan diri, duduk di sebelah Jessie yang masih betah di posisinya.
"Udah denger sendiri kan tadi kakak bilang apa. Kenapa nggak tanya sendiri sih?"
"Nggak papa."
"Semoga pikiran gue salah tapi, kalau bener, inget itu terlarang dan sangat salah." Tegur Jessie dan meninggalkan orang itu.
"Kakak perlu bantuan?" Joanne yang baru dari ruang guru dengan tumpukan buku di tangannya.
"Eh, mas kok di sini?"
Joanne mendongak untuk melihat siapa yang menawarkan bantuan padanya dan ternyata salah satu adiknya, Jeffrie.
"Kebetulan lewat."
"Tapi kan kelas mas berlawanan arah."
"Udah deh jangan bawel, siniin bukunya!" Jeffrie mengambil alih buku yang berada di tangan Joanne sebelumnya.
"Mau bolos?" Tanya Joanne.
"Mana ada, kakak fitnah!"
"Ya sih kalau bolos pasti bareng Jeffran kan." Sahut Joanne tertawa kecil. "Jangan suka bolos lagi ya, bentar lagi kita lulus."
"Kok jadi kayak permintaan terakhir sih!" Eluh Jeffrie.
"Anggap aja gitu biar kamu nurut."
"Eh btw ini mau di bawa kemana?" Tanya Jeffrie yang baru menyadari dirinya tidak tau tujuannya sekarang.
"Bawa ke kelas 11 IPS 1, bu Rini tadi minta tolong buat anterin kesana sekalian kasih tugas sama mereka."
"Kakak udah macem asisten guru aja."
"Ya begitulah, kakak kan kesayangan guru."
"Mas juga ya, kesayangan guru."
"Kesayangan guru, sangking sayangnya guru bk sampai bosen tiap hari berurusan sama kamu."