19. Kebenaran tentang berkas

262 43 0
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.























"Daddy, bisa jelasin ke Joanne sekarang apa maksud dari ini?"

"Kamu dapat dari mana?!"

"Ruang kerja daddy."

Daddy dan Joanne sekarang berdiri berhadapan di ruang tamu rumahnya. Joanne menunjuk sebuah map yang tergeletak di atas meja.

"Siapa yang di maksud? Daddy punya anak lain selain kami berempat? Atau itu salah satu dari kami?"

Daddy menunduk bingung untuk menjawab apa sekarang, mulutnya susah untuk mengucapkan sepatah katapun.

"Selama 17 tahun ini banyak hal yang aku dan yang lain nggak tau, banyak yang daddy sama mommy sembunyiin dari kami?"

"Joanne sudah kayak orang bodoh di sini."

"Maaf, maafin daddy kak. Daddy dan mommy nggak maksud buat tutupin kebenaran itu, tapi kita takut kalian bakal pergi dan ninggalin daddy sendiri. Sekarang hanya kalian yang daddy punya, hanya kalian yang bikin daddy hidup sampai sekarang."

"Jadi siapa yang di maksud di berkas itu? Joanne?"

Daddy menggeleng. "Bukan, itu mbak. Mbak Jessie."

"Jessie?" Tanya Joanne memastikan bahwa pendengarannya tidak salah yang di angguki daddy.

"Siapa Jessie sebenarnya?"

Sebelum pertanyaan Joanne terjawab suara pintu utama terbuka menampilkan gadis yang sedang kedua anak dan orangtua itu bicarakan.

"Mbak, ada apa?" Tanya Joanne setenang mungkin agar Jessie tidak curiga.

"Nggak papa, daddy sama kakak kenapa? Kok pas mbak dateng kaget gitu, ada yang di sembunyiin atau kakak sama daddy lagi bicarain mbak?" Tanya Jessie kebingungan.

"Iya." Balas daddy santai.

"Bicarain apa?"

"Kenakalan mbak selama daddy kerja."

"Mbak nggak nakal perasaan deh." Ujar Jessie sambil cemberut.

"Kamu bukannya di rumah sakit jagain abang, kenapa pulang? Terus siapa yang jagain abang?" Tanya Joanne mengalihkan pembicaraan.

"Ah, sampai lupa!" Jessie menepuk dahinya. "Abang udah sadar, ini mbak di suruh ambil barang kesayangannya."

"Kok nggak telepon kakak aja? Biar di bawain sekalian."

"Abang nggak mau, suruh mbak yang ambil."

"Kamu mau mau aja di bodohi sama abang, dia cuma mau ngerjain kamu." Sahut daddy sambil menahan tawanya.

"Jadi? Beneran mau mati abang ya!" Kesal Jessie dan kembali keluar, melupakan suruhan Jeffran.

"Jangan bilang ini sama mbak ya kak, daddy nggak mau senyum dia hilang gitu aja." Minta daddy.

Joanne merasa bingung apa yang akan dia lakukan setelah ini, mengikuti perkataan daddynya atau memberitahu kebenaran ini.

"Kakak bisa nggak kasih tau mbak tapi, kalau dia tahu sendiri atau dari orang lain daddy harus jelasin semuanya."

"Iya." Daddy menyetujuinya.

"Daddy ke kantor? Joanne mau ke rumah sakit."

"Bareng aja, daddy nggak ke kantor."

Sepasang anak dan ayah itu keluar bersama, meninggalkan kediaman Dreonvalent untuk menuju ke rumah sakit.

"Maaf, daddy banyak menyembunyikan kebenaran tentang kalian berempat. Daddy hanya takut kehilangan kalian nantinya." Batin Daddy sambil memandangi Joanne yang fokus melihat ke depan.

"Kenapa dad?" Tanya Joanne yang merasa di pandangi.

"Nggak papa, kamu udah sangat dewasa, daddy bahagia." Balas daddy dan kembali fokus menghadap jalanan dan menyetir.

"Ini karena ajaran daddy."

























— vienyxxx

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

— vienyxxx

Dreonvalent Twins ✓Where stories live. Discover now