13. Daddy dan anak andalannya

324 41 0
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
































































Perjalanan menuju restoran begitu tenang, tidak ada obrolan di antara ayah dan anak tersebut, hanya ada suara radio yang terdengar.

Daddy menghentikan mobilnya saat lampu lalu lintas berwarna merah.

"Gimana sekolahnya? Kalian nggak bikin ulah kan?" Tanya daddy membuka pembicaraan.

"Baik, bikin ulah kan biasa dad maklum masih muda jadi seneng seneng dulu." Balas Jeffrie sambil cengengesan.

"Bikin ulah apa lagi? Mau cerita sama daddy?"

"Cuma telat sama berantem doang kok, makanya kunci motor di sita sama kakak."

"Hahaha, kakak emang semirip itu sama mommy kalian."

"Beneran dad?" Tanya Jeffrie antusias, entah kenapa setiap membahas sang mommy akan sebahagia ini.

"Iya, dulu semasa pacaran mommy selalu kena omel karena sering telat sama berantem." Cerita daddy sambil menjalankan kembali mobilnya.

"Daddy dulu berandal juga ya."

"Daddy dulu juga sering ikut balapan sampai mommy sering sembunyiin kunci motornya atau nggak kempesin ban motor daddy supaya nggak bisa ikutan balapan."

"Segitunya, terus gimana?"

"Daddy waktu itu cuma ketawa aja, soalnya mommy kamu salah ngempesin motor malah motor temen daddy yang di kempesin."

"Setelah kejadian itu, mommy marah, ngambek sama daddy dan nggak mau ketemu daddy seminggu."

"Setiap daddy samperin mommy selalu menghindar tapi, mommy juga yang uring uringan karena nggak bisa ketemu daddy, gengsinya terlalu tinggi sih." Cerita daddy berakhir.

"Dan sifat itu turun ke Jessie sekarang, gengsinya sama sama tinggi." Sahut Jeffrie yang di angguki.

"Yaudah yuk turun, udah sampai."

Daddy dan Jeffri turun dari mobil dan langsung masuk ke restoran, menuju tempat klien dan sekertaris daddy yang sudah menunggu.

"Selamat sore Tuan." Sapa klien tersebut menjabat tangan daddy.

"Selamat sore, mari kita mulai sekarang."

Jeffrie yang duduk di samping daddynya hanya diam melihat dan mendengarkan interaksi juga pembahasan tentang perusahaan yang tidak dirinya pahami.

"Terima kasih, senang berkerja sama dengan anda."

"Terima kasih kembali, saya juga."

Pertemuan dengan klien sudah selesai, mereka sudah berjabat tangan dan berpamitan untuk pergi tapi, sebelum itu klien menatap Jeffrie, dia baru sadar ada orang lain di sini, sejak tadi emang jeffrie di anggap siapa? Makhluk tak kasat mata?

"Dia anak kedua sekaligus putra pertama saya Adrian Jeffrie."

"Ah, saya baru tau. Jadi, apa dia yang akan menjadi penerus perusahaan anda."

"Tergantung padanya, mau atau tidak. Saya tidak akan memaksanya untuk meneruskan perusahaan kalau anaknya tidak mau."

"Begitu, ya sudah saya pergi dulu, sampai jumpa lagi."

Setelah kepergian klien hanya tersisa 3 orang saja di sana, daddy, Jeffrie dan Rio, sekertaris daddy.

"Saya tidak ada jadwal lain kan?" Tanya daddy.

"Iya tuan, kalau anda sudah ingin pulang biar saya yang urus lainnya."

"Ya sudah, kalau ada apa apa kabarin saya."

"Baik tuan."

"Mas, ayo kita pulang."

Jeffrie hanya mengangguk sebelum itu dirinya berpamitan pada Rio dan mengikuti daddynya masuk ke dalam mobil.




















































Jeffrie hanya mengangguk sebelum itu dirinya berpamitan pada Rio dan mengikuti daddynya masuk ke dalam mobil

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

— vienyxxx

Dreonvalent Twins ✓Where stories live. Discover now