45. Melepas rindu

128 31 3
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.







































Joanne sudah berada di apartemen, meneguk secangkir teh kesukaannya sambil memangku laptop.

Joanne masih memikirkan ucapan gurunya tersebut, sangat Membebaninya. Apa harus dia tanyakan pada daddy?

Jangan! Ini akan membuat daddy kepikiran juga nantinya.

Akhirnya Joanne memutuskan untuk menghubungi Jessie dan menanyakan keadaan mereka.

"Kakak kangen!" Teriak Jessie dari layar laptop itu terlihat jelas Jessie senang.

"Kakak juga kangen kalian, gimana disana? Semua baik baik aja?"

"Baik kak, kakak tau nggak ada berita gembira."

"Apa?"

"Mas udah ketemu sama orang tua kandungnya, ternyata orang tua mas rekan bisnis daddy."

Joanne memang sudah mendapat kabar jika Jeffrie bukan anak kandung daddy dan juga Mommy, membuatnya semakin gelisah, di satu sisi takut Jeffrie akan terus menaruh rasa padanya setelah tau kebenaran ini dan rasa takut jika dia juga bukan anak kandung daddy dan mommy.

"Kakak nggak papa? Kenapa diem?" Tanya Jessie dari sebrang sana dengan wajah khawatir.

Joanne tersenyum. "Nggak papa, kakak baik baik aja, kakak ikut seneng buat mas yang udah ketemu orang tua kandungnya."

"Oke!"

"Yang lain mana? Daddy?"

"Daddy masih di kantor sama mas lagi main ke rumah orang tuanya, abang nggak tau tadi sih ada di taman belakang."

"Kayak gitu, yaudah nanti lagi ya mbak. Kakak masih ada tugas yang belum selesai."

"Iya kak, jaga diri baik baik."

Keduanya saling melambaikan tangan sebelum sambungan terputus.







































Sebuah ruangan yang tempati seseorang yang duduk di kursi kebesarannya dengan orang lain yang duduk berhadapan dengannya.

"Apa yang kau dapat tentang Joanne?"

Orang itu to the point.

Suruhannya itu memberikan sebuah dokumen yang berisikan semua informasi tentang Joanne dan keluarganya.

Dia mengambil dokumen, membaca sekaligus mendengar semua penjelasan suruhannya tersebut.

"Joanne Dreonvalent anak pertama dari empat saudara, daddynya pemilik perusahaan D Company. Istrinya sudah meninggal, dan daddynya sempat masuk rumah sakit jiwa karena depresi setelah kehilangan istrinya tersebut."

"Disini tertera kalau keluarga mereka mandul bagaimana bisa mereka bisa memiliki 4 anak?" Potong orang tersebut.

"Itu masalah ketiga anak itu bukan anak mereka, Anak kedua mereka, Jeffrie adalah anak keluarga Pratama yang saat kecil diculik dan mereka baru tahu tiga bulan yang lalu. Anak ketiga Jessie, adalah anak yang ingin dijual oleh keluarga kandungnya dan anak terakhir Jeffran adalah anak dari dua remaja SMA yang membuat kesalahan dulu."

Orang itu mengangguk mengerti mendengar penjelasan suruhannya tersebut.

"Anak pertama mereka, Joanne Dreonvalent adalah anak hasil pemerkosaan dan ibunya membuang dia karena dianggap pembawa sial dan haram."

"Dia benar benar anakkku, kita akan kembali ke Indonesia untuk mengurus ini, jadwalkan pertemuanku dengan daddy Joanne."

"Baik tuan."

"Setelah aku cari kemana mana, ternyata anakku sudah tumbuh dengan baik, wajahnya sangat mirip dengan ibunya."

"Apa tuan akan mengambil hak asuh anak tuan tersebut dari Dreonvalent?"

"Tidak semudah itu memisahkan mereka, ketiga anak yang lainnya saat tau mereka bukan bagian Dreonvalent tapi, mereka tetap tinggal disana bukan?"

Suruhannya itu mengangguk, benar juga walau mereka sudah tau kebenaran tapi, mereka masih berada di kediaman Dreonvalent dan tidak ingin tinggal bersama orangtua kandungnya.

"Dan soal orangtua Jessie bukannya dia dibawah ke jalur hukum oleh Dreonvalent?"

"Jadi, tetap cari informasi tentang Dreonvalent yang bisa menjatuhkannya dan membuat anak anak itu benci pada daddynya sendiri."

"Baik tuan."















— vienyxxx

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

— vienyxxx

Dreonvalent Twins ✓Where stories live. Discover now