OXYGENA - O2

56.9K 5.3K 252
                                    

YIPPIE, KITA KETEMU LAGI YAY! ADA YANG NUNGGUIN UP GAK SIH?

VOTE AND COMMENT? MAKASIH YA <3

Sepulang sekolah, Lyvia benar-benar dibuat kesal dengan mood-nya saat ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sepulang sekolah, Lyvia benar-benar dibuat kesal dengan mood-nya saat ini. Buruk, sama dengan harinya yang menyebalkan.

Bertemu dengan Alster dan berbicara berdua, berhasil membuat Lyvia naik pitam. Bukannya senang dengan permainan yang telah ia mulai sendiri, tapi justru tertekan telah masuk dalam kehidupan Alster.

Merebahkan tubuh, dengan menatap langit-langit kamar, ternyata masih belum bisa mengusir segala kekesalan dalam diri Lyvia.

Matcha, warna kesukaannya. Menghiasi kamar milik Lyvia. Entah mengapa warna itu menjadi favoritnya. Bisa meredam segala resah yang ada pada dirinya. Menyejukkan pula. Tapi tidak untuk saat ini, pikirannya masih tertuju pada objek percobaan tantangannya, Alster.

What the hell? Pikirannya sudah berpusat pada lelaki yang baru saja ia kenal.

Beberapa kali kedua tangannya ia gunakan memukul kepalanya, seakan ingin mengeluarkan sesuatu dari dalamnya. "C'mon, Als! Lo keluar dari pikiran gue, sekarang juga!"

23.

Bayang-bayang akan dua angka itu sungguh membuat Lyvia seperti orang gila. Sekali saja ia tak pernah. Tapi jika boleh jujur, bibir milik Alster terlihat menggoda di kedua mata Lyvia. Bagaimana bibir itu berbicara, minum, makan, apalagi jika dicium? Oh, pasti akan terasa manis.

"Gue udah gila!" teriaknya frustasi sembari kembali terduduk. Kakinya mengantar untuk keluar dari dalam kamar menuju ke arah dapur yang terletak di lantai bawah.

Untuk seorang Lyvia yang sangat berteman dengan malas, mungkin ia akan menerima tawaran jika Maminya—Morana Anneliese—memberikan pertimbangan pada Lyvia untuk membangun dapur di dalam kamarnya agar tidak perlu untuk turun ke lantai bawah. Memang Lyvia semalas itu.

Seragam yang terlihat begitu ketat membentuk lekuk pada tubuhnya masih melekat pada diri Lyvia, hanya saja lebih melonggarkan dasi. Tak lupa membuka dua kancing paling atas. Sedangkan kaus kakinya? Sudah ia lempar asal dalam kamarnya tadi.

Setelah mendapatkan apa yang Lyvia mau, yaitu minuman dingin andalannya, gadis itu kembali melangkahkan kakinya mencari keberadaan Maminya.

"Mami ... hello! Anybody home?"

Untuk rumah bak istana yang ditinggalkan oleh mendiang Papinya untuk Lyvia dan juga Morana ini terlalu besar. Oh, dan satu lagi, si pengacau itu Lyvia sedikit melupakannya. Kakak perempuan yang memiliki mulut selebar macan. Wren Klymene.

OXYGENA [COMPLETED]Where stories live. Discover now