OXYGENA - 38

21.1K 1.8K 182
                                    

"Lyvia!"

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

"Lyvia!"

Suara langkah kaki berlarian kecil itu teredam dengan pekikan menggema pada luasnya bandara. Tentu dihebohkan dengan Rae, yang sudah bisa dikatakan melepas rindu ingin bertemu dengan Lyvia sudah dari jauh-jauh hari.

Pandangan Rae lantas mengedar pada sekeliling Lyvia yang berdiri di samping Alster. "Blais, nggak ikut?" Untuk pertanyaan satu ini berhasil membuat Lyvia tersenyum kikuk. Terlebih lagi saat Naomi dan Calvert saling bertukar pandang. Bukankah anak pertama mereka juga ada di sini? Lalu apa yang dicari oleh Rae?

Melihat tampang gelisah dari Lyvia yang bingung akan menjawab apa, membuat Alster mengambil pergerakan untuk merendahkan tubuh tingginya, menyetarakan dengan Rae. "She's prefer with this Blais, Rae."

Sekilas Alster melirik pada gerak-gerik Lyvia yang hanya bisa mengangguk membenarkan. Memang pada dasarnya Blais yang satu ini selalu menetap dalam hatinya.

Rae hanya bisa mengangguk, mendengar penjelasan dari Kakaknya yang sebenarnya tak terlalu jelas untuk bisa dimengerti gadis kecil itu.

"Lain waktu, bawa Lyvia ke L.A, Als." Naomi berujar pada anak lelakinya itu, seraya sekilas melirik ke arah Lyvia disertai sebuah senyuman hangat.

Kembali Alster menegakkan tubuhnya, dengan Rae yang bergelanyut manja pada gendongan Alster.

"Pasti, Ma." Alster mengangguk mengiyakan, seraya tangan kanan yang terbebas ia gunakan untuk menggenggam telapak tangan Lyvia.

Beberapa kali Calvert menepuk bahu Alster. Ada rasa berat saat harus meninggalkan Alster sendirian terpisah dengan keluarganya. Tapi apa boleh buat, itu bukan Alster saat masih berlarian dengan menggiring bola di taman sampai warna bajunya berganti karena terkena bercak lumpur. Saat ini Alster telah tumbuh menjadi lelaki remaja yang punya tanggung jawabnya sendiri, dan mandiri tentunya.

"Lulus sekolah, Papa tunggu keputusan, dan kabar baik dari kalian. Papa selalu mendukungmu, Als." Kali ini Calvert berada pada mode seriusnya, tidak seperti biasanya yang bergelut dalam gurauan aneh.

Sebelum keluarga Alster memutuskan untuk kembali pindah ke Los Angeles karena Calvert harus mengurus perusahaannya yang ada di sana. Sempat Calvert berunding sejenak dengan anak lelakinya itu. Menawarkan untuk meneruskan cabang perusahaan yang ada di Indonesia, atau terserah pada Alster memilih menempatinya di negara mana.

Jelasnya, Calvert tak terlalu memaksakan kehendak Alster. Jika memang anak lelakinya itu punya mimpinya sendiri, Calvert tak akan memaksa dan mengharuskan Alster bergelut dalam dunia bisnis yang memusingkan. Tapi jika Alster menyetujuinya, maka itu tak akan terlalu merepotkan Calvert lagi.

OXYGENA [COMPLETED]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora