OXYGENA - 29

21.4K 2.2K 124
                                    

HEY, JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK KOMENTAR DAN VOTE, YA, MAKASIH <3

Langkah kaki gontai tak bertenaga baru saja memasuki rumah, banyak perasaan berkecamuk dalam Lyvia

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Langkah kaki gontai tak bertenaga baru saja memasuki rumah, banyak perasaan berkecamuk dalam Lyvia. Mengerti bahwa memang ia tak bisa jauh dari Alster, dan Lyvia mengakuinya, bahwa ia kalah. Terlebih lagi saat terbongkarnya kebenaran itu, rasa percaya pada Alster mulai timbul walau perlahan.

"Blais!" seru Wren saat Blais langsung berlari sekencang mungkin menyambut kedatangan Lyvia. Membuat senyuman terbit pada bibir merah muda milik gadis itu, lantas membawa Blais pada gendongannya.

Menaruh sepatu pada rak yang tersusun rapi, lalu mendudukkan dirinya pada sofa, serta menaruh tas sekolahnya asal. Rasanya benar-benar kosong, tak ada apapun dalam pikiran Lyvia saat ini.

Lyvia berujar lirih, "Don't leave me, Blais."

Pecah sudah tawa Wren, melihat Lyvia yang beringsut lantas berbaring lemas pada sofa sembari memeluk Blais, dengan tangan kanan yang mengelus lembut bulu halusnya.

Pasalnya Wren pernah bilang bukan, bahwa jika Lyvia merindukan Alster melalui pelukannya dengan Blais, maka Wren akan jadi orang pertama yang paling kencang menertawakan Adiknya itu.

Dan hari itu telah tiba.

Tentu Wren sangat mengerti bahwa yang dimaksud oleh Adiknya itu bukanlah anjing berjenis Maltipoo dalam rengkuhannya, tapi perumpamaan bahwa itu adalah Alster Blais.

"I'm still breathing, Kin. Apa kata gue, lo pasti kangen—"

Pada detik itu juga tawa Wren mereda, lantas menghampiri Adiknya. Tatkala kedua matanya menangkap sebulir air mata lolos begitu saja dari netra indah milik Lyvia. Ini bukan situasi di mana ia seharusnya mengeluarkan tawa menggelegar. Lyvia tak pernah terlihat selemah ini sebelumnya.

"Hey, look at me, lo kenapa? Alster ninggalin lo? Dia jalan sama cewek lain? Bilang sama gue, Lyv!" Wren benar-benar panik setengah mati, melihat ada kerapuhan dalam kedua mata Lyvia.

Wajah Wren merah padam, walaupun keduanya seringkali saling melemparkan umpatan, atau bahkan layaknya Tom and Jerry, tapi sebenarnya Wren sangat menyayangi Adiknya itu.

"Jangan diem aja kayak gini, lo itu bukan penakut, Lyv. Bilang sama gue, kalo emang Alster brengsek!" lanjut Wren yang mendapatkan gelengan lemah dari Lyvia.

Sebuah kerutan di kening membuktikan bahwa Wren butuh Adiknya itu untuk bicara, menjelaskan ada apa, atau malah akan menimbulkan kebingungan tak berujung jika Lyvia masih saja tetap bungkam.

OXYGENA [COMPLETED]Where stories live. Discover now