OXYGENA - 4O

21.8K 1.9K 238
                                    

Minggu berganti begitu cepat

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Minggu berganti begitu cepat. Sesuai dengan apa yang diharapkan, Lyvia benar-benar mendapatkan nilai sempurna pada ujiannya. Berkat bimbingan dari Alster, Lyvia mencapai target dengan memperoleh nilai A, pada beberapa mata pelajaran. Ujian yang Lyvia pikir akan berhasil membuatnya uring-uringan, ternyata sangat berbanding terbalik.

Terlebih lagi setelah mendapatkan semangat penuh dari Alster, lelaki itu menunggunya di samping kelas, saat selesai lebih dulu. Usaha yang selama ini Lyvia lakukan dengan belajar, ternyata tak sia-sia.

Setelah bergelut dan berperang dengan soal-soal yang cukup menguras banyak pikiran, liburan menjadi bonus yang selama ini sudah dinanti.

"Ujian yang sekarang ini, jadi pencapaian terbaik lo, nggak, sih, Bitch?" Ruth berujar sembari menyinggung lengan Lyvia. Sungguh, Ruth bangga dengan sahabatnya ini.

Sudah lama sekali bagi Lyvia, Ruth dan Stevie tak menghabiskan waktu untuk menginap pada salah satu rumah di antara ketiganya. Dan kali ini, di rumah Ruth. Tepat di halaman belakang rumah yang terlihat sederhana itu, terdapat taman berbentuk persegi. Tempat di mana ketiganya kini merebahkan tubuh, dengan pandangan kosong menatap langit malam hari.

Seulas senyuman terbit pada bibir Lyvia seraya mengangguk. "Yea, Alster bantuin gue sampai sejauh ini."

Sudah dalam beberapa menit Stevie mencoba untuk mencerna perkataan Lyvia, rasa-rasanya gadis itu tak percaya dengan pengakuan yang keluar dari bibir Lyvia. Saat mengatakan bahwa ia dan Alster telah menjalin hubungan, mengingat bagaimana keduanya bertemu, dengan Lyvia yang awalnya menjadikan lelaki itu bahan tantangan.

Dan lagi, Lyvia akhirnya menjatuhkan pilihannya, setelah bermain-main dalam belasan tahun hidupnya.

"Gue masih nggak percaya, lo jadian sama Alster." Nada bicara Stevie terdengar tak terlalu antusias, mengundang tatapan penuh tanya dari Lyvia maupun Ruth yang langsung terduduk mengikuti Stevie.

Ruth memutar kedua bola matanya malas, lalu pandangannya tertuju pada Lyvia. "Biasa, lemot."

"Bener-bener, deh, lo, Stev. Temen lo, nih, jadian. Ucapin selamat, kek, atau wajah lo senengin dikit—" protes Lyvia terpotong, kala lima jari sudah berada tepat di depan wajahnya, itu milik Stevie.

Terlihat Stevie menggeleng-gelengkan kepalanya masih tak percaya dengan situasi saat ini. "Wait ... wait ...."

"Apaan, sih, bego! Ngomong nggak lo!" bentak Lyvia mulai kesal dengan Stevie yang benar-benar menguji kesabarannya. Seharusnya Stevie tahu, bahwa Lyvia bukanlah seorang penyabar. Sama sekali bukan.

Sebuah dorongan di kedua kaki Stevie, membuat gadis itu berdiri dengan kedua mata berbinar. Menatap bergantian dari Ruth, lalu Lyvia. "No way, my baby Girls!"

"Apa?!" seru Ruth maupun Lyvia serempak.

Bagaikan guru pengajar, Stevie sangat antusias, setelah cukup lama dalam masa keterkejutannya. "Jadi ... kita bisa triple date, nih?"

OXYGENA [COMPLETED]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora