OXYGENA - 42

20K 1.8K 345
                                    

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, rasanya semua hal terlampau tanpa adanya sebuah pertanda

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, rasanya semua hal terlampau tanpa adanya sebuah pertanda. Semuanya berlalu begitu cepat. Membuahkan memori-memori hangat yang perlu untuk disimpan dalam hati. Masa SHS telah berakhir, setelah melewati dari tahap ujian yang menguras segala pikiran, lalu disusul dengan prom night.

Semuanya tampak indah pada malam prom, terlebih lagi Lyvia yang mendapatkan banyak sekali hadiah dari Alster. Tak cukup hanya dengan sebuah kata manis, namun juga sebuket bunga yang menjadi pelengkapnya.

"Jadi, gimana?" tanya Lyvia memecah kebingungan Alster. Ini saatnya lelaki itu sudah harus di hadapkan dengan sebuah pilihan.

Untuk malam ini, Alster menemani Lyvia di rumahnya. Pasalnya sebuah berita mengejutkan berhasil menjadikan Lyvia maupun Wren senang bukan main. Ini mengenai Morana, Maminya itu berhasil dengan kencan butanya.

Mendapatkan pria yang sebenarnya menetap di New York, tapi sedang mengurus sebuah persoalan di Indonesia. Berawal dari ketidaksengajaan saat keduanya bertemu dalam pengadilan.

Morana dibingungkan dengan keadaan kedua anaknya yang harus ia tinggal untuk menetap di New York. Namun baik Lyvia maupun Wren tak punya masalah akan hal itu. Terlebih lagi, Maminya akan bisa mengurus Oma di sana.

"Als ...." panggil Lyvia berusaha untuk menyadarkan Alster dari sekelibat dunia rumitnya.

Sedikit Alster menunduk guna menatap Lyvia dalam rengkuhannya. "Hm?"

Helaan napas keluar dari bibir Lyvia sembari mengubah posisinya untuk bersandar pada headboard, agar sejajar dengan posisi Alster. Menolehkan pandangannya pada Alster. "Lo jadi nerima tawaran Papa? Papa udah nunggu jawaban lo, Als."

Berat, sebenarnya Lyvia ingin berteriak sekencang mungkin, atau bahkan ingin mencegah Alster untuk tak jadi pergi. Karena secara tiba-tiba lelaki itu punya keinginan untuk meneruskan bisnis keluarganya. Mengharuskan untuk melanjutkan pendidikannya di Los Angeles dalam jangkauan Calvert.

"Lo, ikut?"

Sebuah gelengan menjadi jawaban dari Lyvia untuk Alster. "Enggak, Als. Gue udah daftar buat ambil mata kuliah di sini. I believe in you." Jari telunjuk Lyvia tertuju pada dada sebelah kanan Alster. Terdapat namanya terukir selamanya di sana. "Gue yakin, lo nggak akan lupain gue, Als. Kalo lupa atau kangen, liat ini. Nama gue, ada di situ."

Hubungan keduanya bukan menjadikan Lyvia harus mengekang Alster. Menahan lelaki itu untuk berhenti pada mimpinya. Ia percaya penuh pada Alster. Yakin bahwa sebuah kepercayaan akan membuat keduanya saling bertahan di hubungan yang sama, sampai akhir.

OXYGENA [COMPLETED]Where stories live. Discover now