OXYGENA - 45

28.7K 2K 191
                                    

Hey, Sweetie, how's life?

Sebelum masuk ke cerita, aku mau ngasih tau ke kalian. Jadi, di chapter ini akan nyeritain dari sisi Alster, ya. So, jangan kaget, kok gini, kok gitu. Karena kita balik ke seminggu yang lalu. Enjoy, sweetie!

Riuh ramai lalu lalang orang datang dan pergi menjadi suasana padat di bandara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Riuh ramai lalu lalang orang datang dan pergi menjadi suasana padat di bandara. Beberapa kali lingkaran jam serta detiknya menjadi perhatian penuh dari sosok tinggi yang berdiri menunggu jemputan. Baru sekian menit ia mendarat dari pesawat, tapi rasa-rasanya ia ingin segera beranjak.

"What's up, Bro!" Tepukan cukup keras di pundak sudah menunjukkan adanya kedatangan seseorang. Untung tidak terlalu lama menunggu. "Sorry, I mean ... CEO," ralat Cleve memukul dada Alster dua kali.

Sebelumnya Alster sungguh tak ingin memberitahu kepulangannya pada Cleve, karena sudah dipastikan sahabatnya itu akan mengajukan diri untuk menjemput. Tapi pemaksaan dari saluran telepon membuatnya muak, berakhir dengan memberitahu. Bukan apa-apa, untuk kali firasat Alster tak ada enak-enaknya dengan niat baik Cleve.

Sangat di luar dugaan Cleve, bahwa Alster akan sampai di Indonesia lebih cepat dari perkiraannya.

Tanpa menanggapi sapaan dari Cleve, kedua langkah kaki itu menuju ke arah belakang mobil dengan menarik koper dalam genggaman tangannya. "Cepet buka."

Setelah melewati beberapa tahun, ternyata sifat Alster masih sama saja. Kaku dan cenderung langsung pada intinya. Sedikit basa-basi seharusnya tak akan memakan banyak waktu.

Setelahnya bagasi terbuka, Alster memasukkan koper ke dalam. Langkahnya kali ini membawa masuk ke dalam mobil samping kemudi. Mengundang tatapan dari Cleve yang masih belum mendapatkan tanggapan apa pun. Sebelum akhirnya Cleve menyusul untuk masuk dan terduduk pada sisi kemudi.

"Anter gue ke Lyvia." Baru saja Cleve mendaratkan dirinya di kursi, bahkan belum sempat mengambil napas, Alster sudah menyuruh seakan-akan cepat untuk menuruti ke mana tujuannya.

Tentu saja itu adalah tujuan yang dalam beberapa tahun Alster coba untuk tahan. Bertemu dengan Lyvia, gadisnya.

"Gue bukan sopir lo, Njing!"

Setelah dijalankannya mobil, Alster buru-buru ingin menghentikannya. Karena ini bukanlah arah yang ingin Alster tuju, melainkan ini adalah apartemen milik Cleve. Sial sekali, seharusnya Alster memilih untuk menaiki taksi saja.

Saat ini apartemen Cleve menjadi tempat pemberhentian menyebalkan bagi Alster.

"Als!" Dilemparnya botol kaca berisi Vodka pada Alster yang spontan menangkapnya. Gila memang Cleve. Sedikit saja meleset, sudah dipastikan Alster bukannya bertemu Lyvia, melainkan dokter. "Masih mantep ternyata, skill, lo," pujinya sembari meneguk Wiski-nya.

Helaan napas keluar dari hidung mancung milik Alster. Ia tak punya banyak waktu untuk sekedar bermain basket dengan Cleve, mungkin nanti saja. Saat ini ia ingin segera menuju rumah Lyvia.

OXYGENA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang