OXYGENA - 23

25.8K 2.3K 227
                                    

Riuh ramai dari banyaknya orang yang terduduk manis pada sekeliling tribune, menambah suasana panas memasuki setiap celah lapangan basket indoor pada sore hari

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

Riuh ramai dari banyaknya orang yang terduduk manis pada sekeliling tribune, menambah suasana panas memasuki setiap celah lapangan basket indoor pada sore hari. Waktu tepat dilaksanakannya pertandingan bola basket.

Lapangan sekolah Revlored benar-benar diramaikan dengan adanya pertandingan ini. Sambutan hangat tak perlu diragukan bagi Phoenix sebagai tuan rumah.

Tak hanya sampai pada sorak teriakan memekikkan telinga dari para penonton, tapi juga persiapan mantap dari cheerleaders menyambut pertandingan yang akan segera dimulai. Termasuk Shea yang melemparkan senyuman manisnya pada Alster yang berkerumun dengan tim basketnya.

Dengan mengenakan jersey hitam dipadukan dengan warna kuning. Tampilan Alster juga disempurnakan dengan headband warna putih yang menempel pada kening. Bersembunyi dalam rambut berantakannya.

Mengenai soal obat itu, Alster mati-matian semalam menahannya setelah mengantar Lyvia pulang. Bahkan sampai pada meminum satu pil obat tidur. Menghilangkan pikiran liarnya oleh pengaruh obat perangsang. Setengah berhasil, setengah tersiksa. Tapi yang jelas saat ini Alster sungguh dalam keadaan baik-baik saja, bagaikan keajaiban berpihak padanya.

Dan Jasper, selama sekolah tadi tak sama sekali menampakkan dirinya di hadapan Lyvia. Untungnya Alster diliburkan untuk menyiapkan fisik. Jika tidak, maka Jasper yang mungkin terlihat di sudut mata milik Alster, akan kembali menerima bogem mentah dari lelaki itu.

Penonton sangat gencar membuat sorakan untuk idolanya masing-masing. Entah itu untuk Phoenix, atau Bombers.

Dalam langkahnya, Lyvia juga melemparkan tatapan pada Alster. Seolah kedua mata itu berbicara, meminta waktu berdua. Sehingga Alster yang mengerti harus sedikit menepi, guna memberikan akses bebas bagi Lyvia untuk menuai kata.

"Gue mau, lo keluar sebagai pemenangnya. Nama sekolah kita ada di tangan lo sebagai kapten Phoenix. Gue nggak terima kalah." Nada ucapan Lyvia menuntut. Terdengar seperti tak memberikan jeda bagi Alster untuk bisa bernapas.

Sekilas kedua mata Alster menangkap sosok lelaki yang hanya selisih beberapa senti lebih pendek darinya, tengah tersenyum penuh arti menatap ke arah Lyvia yang juga menolehkan pandangannya. Ada kerutan jengkel di sana.

Setelah itu kembali tatapannya pada Alster. Sebelah alis terangkat itu menjadi tanya, sampai membuat Lyvia memutar bola matanya jengah. "He is the reason why I told you to win. He's my ex," katanya.

Dari sini, Alster mengerti. Yang awal mula hanya terpacu pada tuntutan Lyvia untuk membawa nama sekolahnya saja, kini juga kemenangannya menutut pada alasan lain. Yaitu Flynn Sterling, mantan Lyvia dalam urutan yang kesekian.

OXYGENA [COMPLETED]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin