Cinta Pertama

52 5 0
                                    

Tak terasa 4 hari telah berlalu. Kini devina pun telah sadarkan diri. Meski ingatannya masih belum bisa kembali utuh seperti sedia kala. Devina sudah di izinkan pulang kerumah meski harus istirahat total dan tidak boleh terlalu lelah atau bahkan memikirkan hal yang membuat kepalanya pusing.

"Non Dev, makan dulu yuk. Ntar abis ini obatnya diminum". Ujar seorang pembantu yang baru saja diberi pekerjaan oleh friska untuk membantu mengurusi segala hal yang diperlukan devina. Namanya bibi iyem dia dulu kerja di kantin SMP sekolanya angga dulu. Dia sudah lama tidak bekerja disana lagi dan kebetulan angga bertemu dengannya sewaktu dirumah sakit membawa sekotak prastel untuk dijual di kantin rumah sakit. Akhirnya angga menawarkan iyem untuk bekerja dirumahnya sebagai pembantu karena ia adalah orang yang baik, jujur masakannya pun enak. Dan friska pun setuju.

Setelah sarapan dan meminum obat. Kini devina masih duduk di kursi roda sambil menatap kosong di depan teras rumahnya.

"Woi jangan ngalamun napa". Ujar rio yang duduk di sebelanya.

"Gue kenapa sih bang bisa kek gini. Berasa ngelag bgt otak gue". Jawab devina yang masih menatap kosong kedepan.

"Lo gak kenapa napa kok dev cuma kemarin lo itu pinsan dan gak sadarkan diri aja lalu dokter nyuruh lo istirahat total dulu dirumah".

"Udahlah cape gue mikir mulu". Devina pun memutuskan untuk masuk kedalam rumah sambil mendorong kursi rodanya sendiri. Dia berhenti di ruang keluarga. Disana dia mencoba memencet mencet nada piano yang ada di depannya.

"Coba deh mainin satu lagu yang masih ada di memori otak lo". Ujar rio yang mengikuti devina masuk kedalam rumah.

"Lagu apa ya bang,". Ujar devina sambil memainkan acak tuts nada piano dan sambil mengingat - ingat lagu yang masih dia hafal.

"Cuma ini bang lagi yg gue inget". Devina memainkan intro lagu terbaik bagimu - dari ada band. Rio pun terdiam karena sudah lama devina tidak memainkan lagu itu.

"Lo masih inget dev?".

"Intro nya doang bang, selebihnya gue lupa".

"Owh. Gue sih kalo bisa main piano gue lanjutin lagunya. Gue gabisa soalnya. Yang bisa mah angga".

"Bang angga pulang jam berapa sih biasanya?".

"Ya kalo ga ada ekstra biasanya jam 2nan lah kira - kira".

"Kalo ada ekstra jam berapa emangnya?".

"Bisa jam 5 paling pol mah jam 7 baru balik". Dengan sabarnya rio menjelaskan kepada devina. Karena devina memang belum sepenuhnya pulih ingatan yang ada dikepalanya.

Sore sekitar pukul 15:45 WIB. Wikan, arsen, iskak dan william pun datang kerumah devina.

"Dev, gimana keadaan lo?". Ujar wikan yang duduk di ruang tamu bersama dengan yang lain.

"Alhamdulillah gue baik - baik aja".

"Syukur deh kalo gitu, ni kita bawa brownis kesukaan lo". Ujar wikan sambil menyodorkan brownis yang dia bawa dari rumah.

"Ini apa?". Pertanyaan devina membuat mereka terdiam dan saling menatap satu sama lain.

"Itu brownis coklat kukus kesukaan elo dev". Ujar rio dan bi iyem yang baru saja datang membawa minuman dan cemilan untuk mereka.

"Sejak kapan gue suka brownis?". Pertanyaan kedua yang dilontarkan devina membuat semuanya hanya terdiam karena takut salah menjawab dan membuat devina kepikiran.

"Coba deh lo makan pasti lo suka". Ujar rio sambil membuka kardus brownis yang wikan bawa.

"Gamau bang. Masih kenyang".

EccedentesiastWhere stories live. Discover now