Pencarian Hari Ketiga

19 3 0
                                    

"Angga, adek mu sudah ketemu belum?". Tanya friska yang terbaring lemas di ranjang kamarnya.

"Masih belum bun". Jawab angga dengan pandangan menunduk duduk di tepi ranjang bundanya.

"Ya Tuhan, dimana anakku". Friska kembali memeganggi kepalanya yang masih terasa pusing.

"Bunda jangan terlalu banyak pikiran. Serahin semua sama angga dan rio. Angga juga sudah minga bantuan om adit bun. Jadi jangan terlalu di khawatirkan. Inget kesehatan bunda juga penting".

"Gimana gak dipikirin ngga?. Dia putri bunda satu - satunya. Bunda sayang banget sama devina".

"Iya bun angga tahu. Mending sekarang bunda makan, minum obat habis itu istirahat. Angga mau ke kantor polisi dulu nemuin om adit. Nanti biar bi yanti yang siapin makanan buat bunda".

"Yaudah ngga iya. Kamu hati - hati di jalan ya".

"Iya bun. Angga pamit dulu".

Setelah bersalaman dengan friska. Angga melajukan mobilnya ke kantor polisi. Dia pergi sendiri dan kebetulan rio sedang ada urusan bisnis lagi dengan cafe nya.

Angga sebenarnya harus balik lagi ke lombok. Tapi karena situasi tidak memungkinkan. Jadinya dia izin libur untuk sementara sampai devina ditemukan. Dia menuruh assistennya untuk menggantikan dulu tugas - tugas yang masih belum terselesaikan disana.

Sesampainya di kanto polisi. Angga segera menemui Adit.

"Om gimana?".

"Apakah ini milik devina?". Tanya adit sambil memberikan kuncir rambut ada pitanya berwarna biru laut.

"Loh, iya om. Ini punyanya devina. Om nemuin dimana?".

"Kemarin, saat kita melakukan pencarian dan melacak agak jauh dari bumi perkemahan yang sebelumnya devina kemah disana. Salah satu anggota kita menemukan ini yang letaknya di pinggiran jalan di dekat semak - semak".

"Itu daerah mana om?".

"Sepertinya itu daerah yang jarang banyak di kunjungi orang - orang. Tapi disana hanya ada bangunan - bangunan tua dan kosong. Daerahnya pun kiri - kanan masih hutan ngga".

"Terus om nggak masuk dan nyari di bangunan - bangunan itu kah?".

"Sudah ngga. Sudah kami telusuri semua. Namun ya hanya ini yang bisa kami temukan".

Angga menyenderkan punggung di sofa ruangan adit berada. Seketika dia merasa pusing di kepalanya. Bagaimana bisa devina sampai melewati jalan yang jarang di lewati orang tersebut. Siapa sebenarnya dalang dibalik semua ini.

"Kamu tenang saja angga. Kami akan bantu proses pencarian devina kembali semaksimal mungkin".

"Iya om. Pokoknya saya serahkan semuanya pada om dan teman - teman om".

"Baik ngga. Gimana bunda kamu?".

"Masih sakit om".

"Yasudah maaf om belum bisa menjenguk bundamu. Nanti titip salam ya buat friska".

"Iya om nanti angga sampein".

"Ini kuncirnya devina masih om tahan disini ya ngga. Soalnya buat barang bukti nanti".

"Iya om gapapa".

Angga kembali untuk pulang kerumah. Namun saat perjalanan pulang. Arsen menelfon angga dan memintanya untuk bertemu di cafe milik angga sendiri. Akhirnya angga segera pergi kesana.

"Sen, udah nunggu lama?". Tanya angga yang baru saja datang dan duduk di depan arsen.

"Enggak kok bang".

EccedentesiastWhere stories live. Discover now