Akankah pupus?

28 4 0
                                    

"Kok buka sendiri pintunya?". Ujar arsen yang melihat devina membuka pintu mobilnya sendiri dan keluar begitu saja.

"Dev kamu masih marah sama aku?". Tanya arsen yang kini masih berdiri di samping mobilnya bersama devina.

"Enggak".

"Maafin aku kalo tadi udah bentak kamu".

"Gapapa sen. Udah ya aku mau masuk dulu". Devina pergi begitu saja meninggalkan arsen. Sementara arsen masih mematung disana dan hanya melihat punggung devina yang menghilang di balik pintu rumahnya.

Siang ini sama sekali tak ada cahaya matahari. Semesta sepertinya sedang berada di pihak devina. Sama - sama tak mimiliki cahaya untuk bersemangat menjalani hari.

"Dev udah pulang?. Arsen nggak mampir dulu". Tanya friska yang duduk di ruang tamu sambil sibuk dengan laptop yang ada di tangannya.

Devina sama sekali tak merespon friska. Ia terus berjalan menuju kamarnya. Friska sama sekali tidak kembali menegor devina yang terlihat seperti tidak baik - baik saja.

Devina masuk ke kamar dan kembali menangis mengingat kejadian tadi bersama arsen. Karena baru kali ini ia melihat arsen semarah tadi dan sedikit membentak devina. Hati mana yang tidak rapuh ketika melihat laki - laki yang kita cintai menunjukkan sedikit sisi kasarnya kepada perempuannya?".

Beberapa panggilan masuk dari arsen di abaikan devina. Spam chat pun juga di abaikan. Sementara arsen juga tidak tau harus bersikap seperti apa menghadapi situasi seperti ini. Dia sendiri juga pusing bagaimana jika devina benar - benar menuruti kemauan bundanya dengan perjodohannya dengan dirga?.

Devina masih menangis dan membuang hp nya ke pintu arah balkon. Ia sedikit pusing dan kemudian tertidur.

"Bun, devina mana?". Tanya angga yang baru saja pulang dari tongkrongannya.

"Dikamar ngga". Jawab friska yang masih fokus dengan laptopnya.

Angga pun berjalan menuju ke lantai atas, kamar devina. Ternyata kamarnya tidak di kunci. Ia masuk dan melihat devina ternyat tertidur. Lalu ia kembali keluar dari kamar devina dan turun lagi ke ruang tamu.

"Devina tumben tidur jam segini".

"Kecapekan paling ngga".

"Abis darimana emangnya?".

"Tadi habis keluar sama arsen".

"Gak biasanya tu anak tidur kalo sehabis keluar sama arsen"

"Gatau juga deh ngga".

Hari telah sore, hujan turun dengan lebat. Beberapa kali petir menyambar dan suara gemuruh terdengar dari langit. Devina terbangun dan melihat suasana dari jendela kamarnya ternyata sudah gelap. Mungkin karena mendung dan hujan. Ia mencari hp untuk melihat jam. Namun ia lupa kalau hp nya telah dibuang ke depan pintu balkon.

Ia masih mengumpulkan nyawanya. Matanya nampak berat dan masih terasa pusing. Ia ingin mengambil hp nya namun sangat malas beranjak dari tempat tidurnya. Namun tiba - tiba angga datang dan masuk ke kamar devina.

"Dev bangun gih. Hujan nya lebat banget diluar".

"Males bang".

"Eh, itu apaan kamu buang?. Hp kamu ya". Ujar angga tidak sengaja melihat hp devina seperti hp yang tidak ada gunanya terbuang begitu saja di lantai.

"Ini kamu buang apa emang jatoh dev?". Tanya angga.

"Devina buang bang".

"Loh kenapa? Untung gak rusak dev".

"Kalo rusak pun aku juga gak peduli bang".

"Kamu kenapa dev?. Ada masalah sama arsen?".

Devina hanya terdiam dengan tatapan kosong. Ia terbangun dan mengingat kembali kejadian tadi siang yang sangat menyesakkan dada.

EccedentesiastWhere stories live. Discover now