Keresahan

25 3 0
                                    

Selama diperjalanan pulang mereka hanya saling berdiam diri. Tidak ada yang membuka topik obrolan. Devina sibuk menatap jalanan, rio mendengarkan musik dengan earphone nya, angga fokus dengan jalanan. Friska juga sibuk melamun.

"Bunda kenapa ngalamun mulu". Tanya angga.

"Enggak kok ngga. Bunda nggak ngelamun".

Sesampainya di rumah, devina hanya berdiam diri dan berjalan begitu saja masuk ke dalam rumah. Angga sudah hafal kebiasaan devina kalau tidak mood.

"Bun, kenapa sih devina harus di jodohin sama dirga". Devina sudah tidak tahan lagi ingin meluapkan amarahnya.

"Bukan begitu dev, tapi dirga itu anak yang baik dan sudah mapan. Bunda pengen masa depan kamu terjamin dan hidup dengan layak".

"Devina sudah mikir masa depan devina sendiri bun, jadi bunda gak perlu jodoh - jodohin devina sama orang lain. Emang devina se enggak laku itu apa sampai bunda jodohin?".

"Bunda nggak mikir kaya gitu dev, ini demi kebaikan kamu juga. Dirga orangnya baik bisa mengayomi kamu juga kan. Apalagi kalau kamu sama dirga bunda jamin kamu bakal bahagia sama dia".

"Enggak bun, devina sama sekali ga ada rasa sama dirga. Lagian kalau bunda tau, devina udah punya pacar".

"Siapa dev?. Kok ga pernah cerita sama bunda?".

"Arsen bun. Dia jauh lebih baik dari dirga".

"Tapi arsen masih belum mapan dev, dia setelah wisuda juga masih nyari kerjaan juga kan. Proses dia masih lama. Sementara kamu anak perempuan juga umur juga harus difikirkan untuk kapan harus menikah".

"Kalo bisa sama - sama berproses untuk masa depan kan gak ada salahnya juga kan bun?. Lagian kenapa bunda selalu egois kek gini. Devina udah gede bun, devina juga pengen egois. Gak cuma bunda doang yang bisa egois".

"Udah - udah dev, bun. Jangan ribut kek gini deh. Udah malem juga". Ujar angga menengahi perdebatan mereka.

"Bilangin sama bunda bang, perasaan devina gak bisa dipaksain". Devina pergi bergitu saja masuk ke kamarnya. Dia membantung pintu cukup keras.

"Bun, sebaiknya bunda sekarang istirahat gih".

"Iya ngga". Friska dengan raut wajah sedikit kecewa masuk kedalam kamar untuk istirahat

Angga dan rio masih di ruang tamu merenung dan berdiam diri.

"Kok bisa bunda se egois ini sih bang. Kasihan tau devina".

"Gue juga kagak tau ri".

"Tapi dirga anaknya baik juga sih".

"Tapi kalo devina gak suka mah sama aja".

"Tapi arsen juga baik anaknya".

"Ya kalo gue sih terserah devina mau milih siapa, gak ada hak juga kan kalo kita ngelarang devina buat deket sama siapapun. Lagian dia udah gede, udah bisa mikir mana yang baik dan yang buruk buat dia".

Malam penuh keresahan dihati dan fikiran devina. Ia sampai tidak mood untuk mengerjakan skripsinya. Ia masih tidak paham bagaimana jalan pikir orang tuanya. Sementara dengan adanya arsen di hidup devina. Sangat memberikan dampak yang positif dan baik bagi kehidupan dan mental devina.
Devina sampai tidak bisa tidur malam ini, beberapa kali ia paksakan untuk memejamkan mata namun tidak bisa. Ia mencoba mengerjakan kembali skripsinya, namun masih saja tetap tidak fokus.

"Lo semalem begadang ya lo". Tanya wikan.

"Enggak, gue semalem insomnia gak bisa tidur".

"Kenapa?. Sibuk mikr skripsian?".

EccedentesiastWhere stories live. Discover now