Tenang Tapi Sepi

24 3 0
                                    

3 hari setelah menjalani psikoterapi. Devina masih juga belum ada perubahan. Hanya obat yang kemarin chaterin berikan sedikit bisa membantu devina tertidur lelap.

Angga juga harus kembali lagi ke lombok hari ini. Tapi sama sekali devina tak ada adegan drama menangisi kepergian angga. Rasanya seperti berlalu begitu saja.

Dengan berat hati angga harus meninggalkan devina dengan kondisi psikisnya yang masih belum cukup membaik. Meski dia sekarang butuh support orang terdekat dan pendengar yang baik. Angga percaya bahwa rio akan selalu menjaga devina disaat angga tidak ada di rumah.

Percuma mempercayakan kepada friska. Dia masih terlalu sibuk dengan urusan kerjaannya yang terkadang ada jam meeting dadakan. Namun friska selalu berusaha untuk menjadi ibu yang baik untuk devina. Dia mengimbangi pekerjaan dan rumah demi masa depan anak - anaknya juga.

"Dev, ikut gue yuk". Ujar rio.

"Kemana?".

"Cukur rambut, rambut gue udah agak gondrongan nih".

"Males".

"Ayolah dev nanti gue traktir deh".

"Gamau".

"Ada apa sih ri?". Tanya friska yang baru saja keluar dari dapur membawa segelas orange jus.

"Devina rio ajak ke barbershop malah gamau bun".

"Yaudah lah ri kamu pergi aja sendiri, biar devina di rumah".

"Alahhhh, yaudah deh". Rio pergi bergitu saja dengan mobil kesayangannya.

Sementara itu devina kembali masuk ke kamar. Friska sama sekali tak menegor devina, karena takutnya jika emosi devina malah terpancing. Jadi ia membiarkan devina untuk menikmati dulu apa yang ingin dia lakukan.

"Assalamualaikum".

"Waalaikumsalam, masuk".

"Emm, devinanya ada tan?".

"Ada, duduk dulu".

"Sebelumnya arsen kesini mau minta maaf soal...".

"Tante yang seharusnya minta maaf sama kamu sen. Udah nyalahin kamu atas kasus penculikan kemarin".

"Gapapa tan, arsen yang seharusnya minta maaf gabisa jagain devina dengan baik".

"Kamu gak usah minta maaf sen. Tante yang salah. Kamu mau ketemu devina?".

"Iya tan. Maaf juga baru bisa jenguk soalnya udah seminggu lebih saya juga sakit dan sempet dirawat di rumah sakit juga".

"Kamu sakit apa?".

"Demam tan".

"Tapi sekarang udah sembuh?".

"Alhamdulillah sudah tan".

"Syukur kalau begitu. Lebih baik kamu masuk saja ke kamar devina. Dia juga baru pulang dari psikoterapi hari ini".

"Memangnya devina psikisnya terserang lagi tan?".

"Yaaa seperti itulah sen keadaan devina. Semoga kamu selalu menerima dia dengan baik apapun kondisinya ya".

"Iya tan saya selalu menerima bagaimanapun kondisi devina".

"Sekarang naik gih kesana samperin devinanya".

Arsen segera melangkah menuju ke lantai atas kamar devina. Arsen mengetuk beberapa kali namun tak ada jawaban dari devina. Dia juga membuka gagang pintu kamar devina ternyata tidak terkunci.

"Boleh masuk?". Tanya arsen yang masih berdiri di depan pintu kamar devina.

Tanpa ada respon apa - apa, arsen masuk begitu saja. Seperti teriris hatinya melihat devina agak kurusan, rambut yang berantakan, raut wajah yang biasanya ceria kini nampak begitu murung.

EccedentesiastTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon