Ego

38 4 0
                                    

"Lo sekalian aja gue anterin pulang". Ujar arsen yang kini berdiri di depan mobilnya bersama devina.

"Gakperlu, makasih. Gue bisa pulang sendiri".

"Gapapa, sebagai ucapan terima kasih karena lo udah nolong gue".

"Gaperlu, gue bilang makasih gue bisa pulang sendiri". Devina pun beranjak dari tempatnya ia berdiri, kemudian arsen memanggilnya kembali.

"Gue belum bisa nyetir mobil gue sendiri". Seketika devina pun berputar badan dan masih mematung ditempat.

"Kenapa lo gak telfon orang rumah, kalo enggak temen - temen lo aja".

"Orang tua gue lagi sibuk, temen - temen gue kan juga elo".

Devina pun akhirnya mendekat kembali kepada arsen.

"Sejak kapan lo anggep gue temen?".

"Bentar doang, ntar juga enggak".

Devina pun kembali melangkahkan kaki namun dicegah arsen.

"Lo yang nyetir". Arsen pun memberikan kunci mobilnya kepada devina.

"Lemah banget sih jadi cowok". Akhirnya devina pun masuk ke mobil arsen. Arsenpun berhasil menjalankan rencananya agar devina bisa pulang bareng dengannya. Karena takutnya malah nanti jalan sendirian lagi dijalanan.

Mereka tidak memulai sepatah dua patah kata apapun selama di perjalanan. Apalagi hujan deras sudah turun di ibukota. Untung saja saat itu sedang tidak macet.

"Rumah lo belokannya mana?". Tanya devina yang masih fokus menyetir mobil.

"Ini lurus aja, ntar aja pertigaan belok kanan terus ada patung kuda belok kanan lagi".

Devina tak menjawab sepatah kata pun, karena ia masih setengah inget kalau ia pernah ke rumah wikan. Dan ia pun masih tetangganya wikan juga. Setelah sampai ke rumah arsen, devina memarkirkan mobil arsen ke dalam garasi rumahnya. Ia pun keluar dari mobil bersamaan dengan arsen.

"Lo duduk dulu di ruang tamu". Ujar arsen yang masih berdiri di sebelah devina.

"Gue mau ke rumah wikan aja".

"Tapi ini masih deres".

"Gapapa ntar gue bisa minjem baju dia".

"Wikan gaada dirumah".

"Kemana?".

"Tadi gue yang nganter dia pergi ke rumah kakeknya".

"Ah sial banget sih gue". Devina mengusap kasar wajahnya.

"Yaudah gue tinggal dulu ke dalem, lo mau disini atau ke ruang tamu terserah lo aja". Arsen pun masuk ke rumah sementara devina masih mematung di sana.

Devina mengecek hapenya, ternyata banyak yang sedang mencari keberadaannya. Teman - temannya angga dan rio yang nge DM lewat instagram dan beberapa ada yang nge whatsapp. Dan 38 panggilan tak terjawab dari rio juga 235 pesan dari rio.

"Buset dah, niat amat rio nyepam gue". Devina kembali meletakkan ponsel disaku depan celananya. Dan dia berjalan menuju ke ruang tamu rumah arsen.

"Gue kira lo gak bakal kesini". Ujar arsen sambil menonton televisi.

"Sebenernya gue juga males kesini".

"Tuh diminum dulu teh anget nya sama makan tuh cemilan seadanya".

"Makasih". Ujar devina sambil meminu teh hangat yang dibuatkan oleh arsen.

"Rumah lo sepi banget kek kuburan".

"Kan gue udah bilang orang tua gue sibuk kerja".

"Lo ga punya sodara?".

"Gue punya adek perempuan satu".

EccedentesiastDove le storie prendono vita. Scoprilo ora