Masih Sama

23 3 0
                                    

Setelah pulang dari pskoterapi, devina merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamu. Rio juga menyandarkan tubuhnya sejenak. Kemudian bi sarah datang membawa 2 gelas minuman untuk devina dan juga rio.

Masih dengan permasahalahan yang sama. Devina dan rio bertemu wartawan saat dia mampir untuk membeli pisang karamel di pinggir jalan. Untung saja rio dikawal banyak bodyguardnya. Jadi dengan aman devina dan rio keluar begitu saja dari kerumunan wartawan.

Devina juga masih tidak ingin mengingat peristiwa itu kembali. Namun nasi sudah menjadi bubur. Berita sudah masuk siaran televisi, sosial media bahkan koran. Mau tidak mau devina harus menjalani hidup seperti artis.

Karena bagaimanapun juga, jika wartawan belum mendapat informasi dari devina. Mereka akan terus mencari - cari keberadaan devina.

"Halo feb kenapa?".
"Gue dirumah baru pulang psikoterapi".
"Oke gue tunggu".

"Siapa? Feby?".

"Iya".

"Mau ngajak lo kemana?".

"Ke mall sebentar".

"Nyari apa?".

"Nyari duda pirang ri".

"Bused".

Psikoterapi sudah dilakukan berkali - kali. Kondisi devina juga sudah lumayan baik. Dia juga sudah bisa diajak bercanda. Tapi tidak untuk tertawa. Raut wajahnya pun masih sama seperti sebelumnya.

Setelah beberapa menit, mobil feby masuk ke pekarangan rumah devina. Kemudian devina segera bergegas karena tidak sabar ingin main dengam feby. Karena sudah lama rasanya ia tidak pergi berdua.

"Gimana kondisi lo?". Tanya feby yang masih fokus menyetir mobilnya.

"Gue baik - baik aja".

"Ya tapi lo akhir - akhir ini beda pol".

"Ga ada yang beda feb. Cuma gue gatau gimana caranya ngungkapin semua yang ada di hati maupun pikiran gue".

"Kenapa?".

"Rasanya semakin gue inget dan ingin ngungkapin, rasanya kek gak enak banget. Malah semakin bikin gue sskit sendiri feb".

"Lo bisa cerita sama gue pelan - pelam dev".

"Gue... guee... gue ini.. itu..".

"Apasih dev. Yaudah jangan terlalu dipaksain, takutnya lo malah ngamok".

"Kenapa gabisa sih feb". Devina memukul - mulul kepalanya sendiri dengan tangannya.

"Yaudah dev, waktunya kita quality time".

Feby sudah tau apa yang telah dialami devina. Maka dari itu, dia tidak mau mengorek terlalu jauh tentang ingatan yang mungkin benar - benar menyiksanya sampai detik ini.

Sesampainya di sebuah mall di daerah jakarta. Mereka langsung masuk mal di iringi perbincangan - perbincangan random. Rasanya sudah sangat lama sekali mereka tidak pergi berdua.

Tidak lupa mereka pergi le timezone hanya untuk sekedar bermain - main disana. Kemudian ke tempat aksesori, belanja baju dan setelah itu mereka makan di foodcort. Kali ini mereka memilih makanan jepang.

"Dev".

"Uhukkk.. uhukkk. Ngapain kamu disini". Ujar devina terkejut melihat arsen tiba - tiba datang sampe tersedak.

"Boleh duduk disini?".

"Boleh sen, duduk aja". Ujar feby. Dan arsen duduk di hadapan mereka berdua.

"Feb, pulang yuk".

"Loh ini kan belum habis".

"Dev, tunggu dulu. Kamu ini kenapa akhir - akhir ini selalu menghindar dari aku. Kalo aku ada salah aku minta maaf. Gak seharusnya kamu kek gini sama aku".

"Kamu ga ada salah. Udah aku bilangin berapa kali sih biar kamu ngerti".

"Kamu boleh benci sama aku dev, tapi aku mohon jangan suruh aku buat ngejauhin kamu".

"Udah ya sen. Kamu jangan nyiksa diri kamu sendiri kek gini. Belajar mencintai cewek lain di luar sana yang baik menurut kamu".

"Kamu baik dev, kenapa sih susah banget jelasinnya ke kamu". Arsen hampir gila mempertahankan devina sampai sejauh ini.

"Udah, aku mau pulang". Devina beranjak dari tempat duduknya namun selalu dicegah oleh arsen.

"Devina. Jangan pergi". Arsen memeluk devina dalam dekapannya. Devina juga merasakan pelukan hangat yang masih sama dan suara detak jantung yang selalu membuat ia candu ketika dalam pelukan arsen.

"Udah ya sen. Inget aku itu udah bukan milik kamu lagi". Devina mendorong tubuh arsen dan membuatnya mundur beberapa langkah.

"Dev, tunggu". Devina dengan cepat pergi dari hadapan arsen.

"Sen, sori ya gak sesuai yang lo bayangin gue kira kalian bisa balikan lagi". Ujar feby yang telah merencanakan pertemuan ini semua. Karena arsen meminta bantuan kepada feby.

"Gapapa feb, tapi gue makasih udah bisa ketemu devina lagi dan peluk dia. Rindu gue sedikit terobati, meskipun devina tak membalas pelukan dari gue".

"Iya sen next time lo bakal bisa dapetin devina lo kembali.". Arsen hanya tersenyum dan mengangguk dengan perkataan feby.

"Udah ya gue cabut duluan". Feby pamit dan berlari mengejar devina yang sudah pergi terlalu jauh dari hadapannya.

Selama diperjalanan pulang pun devina masih di kawal bodyguard. Mereka naik mobil pribadi khusus bodyguard yang telah rio berikan. Di mall tadi devina meminta para bodyguard untuk menunggunya saja di lobby karena devina malas jika haru quality time sambil di awasi dan di jaga.

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang