Post Traumatic Stress Disorders

27 3 0
                                    

Drrrrtttt.....drrrrrrttt.....
Devina terbangun dari tidurnya, karena terkejut mendengar hp nya bergetar dimeja sebelahnya dia tidur.

"Halo".
"Halo dev, kamu udah pulang kerumah?".
"Udah".
"Alhamdulillah, maaf ya aku gakbisa jenguk kamu".
"Gaperlu, aku udah sembuh".

Tuutttt....
Panggilan diakhiri begitu saja oleh devina. Arsen yang tidak tau apa - apa terheran - heran mengapa devina tiba - tiba mematikan telfonnya begitu saja.

"Devina kenapa yaa? Masag marah sama aku". Gumam arsen yang masih dirawat di rumah sakit, karena demam yang cukup tinggi.

Devina menatap layar hp nya dan saat ini menunjukkan pukul 16.45 WIB. Devina bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menuju ke kamar mandi.

Setelah selesai mandi, dia mengeringkan rambut dengan handuknya dan berjalan menuju ke balkon. Di bawah dia melihat angga dan rio sedang bermain bulu tangkis. Kemudian ia menyandarkan tubuhnya di ayunan rotan sambil menatap langit yang berwarna orange.

Senja selalu memberi kesan sendiri bagi devina. Dia sudah lama tidak melihat senja seindah ini lagi. Dia masih menatap langit dan menikmati senja di sore hari. Sampai senja mulai tenggelam devina masih dengan betah duduk disana.

Kemudian suara ketokan pintu menyadarkan devina dari lamunannya. Dia masih tidak merespon sepatah katapun. Dan dia juga enggan beranjak dari ayunan rotan yang ada di balkonnya.

"Gimana bang?".

"Devina masih gamau keluar ri".

"Bentar lagi dokter chaterin mau kesini".

"Terus gimana, devinanya gamau keluar juga".

"Yaudah deh bang kita makan malam dulu, nanti kita nyari cara lagi biar devina keluar dari kamar".

Akhirnya rio dan angga turun ke lantai bawah untuk makan malam bersama - sama. Sambil menunggu dokter chaterin datang. Friska terus membujuk devina agar mau keluar dari kamarnya. Karena sedari pagi ia juga belum makan apapun.

"Bun, dokter chaterin udan datang nih". Teriak rio dari lantai bawah dan mempersilakan dokter chaterin duduk di sofa.

"Gimana fris ada masalah apa lagi devina?". Tanya chaterin kepada friska yang baru saja datang dan kemudian duduk di depan chaterin.

"Begini rin, kemarin sempat terjadi tragedi penculikan yang menimpa devina".

"Ya Tuhan kok bisa fris?".

"Ceritanya panjang rin, dan alhamdulillah hampir seminggu devina sudah ditemukan kemudian dia masuk rumah sakit karena kekurangan cairan di tubuhnya".

"Terus bagaimana kondisi devina sekarang?".

"Nah, setelah sadar dia seperi ngeblank diajak komunikasi, sering melamun dan gampang emosi rin. Tadi pagi aja setelah pulang dari rumah sakit devina udah ngelempar vas bunga lagi rin. Apa iya traumanya devina kambuh lagi?".

"Aku belum bisa memastikan juga fris. Tapi yang jelas sepertinya kondisi devina saat ini memang sudah membaik tapi tidak dengan kondisi psikisnya".

"Sekarang bagaimana rin? Dia seharian gamau keluar dari kamar. Padahal dia belum makan juga".

"Sekarang dia ada dimana?".

"Di dalam kamar rin".

"Coba biar aku yang bujuk fris, siapa tau devina mau keluar".

"Yaudah fris ayo aku antar ke kamar devina".

Tokk..tok..tokk...
Chaterin mengetuk pintu kamar devina dan memanggil - manggil nama nya. Namun tidak ada respon sama sekali dari devina. Chaterin masih berusaha membujuk dan menggunakan segala cara agar devina mau keluar dari kamarnya.

EccedentesiastTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon