Sengaja Menghilang

19 3 0
                                    

Minggu pagi yang cerah membuat arsen semangat untuk pergi kerumah devina hari ini. Dengan segenap rindu yang membuat dia hampir frustasi karena terus memikirkan sosok devina.

Kini ia keluar rumah dan segera tancap gas untuk menunu ke rumah devina. Arsen mengira barangkali devina sakit karena sudah seminggu tidak melihat keberadaannya di kampus.

Sesampainya di depan gerbang rumah devina. Nampak berbeda kali ini, ia melihat segerombolan bodyguard berbaju hitam yang nampak gagah - gagah. Kebetulan mayoritas dari mereka masih muda - muda. Mungkin setara dengan rio ataupun angga.

"Mau nyari siapa mas?". Tanya bodyguard dari balik pagar.

"Mau nyari devina om".

"Om katamu?. Panggil saya mas. Usia saya masih 28 tahun".

"Aelahh sama aja. Tolong dong panggilin".

"Maaf mas, tapi mbak devina lagi tidak ada di rumah".

"Dia kemana?".

"Saya tudak tau".

"Tapi gue boleh masuk kan?".

"Ada keperluan apa sebenarnya anda ini".

"Gue pacarnya devina om".

"Kenapa gak di telfon saja devina ada dimana. Sudah saya permisi". Bodyguard itu meninggalkan arsen ke pos satam bersama teman - teman bodyguard yang lain.

Sementara arsen masih merecoki para bodyguard yang ada disana. Agar di izinkan masuk. Namun arsen masih saja diabaikan dan tidak dipedulikan begitu saja.

"Ada apa mbak panggil saya?". Tanya bodyguard tadi yang baru saja masuk ke rumah karena menerima pesan masuk dari devina.

"Sejak kapan dia datang?".

"Sepertinya sudah hampir setengah jam dia masih berdiri disana mbak".

"Usir saja dia. Gue gamau lihat dia lagi. Siapapun nanti yang nyari gue bilang kalo gue gak ada dirumah. Kecuali feby. Lo tau kan feby?".

"Iya mbak".

Setelah itu bodyguard tersebut mengusir paksa arsen, namun arsen tetep kekeh berada disana sampai devina datang.

"Lo gak kasihan sama dia?". Tanya rio yang melihat arsen di usir secara paksa oleh para bodyguardnya.

"Biarin rii, ini demi kebaikan dan ketenangan dia. Sudah cukup rasanya gue jadi beban buat orang sebaik arsen". Ia masih melihat arsen dari balik jendela kamarnya bersama rio.

"Tapi dia tulus dev sama lo".

"Di dunia ini ga ada yang tulus rii. Semua bakal berubah seiring berjalannya waktu".

"Lo lupa gimana perjuangan arsen buat nemuin lo pas dulu diculik?". Devina hanya terdiam dan mencoba tidak mengulang ingatan itu kembali.

"Dia sampai ditampar bunda gara - gara bunda nyalahin dia. Terus dia sampai luka - luka dan baju penuh darah dia tekati buat ke rumah sakit. Sampai dia demam dan masuk rumah sakit kan?". Devina masih saja terdiam menatap ke luar jendela.

"Gue tau dia baik rii, gue yang gak baik buat dia".

"Lo jangan terlalu keras sama diri lo sendiri. Mau sampai kapan lo sembunyi dari arsen?".

"Gatau rii".

"Gue saranin secepetnya lo temuin dia. Ajak dia balikan".

"Tapi gue ngerasa gak pantes buat orang sebaik dia".

"Astaga dev, mau gimanapun lo gak bisa hidup sendirian. Beberapa tahun lagi entah itu kapan lo harus nentuin jalan hidup lo untuk menghabiskan hari tua lo dengan siapa. Jadi jangan salah pilih". Rio melangkahkan kakinya dan berjalan keluar dari kamar devina.

EccedentesiastWhere stories live. Discover now