Bestie

54 10 0
                                    

"Arsen...". Teriak wikan dari luar rumah arsen.

"Apasih kan".

"Berangkat bareng yuk. Mobil gue dipakai bokap".

"Naik motor?".

"Boleh".

"Mobil aja ya".

"Kenapa?".

"Lo kalo kena panas suka ngeluh".

"Ah, tau aja lo".

"Yaudah. Lo tunggu aja di mobil. Gue siap - siap dulu". Wikan pun masuk kedalam mobil arsen. Sementara arsen masih bersiap - siap untuk berangkat ke kampus.

"Udah?". Tanya wikan kepada arsen yang baru saja masuk ke dalam mobil.

"Udah. Berangkat sekarang apa besok?".

"Taun depan aja deh sen".

"Keburu lo udah punya cucu". Wikan pun tertawa mendengar ocehan receh arsen.

Mereka berbincang - bincang ketika di perjalanan. Dan selalu ada aj yang di bicarakan seperti tidak ada habisnya topik pembicaraan.

"Gimana irisa?". Tanya wikan sambil menatap jalan di depan.

"Kemarin gue habis ngasih dia kalung".

"Mahal pasti".

"Enggak cuma 2 jutaan aja kok".

"Whattt!! Sen. Plis segitu itu mahal woilah".

"Gakpapa sih. Kalo orang udah sayang mah gitu kan".

"Sayang sama bego beda tipis ya emang. Tapi irisa udah nerima lo?".

"Gue ngasih waktu sampe hari minggu doang buat jawab".

"Lah greget gue sama lo. Kalo ntar lo ditolak gimana?".

"Diterima lah pasti. Orang dia nya cuma nyaman sama gue".

"Awas aja di tolak. Gue bakal ngetawain lo".

"Rese lo kan".

Sesampainya di kampus devina tengah sedang mengobrol dengan william dan iskak di taman depan kampus.

"Tumben devina ngobrol sama mereka". Gumam wikan sambil melihat devina dsri jauh.

"Ngapain tu bocah sama temen - temen gue". Arsen dan wikan pun menghampiri mereka.

"Eh, wikan". Ujar iskak menyapa wikan yang baru saja datang.

"Wikan doang yang disapa". Ujar arsen.

"Jyjyk mas mau nyapa kamu". Ledek william.

"Ih najis lo". Jawab arsen sambil melempar tasnya ke william.

"Anjir dilempar tas mahal dong gue".

"Norak lo yam". Timbrung iskak.

"Kayaknya ada yang udah akur nih". Iskak mencoba menggoda arsen sambil melihat ke arah devina dan arsen.

"Siapa?". Tanya arsen bingung.

"Ya sama sebelah lo lah. Siapa lagi". Arsen pun menatap devina dan devina pun juga menatao arsen.

"Dih. Apaan sih. Dah lah. Yam, ntar bawain tas gue ke kelas". Ujar arsen yang pergi begitu saja.

"Woy arsen mau kemana lo". Teriak william namun diabaikan arsen.

Waktu terus berputar, hari demi hari juga telah di lalui. Malam minggu selalu dinanti. Sebab irisa, wikan dan devina pun ada janji untuk main ke rumah irisa.

"Assallamualaikum. Risaaa". Teriak devina dari luar rumah irisa.

"Bego banget sib dev. Rumah segede ini mana denger kalo lo teriak".

EccedentesiastWhere stories live. Discover now