Pernyataan yang menyakitkan

25 4 0
                                    

Pagi - pagi buta sekali sudah banyak sekali laki - laki dengan postur badan tinggi, tegap dan gagah. Seperti apa yang rio cari, saat devina dan friska keluar dari dalam rumah. Ia melihat rio seperti komandan jenderal bintang 3 yang memimpin para pasukannya.

"Oke, jadi gini saya akan seleksi dulu kalian satu per satu. Mulai dari latihan fisik, mental dan terkahir pengalaman". Ujar rio bak ala - ala komandan dengan suara yang lantang dan sorot mata yang tajam.

Disana mungkin ada 32 personil satpam dan bodyguard. Padahal rio hanya membutuhkan kurang lebih 25 orang saja. 7 untuk berjaga dirumah, 10 untuk bodyguard penjagaan extra devina, 5 buat ngawal friska dan yang terakhir 3 buat ngawal rio.

"Lebai amat deh ri". ujar devina lewat di samping rio dan menggeplak lengannya.

"Baik, itu adalah adik saya yang haru kalian jaga. Tapi saya sudah bicara sejak awal. Kalau ini masih tahap seleksi. Gaji kalian nanti juga sudah saya atur jadi tenang saja". Rio akan memberi gaji mereka 5-7 juta / bulan. Tergantung situasi dan kondisi juga nanti.

Rio tidak main - main memberi gaji mereka semua di atas UMR. Sebab ia telah berhasil mengembangkan bisnis cafenya yaitu jawanesse. Yang sudah menyebar di berbagai kota. Kurang lebih sudah ada 12 cabang cafe milik rio.

Yang terletak di jaksel, kemang, jaktim, jakpus, tangerang, jogja, semarang, bogor, bali, lombok, solo dan surabaya.

Tidak luput angga juga ikut andil membantu rio  untuk mengembangkan cafe miliknya. Di lombok angga juga selalu melihat perkembangan para pekerja yang mengerjakan perbaikan cafe rio agar lebih luas dan nyaman. Jadi disana angga mengerjakan 2 pekerjaan sekaligus.

Cafe ndagelicious angga disini pun juga masih selalu ramai pengunjung dan buka 24 jam. Sangat bangga sekali friska memiliki anak - anak yang pinter berbisnis seperti dirinya.

Tidak dengan devina yang tidak ada selera untuk berbisnis. Dia kuliah saja ambil jurusan musik. Padahal dulu friska dan angga menyaranakan mengambil jurusan dokter kalau tidak ya psikolog.

Namun karena saat itu devina masuk ke jurusan etnomusikologi. Karena jurusan psikolog sudah melebihi batas kuota yang mendaftar. Padahal kampus hanya merima 18 mahasiswa saja untuk jurusan psikologi. Namun karena banyak peminatnya, dan devina juga sedikit terlambat melakukan pendaftaran akhirnya ia masuk ke jurusan musik saja.

Awal ya friska memarahinya karena mau jadi apa dia kalau ambi jurusan musik. Melihat rio yang jurusan managemen S1 di luar negeri, angga S3 jurusan ekonomis bisnis. Sementara devina melenceng jauh dari kedua kakak - kakaknya.

"Kamu nanti malam ada acara?". Tanya arsen yang duduk di sebelah devina. Di taman kampus yang selalu mereka singgahi.

"Ga ada. Aku juga males keluar rumah". Jawab to the point dari devina. Arsen hanya mengangguk dan langsung mengalihkan topik.

"Tadi aku lihat ramai banget di dalam halaman rumah kamu. Ada apa?". Tanya arsen yang kebetulan mobilnya hanya berhenti di depan gerbang devina. Karena arsen sudah banyak sekali manusia yang berkerumanan membentuk barisan disana.

"Biasa, itu ulah bang rio".

"Kenapa dia?".

"Mau nyari satpam sama bodyguard".

"Kamu nanti juga kemana - mana dikawal bodyguard?".

"Males apalagi aku gak suka rame - rame. Bisa pusing".

"Aku kan tiap hari selalu jadi bodyguard kamu".

"Sen, kalo suatu saat nanti aku menghilang kamu gapapa?". Tanya devina dengan manatap lekat mata arsen yang sedari tadi mengagumi wajah devina diam - diam dari samping.

EccedentesiastWhere stories live. Discover now