Inilah Hidupku yang Berantakan

40 4 0
                                    

Tuhan, bisa kah Kau sedikit memberiku ruang untuk menempatkan bahagia pada seseorang?.
Maaf jika aku mematikan nyawaku sendiri dan melawan takdir yang seharusnya masih ada skenario lagi yang harus aku lewati.
Bukannya aku ingin benar - benar mati, tapi aku hanya ingin mengakhiri rasa sakit yang aku rasakan ini.
Sangat menyayat sampai ke tulang bagaimana perihnya luka hari ini.
Cinta pertama hingga cinta sejati kurasa tak pernah ada di skenario hidupku.
Mungkin aku terlahir hanya sebagai obat untuk mereka.
Tapi aku tak menemukan obat untuk diriku sendiri.
Tuhan, peluk aku sebentar saja. Aku sudah sangat lelah.

Devina masih belum sadarkan diri setelah perutnya selesai dijahit oleh dokter. Beberapa kantong darahpun juga sudah habis untuk menyelamatkan nyawanya yang sudah diambang kematian.

"Dok, bagaimana kondisi adek saya?". Tanya angga langsung berdiri dari tempat duduknya setelah dokter keluar dari ruangan yang devina tempati.

"Kondisi adek mas masih belum sadarkan diri, lukanya pun terlalu lebar jadi banyak darah yang harus ia butuhkan untuk menyelamatkan nyawanya. Untung saja lukanya tidak sampai mengenai bagian jantung. Jadi saya harap mas bersabar dulu. Saya permisi". Dokter tersebut kembali melangkahkan kaki untuk memeriksa pasien yang lain.

"Ini semua salah papa ngga, papa mohon maafkan papa ngga. Papa yang seharusnya berada di sana bukan devina". Ujar andre kembali menangisi kondisi devina yang terbaring di ranjang rumah sakit.

"Udahlah pa, minta maaf terus gak akan bisa memperbaiki semuanya!". Angga sudah tersulut emosi dengan andre, padahal dia anak yang selalu sabar menghadapi andre dan tidak pernah sedikitpun membentak kedua orang tuanya.

Tapi kali ini angga merasa kesal dengan papanya. Bayangkan saja ayah seperti apa yang tega menyakiti anaknya sendiri sampai seperti ini. Dan parahnya lagi bukan hanya menyakiti hati anaknya saja, ia juga menyakiti hati perempuan lain dan bahkan merusak cinta tulus yang baru saja devina dapatkan lewat hadirnya arsen.

"Lebih baik papa pulang sekarang, daripada angga semakin marah liat papa disini!". Ujar angga sedikit ketus tanpa menatap wajah andre sedikitpun.

"Yasudah kalau kamu menyuruh papa buat pergi dari dari sini ngga. Papa pamit pulang dulu. Kalau ada apa - apa bilang ya sama papa".

"Angga gak butuh apa - apa lagi dari seseorang yang disebut papa".

"Baiklah ngga, papa pamit pulang". Dengan rasa bersalah yang amat luar biasa dan rasa sakit yang mendalam. Andre terpaksa pulang karena tidak ingin jika harus membuat keributan lagi di rumah sakit.

Setelah kepergian andre, angga keluar sebentar untuk mencari angin malam. Dia pergi sampai ke rooftop rumah sakit untuk melampiaskan amarahnya juga rasa kesel di dalam hatinya.

"AAAAAAAAAAAAAA". Angga berteriak sekencang - kencangnya di atas roftoop. Amarahnya meledak sampai ia meneteskan air mata yang sesari tadi tidak bisa di bendung lagi.

Ia merasa sangat lelah harus menggantikan peran ayah di keluarganya sendiri. Ia sampai di titik pasrah dengan apa yang nantinya terjadi oleh devina.

Otaknya sudah tidak bisa berfikir jernih lagi, ia terduduk lemas dan membiarkan angin menyapu wajahnya yang basah terkena air mata.

Angga juga manusia. Biarpun ia laki - laki, ia juga memiliki rasa lelah. Pundaknya sudsh begitu banyak menanggung beban dan masalah yang ada di keluarganya.

Kali ini angga benar - benar hampir kehilangan kewarasannya. Di dalam otaknya ia juga ingin mengakhiri hidupnya. Namun di hatinya masih ada devina dan friska. 2 orang yang sangat ia cintai. Ia masih mengandalkan logikanya agar tetap hidup.

EccedentesiastWhere stories live. Discover now