Psikoterapi

35 4 0
                                    

Waktu berjalan begitu cepat. Malam telah menggantikan siang. Senja kali ini enggan menampakan diri. Cuaca sedang tidak bersahabat. Beberapa kali guruh terdengar menggema dan kilatan cahaya beberapa kali membuat daya tarik mata untuk melihatnya.

Sesampainya ditempat dokter chaterin, devina dan friska memasuki ruangan yang seperti biasa dulu devina tempati.

"Halo dev. Gimana kabarnya?".

"Baik dok".

"Oh iya rin, titip devina sebentar ya. Ini tiba - tiba ada pesan dari orang kantor kalau berkas kerjasama ke kuala lumpur mendadak hilang".

"Yaudah fris gapapa, nanti devina biar disini dulu atau bisa juga nanti aku anterin pulang".

"Yaudah rin makasih ya. Dev, maafin bunda ya. Kali ini bener - bener genting banget ada sedikit problema dikantor. Kamu disini dulu ya nanti bunda kabarin lagi".

"Yaudah bun gapapa".

Friska meninggalkan tempat dan kini ia segera menuju ke kantornya. Devina kali ini harus tetap disana dan melakukan psikoterapi bersama chaterin.

Setelah psikoterapi selesai, devina masih duduk diruangan chaterin kurang lebih 20 menit. Dirasa sangat gabut, devina menghubungi arsen untuk menjemputnya. Kali ini ia menghilangkan gengsinya karena arsen sendiri yang kemarin meminta untuk menemaninya jika friska tidak bisa menemaninya.

"Dev kamu mau makan dulu? Nanti biar dokter yang beliin buat kamu gimana?".

"Makasih dok tapi nanti aja devina belum laper".

"Oh yasudah nanti kalo ada apa - apa bilang ga sama dokter".

"Iya dok".

Setelah menunggu cukup lama, arsen tiba di tempat devina psikoterapi. Arsen sedang mencari ruangan yang devina tempati.

"Permisi dok, devinanya ada di dalam?". Tanya arsen yang baru saja sampai.

"Anda siapanya devina ya?".

"Eh, itu temen devina dok. Tadi devina suruh jemput kesini". Tiba - tiba devina datang dan menimbrung percakapan mereka.

"Temen kamu dev?. Kamu mau pulang ?."

"Iya dok. Devina pamit dulu ya".

"Yasudah kamu hati - hati dijalan ya. Obatnya jangan lupa diminum dengan teratur".

"Siap dok".

Arsen dan devina menuju ke mobil. Sesampainya di dalam mobil. Devina hanya berdiam diri dan menatap kosong ke jalan.

"Lo kenapa?". Tanya arsen yang menyadarkan lamunan devina.

"Sampai kapan gue gak gini lagi".

"Lo pasti bisa ngelewatin semuanya".

"Gue gak sekuat itu. Kadang gue cape harus minum obat - obatan mulu".

"Lo liat gue". Devina menatap mata arsen yang kini berada di sebelahnya.

"Lo pasti bisa sembuh, lo pasti bisa keluar dari rasa takut lo selama ini. Inget masih banyak orang yang menanti lo untuk bangkit di luar sana".

"Maaf sering ngerepotin lo juga". Devina menundukkan pandangan kembali.

"Enggak, lo sama sekali gak pernah ngerepotin gue. Sekarang lo makan ini dulu". Arsen seperti biasa memberikan roti dan susu kesukaan devina.

"Kenapa lo selalu bawain ini?".

"Gue bisa bawain apa yang lo mau lebih dari ini".

"Tapi ini udah terlalu sering".

"Asal bisa bikin lo bahagia gue bisa ngelakuinnya setiap hari".

EccedentesiastWhere stories live. Discover now