ᵖʳᵒˡᵒᵍ

87.4K 3.8K 118
                                    

"Mereka serasi, ya?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Mereka serasi, ya?"

Pertanyaan dari seorang perempuan paruh baya itu, membuat remaja perempuan di sampingnya menoleh. Senyuman di bibirnya perlahan memudar. "Serasian juga sama Qira," guraunya.

Saat ini mereka sedang berdiri di teras rumah, sambil menatap sepasang remaja yang sedang mencuci sepeda motor, tidak jauh dari keduanya.

"Kalau kamu, serasinya sama Arze."

Perempuan remaja itu merengek, "enggak mau Bunda, Qira enggak mau sama Arze!"

"Siapa juga yang mau sama boneka Chaqi!"

Qira sedikit terhuyung ke depan, ketika Arze mendorong kepalanya dari belakang. Pemuda yang berbeda 2 tahun dari Qira itu bersedekap dada, sambil menatapnya dengan alis mengerut.

Saat melihat Qira yang berancang-ancang akan menarik rambut Arze, Naila-bunda Arze-segera berdiri di tengah-tengah mereka. "Tuh kan serasi! Biasanya yang suka berantem kaya gini, hubungannya bakalan langgeng!"

"Amit-amit!" ujar keduanya bersamaan.

"Aamiin, aamiin!" Naila berujar girang.

Mendengar ucapan Naila, Qira dan Arze sama-sama berdecak. Mereka saling memalingkan muka, membuat Naila semakin gencar menggoda keduanya.

"Re, jangan lari-lari!"

Are yang sedang mencuci sepeda motor dengan kekasihnya, segera berteriak ketika melihat adik kecilnya berlari memasuki gerbang. Are takut adiknya terjatuh, karena halaman yang sedang basah oleh bekas cucian sepeda motornya.

Rebecca tidak mendengarkan Are, gadis berusia tujuh tahun itu malah semakin berlari kencang, sambil merentangkan tangannya.

"Kak Qi!" Rebecca berteriak sambil memeluk kaki Qira.

"Yahh di panggil kaki!" Arze tertawa terbahak-bahak, mengabaikan tatapan Qira yang berubah tajam. "Kaki apa Re, kaki kuda!?"

"Ze!" tegur Naila dibarengi pukulan di bahu putra sulungnya. "Bunda masuk ya, jangan berantem!"

Setelah kepergian Naila, Qira berkacak pinggang sambil menatap Rebecca yang masing memeluk kakinya. "Beca panggilnya jangan gitu!"

Rebecca melepaskan kaki Qira, dengan bibir mengerucut. "Kak Qi juga manggilnya Beca terus. Nama aku kan, Rebecca!"

"Kamu juga gak nurut terus. Panggil kakak jangan kak Qi, tapi kak Lovie!" pinta Qira. Dia selalu kesal jika berurusan dengan Rebecca, gadis kecil itu selalu memanggilnya "Kak Qi."

"Oke, kak Lovies!"

Qira geram. Tolong tahan dia, agar tidak memutilasi gadis kecil itu. "Jangan pake ess!"

Melihat kekesalan Qira, Arze segera menarik adiknya lalu membisikan sesuatu. Kakak beradik itu saling tersenyum devil, membuat Qira was-was di tempatnya.

"Oke-oke. Mulai sekarang, Re gak akan manggil kak Qi lagi, tapi ... KAK CHAQI!"

Rebecca berteriak di akhir kalimatnya, lalu bergegas lari memasuki rumah. Sedangkan Qira menggeram di tempatnya. Arze, Are, dan kekasihnya tertawa terbahak-bahak melihat Qira yang menahan kesal.

Tawa mereka yang menggelegar, hanya membuat amarahnya semakin membuncah. Qira melepas sendal jepitnya, lalu tanpa perasaan dia memukul Arze dengan brutal.

"Qi, Qi, sakit!" Arze meringis, sambil menghindari pukulan Qira yang tidak main-main.

"Rasain!" Qira mengejar Arze yang meminta perlindungan dari Are.

Namun, Are juga tidak luput dari pukulan Qira. Kedua lelaki itu, menjadi sasaran empuk untuk meluapkan emosi Qira.

"Qi, udah kasian!" tegur kekasih Are.

"Gak bisa Xa, mereka nyebelin!"

Qira berusaha memukul Arze dan Are, yang kini malah bersembunyi di belakang tubuh Alexa.

"Qi, sumpah gue minta maaf!" Are memegang erat kedua tangan Alexa, dari belakang.

"Qi, lo baperan tau!" Arze berucap tanpa berpikir terlebih dahulu.

Qira menghentikan aksinya, dia menatap Arze yang bersembunyi di balik punggung Are. "Baperan?!"

"Gue gak ikutan!"

Melihat Qira yang berhenti, membuat Are segera memanfaatkan kesempatan. Dia menarik Alexa, menjauh dari Qira dan Arze. Dia tidak ingin ikut terseret, karena ucapan kakaknya.

"ARZE, LO ...."

Qira kembali menghampiri Arze. Namun, belum sempat dia memukul pemuda itu, Arze sudah terlebih dulu berlari. Mereka saling mengejar, mengelilingi sepeda motor milik Are yang baru selesai di cuci.

"Qi, maaf deh. Maaf!"

"Gak akan gue maafin!"

Sepertinya memang hari sial Arze. Saat dia mencoba menghindari Qira, dia tidak sengaja menginjak sabun colek tidak jauh dari sepeda motor Are. Suara orang terjatuh terdengar nyaring.

Qira yang melihatnya sontak berhenti. Setelah sadar dengan apa yang terjadi, Qira tertawa terbahak-bahak. Dia sangat puas melihat Arze yang terduduk sambil memegangi pinggangnya, terdengar ringisan juga dari mulutnya.

"Rasain! Aduh puas banget gue!" Qira sampai memegangi perutnya, yang terasa kram akibat tertawa terbahak-bahak.

"CHAQI!"

Summer Triangle  (Revisi)Where stories live. Discover now