38. H-2

22.8K 2.1K 130
                                    

𝚅𝚘𝚝𝚎 + 𝚔𝚘𝚖𝚎𝚗 𝚍𝚞𝚕𝚞 𝚢𝚊!シ︎

ʰᵃᵖᵖʸ ʳᵉᵃᵈⁱⁿᵍ

38. ʰ-2

Sudah H-2, Qira harus segera mencari cara agar kejadian itu tidak terulang kembali. Namun, bagaimana caranya? Qira harus memulainya dari mana? Pasya juga sedang berusaha mencari jalan, tapi itu tidak boleh membuat Qira lengah.

“Chen, lo beneran gak inget gue?”

Qira mengekor di belakang Chen. Laki-laki itu sedang mencari bunga yang cocok, untuk pesta pernikahannya. Qira yang sudah mengetahui dimana Chen tinggal, dia mengikutinya sejak tadi pagi.

“Chen,” rengek Qira sambil menarik tangan laki-laki itu.

Chen menghela nafas. Dia sudah menyumpal kedua telinganya, tapi suara Qira masih saja terdengar. “Lo siapa sih, gue beneran gak kenal!”

Qira menghentakkan kakinya kesal. “Lo pernah janji. Setelah kita balik, kita bakal tetep sama-sama, tapi sekarang apa?”

“Balik?”

“Balik ke masa depan!” kesal Qira.

Chen menggelengkan kepalanya, dia pergi meninggalkan Qira. “Kayanya serbuk sari dari bunga-bunga disini, buat lo makin gila!”

Setelah memilih bunga yang akan dia pesan, Chen pergi lagi. Masih banyak yang harus dia urus, mengingat pernikahannya akan terselenggara beberapa hari lagi.

Qira masih mengekor di belakang. Dia sibuk memikirkan, kira-kira apa yang bisa membuat Chen mengingatnya? Sesuatu yang begitu membekas dan begitu kuat. Sekeras apapun Qira berpikir, tidak banyak yang dia temukan. Sejauh mereka saling mengenal, hanya pertengkaran-pertengkaran kecil yang sering mereka lakukan.

Saat melihat zebra cross, Qira mengingat sesuatu. Tanpa aba-aba dia berlari menuju tengah jalanan. Karena kondisi jalan yang sepi, Qira memilih menunggu di sana. Kala ada sebuah mobil yang mulai mendekat, Qira berteriak, “CHENDANA JENGGALA!”

Chen menoleh. Matanya membulat sempurna, saat Qira sedang menantang maut. Dia segera berlari dan menarik Qira, hingga mereka jatuh di bahu jalan. Chen meringis, saat tangan kirinya yang melindungi kepala Qira terbentur aspal.

“Chen ....” Qira bangkit, ketika mendengar Chen meringis.

“Lo gila? Kalo mau mati jangan dihadapan gue!” bentak Chen.

Chen bangkit, mengibaskan tangannya yang terasa sakit. Beberapa kerikil menciptakan luka yang mengeluarkan darah.

“Tangan lo--”

Chen menarik tangannya lagi. Dia tidak habis pikir, mengapa dia bisa bertemu dengan perempuan nekat seperti Qira? Jika saja dia tidak bergerak cepat, nyawa perempuan itu pasti sudah melayang.

Saat Chen meninggalkan Qira, dia menunduk. Hatinya semakin sakit, saat Chen terluka karenanya. “Lo beneran udah lupa sama gue.”

“Qira!”

Qira menoleh dan menemukan Are di sana. Laki-laki itu terlihat kelelahan, dengan keringat yang mulai membanjiri wajahnya. Tapi tunggu, kenapa Are ada di tempat ini?

“Lo gak pa-pa, ada yang luka, mana yang sakit?” Are memutar-mutar tubuh Qira. Qira tidak merespon apapun, membuat Are semakin khawatir. “Lo gila, ngapain sampe lari ketengah jalan segala?!”

“Gue emang gila!” teriak Qira. “Gue gila, karena mimpi itu!”

Melihat Qira yang menangis, sambil mengacak-acak rambutnya. Are sebagai sahabat tentu merasa iba, dia tarik Qira kedalam dekapannya. Are nyaris terkena serangan jantung, saat menyaksikan Qira menantang maut di jalanan. Dia sedang berada di mobilnya, yang ada di sebrang jalan.

Summer Triangle  (Revisi)Where stories live. Discover now