21. ᵖᵘᵗᵘˢ?

26.4K 1.9K 56
                                    

ʲⁱᵏᵃ ˢᵘˡⁱᵗ ᵐᵉˡᵉᵖᵃˢᵏᵃⁿ ˢᵃˡᵃʰ ˢᵃᵗᵘⁿʸᵃ, ᵇⁱᵃʳ ᵃᵏᵘ ʸᵃⁿᵍ ᵐᵉᵐᵖᵉʳᵐᵘᵈᵃʰ ᵈᵉⁿᵍᵃⁿ ᵐᵘⁿᵈᵘʳ.

-ᵃˡᵉˣᵃ ˣᵃᵛⁱᵉʳᵃ ʳᵉⁿʲᵃⁿᵃ

ʰᵃᵖᵖʸ ʳᵉᵃᵈⁱⁿᵍ

21. ᵖᵘᵗᵘˢ?

“Lo dikeroyok siapa?” tanya Daehan yang baru memasuki kelas Are.

Nampak di ruangan itu hanya ada Are, Gaby, Lexa, dan juga Lexi. Sebagian murid yang lainnya masih asik nongkrong diluar, sebelum bel masuk berbunyi.

Kondisi Lexi sangat buruk, luka lebam menghiasi wajahnya. Lexa sempat melarangnya masuk sekolah, dan memaksa Lexi untuk pergi ke rumah sakit. Namun, laki-laki itu tidak mau karena katanya dia baik-baik saja.

Semalam Lexi sudah berusaha pulang tanpa ketahuan Lexa, tetapi dia justru sedang sial. Lexa menunggunya di ruang tamu dengan keadaan gelap gulita, membuat Lexi tidak bisa melihat keberadaannya.

Mengetahui sang kakak pulang dengan keadaan babak belur, Lexa tentu marah, kesal dan juga sedih. Setelah mengobati Lexi, Lexa terus bertanya siapa pelaku pengeroyokan itu, tetapi Lexi tidak mau memberikan jawaban.

“Pasti SMANJA!” duga Gaby.

“Dia pake helm jadi gue gak tau, tapi yang pasti Qira kenal sama orang itu,” jelas Lexi.

“Qira?” beo Are.

Lexi memang tidak bisa mengingat dengan jelas, tetapi Lexi seperti merasakan keberadaan Qira malam itu, dan juga mendengar suara yang terdengar seperti suara Qira.

“Gue yakin Qira ada di sana!”

“Mana mungkin, semalem gue sama dia!” Are tidak percaya akan pengakuan Lexi, jelas-jelas semalam dia berada di dekat perempuan itu. Walaupun dia tidak melihatnya secara langsung, tetapi Are yakin semalam Qira ada di dalam kamarnya.

“Semalam kamu sama Qira?” Kali ini Lexa bertanya.

“Iya, semalem aku sama Qira.”

Lexa pikir setelah mendapat wejangan dari Lexi, Are akan sedikit merubah sikapnya kepada Qira. Namun, Lexa salah besar. Are hanya akan mencari sahabatnya, bukan dirinya.

Suara tawa bersahutan, dengan langkah kaki terdengar memasuki ruangan. Setelahnya bel masuk berbunyi, membuat Daehan, Pasya, Lexi, dan Baim, bergegas berpamitan.

Di pintu masuk, mereka berpapasan dengan Qira dan Chen. Qira datang dengan telapak tangan di gips, membuat mereka terkejut. Daehan dengan cekatan memegang tangan Qira dan bertanya, “Qi ini kenapa?”

Qira menarik tangannya. “Ah ini? Gak apa-apa kok!”

Setelahnya Qira menarik Chen menuju kursi laki-laki itu. Saat Daehan hendak menyusul, seorang guru perempuan menghentikan dan meminta dia untuk segera memasuki kelasnya.

Saat jam pelajaran telah dimulai, Are sering menatap kearah Qira yang kini pindah tempat duduk. Tangan perempuan itu juga menjadi fokus utama tatapan Are. Mengapa Qira bisa terluka?

Di tempatnya, Qira yang tidak bisa menggerakkan telapak tangan kanannya hanya duduk diam. Di sampingnya Chen pun tidak terganggu sedikitpun.

Setelah selesai mencatat di papan tulis, guru perempuan itu mengedarkan pandangannya. Siapa tahu ada anak muridnya yang tidak mengikuti kelas dengan benar.

Summer Triangle  (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang