39. ʲᵉⁿᵍᵍᵃˡᵃ ᵈᵃⁿ ʳᵉⁿᶜᵃⁿᵃ

23.3K 2.5K 118
                                    


ᵃᵏᵘ ʸᵃⁿᵍ ᵐᵉᵐⁱⁿᵗᵃ, ᵗⁱᵈᵃᵏ ᵐᵘⁿᵍᵏⁱⁿ ᵃᵏᵘ ʸᵃⁿᵍ ˡᵘᵖᵃ.”

-ᶜʰᵉⁿᵈᵃⁿᵃ ʲᵉⁿᵍᵍᵃˡᵃ

ʰᵃᵖᵖʸ ʳᵉᵃᵈⁱⁿᵍ

39. ʲᵉⁿᵍᵍᵃˡᵃ ᵈᵃⁿ ʳᵉⁿᶜᵃⁿᵃ

Pagi ini Qira malas sekali bangun dari tempat tidurnya, dia enggan melakukan aktivitas apapun. Qira pikir ini juga bisa menjadi cara agar kejadian itu tidak terulang lagi. Dia hanya perlu rebahan tanpa pergi ke rooftop untuk minum kopi.

Lexa juga pasti hanya akan menemuinya di apartemennya, dan bisa meminimalisir jatuhnya korban jiwa. Namun, itu artinya Qira akan membiarkan Lexa tetap mengalami aksi percobaan pelecehan itu.

Qira menatap langit-langit kamarnya. Dia harus menemui Minerva, dan memintanya menghentikan ide gila yang sedang perempuan itu rencanakan. Namun, apa Minerva akan dengan begitu saja menurutinya?

Ponsel yang ada di samping Qira bergetar, terlihat panggilan dari Pasya di sana. Dengan malas, Qira menjawabnya.

“Keluar, kita harus ketemu Minerva.”

“Masuk aja, pin nya nanti gue kirim lewat SMS.”

Qira meletakkan ponselnya asal, lalu berlari menuju kamar mandi. Walaupun malas, dia tetap harus berusaha. Setidaknya untuk Lexa, yang tidak boleh mengalami lagi kejadian yang dulu.

Di pintu, yang masuk lebih dulu bukan Pasya, melainkan Abizhar yang ternyata mengikuti Pasya. Laki-laki itu ngotot ingin ikut, katanya bosan kalau harus sendirian.

“Ini Qira waktu kecil?” Abizhar mengambil sebuah pigura, dari meja dekat televisi.

Pasya yang sudah duduk di sofa hanya mengangguk. Tak lama, Qira keluar dari kamarnya. Penampilan perempuan itu terlihat segar dengan balutan kaos dengan jeans berwarna hitam, tapi wajahnya terlihat murung.

“Sayang sih, wajah secantik itu disia-siain,” komentar Abizhar. Penampilan Qira sudah bagus, tapi wajahnya memperburuk.

“Ini belatung nangka, ngapain ikut?”

“Ll-lo manggil gue apa, belatung nangka?!” tanya Abizhar. “Ganteng-ganteng gini di panggil belatung nangka, mata lo rabun?!”

“Maksa, mau ikut,” jelas Pasya, memotong Qira yang akan kembali bersuara.

“Lo bukannya belain!” marah Abizhar.

Qira sendiri sebenarnya cukup terhibur dengan kehadiran Abizhar, tingkahnya yang tidak terduga, terkadang tanpa sadar membuatnya bahagia.

Bagi Qira, Abizhar itu memang mirip dengan belatung nangka yang suka memantulkan tubuhnya. Dalam artian, Abizhar tidak memperdulikan sekitar. Orangnya ceplas-ceplos, tapi tetap menjaga perasaan orang-orang disekitarnya.

Di lain tempat, Chen memainkan cincin di jari manisnya, ada rasa ingin membuang cincin itu. Ingatannya terlempar pada kejadian kemarin, saat Qira nekat bunuh diri dihadapannya.

Summer Triangle  (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang