27. ˢᵉᵉˢᵃʷ

21.5K 2K 77
                                    

𝚅𝚘𝚝𝚎 + 𝚔𝚘𝚖𝚎𝚗 𝚍𝚞𝚕𝚞 𝚢𝚊!シ︎

ʰᵃᵖᵖʸ ʳᵉᵃᵈⁱⁿᵍ

27. ˢᵉᵉˢᵃʷ

  Qira duduk sendiri di kursinya. Dia masih duduk bersama Chen, hanya saja laki-laki itu katanya sedang pergi sebentar, entah mau kemana. Suasana kelas masih tampak sepi, karena waktu yang memang masing sangat pagi.

Tangan Qira sudah tidak mengenakan gips. Namun, bukan berarti tangannya sudah sembuh seperti sedia kala. Dia masih belum bisa terlalu lama mengenakan tangan kanannya, rasa sakit masih terasa jika dia terlalu memaksakannya.

Ada yang berbeda dengan tampilan Qira pagi ini. Rambut sepunggungnya di biarkan tergerai, bahkan sengaja dibuat menutupi pipinya yang masih terlihat memerah. Tamparan Are kemarin masih bisa dia rasakan.

“CHAQI!”

Qira menatap orang itu sekilas. Daehan yang berteriak datang bersama Gaby, Pasya dan Baim. Are dan Lexa? Entahlah, mungkin masih asik berduaan.

“Wih ada yang cantik. Siapa nih, murid baru?” goda Gaby.

Pasya dan Baim memilih duduk di hadapan Qira, sedangkan Daehan di sisi kiri Qira dan Gaby yang berdiri di sisi Daehan.

“Qira, Chen di mana?” Pertanyaan Baim membuat Pasya seketika menatap wajah Qira.

Pasya teringat pembicaraannya bersama Baim di perpustakaan. Ucapan Baim berhasil meracuni otaknya, membuat Pasya sedikit mencurigai keberadaan Chen. Kedekatannya dengan Qira juga menjadi tanda tanya besar di kepala Pasya.

Qira tatap mata Baim. “Keluar. Mau apa lo nyari dia?”

“Gak pa-pa!” Baim menggeleng. “Qira tahu?”

“Tau apa?” tanya Daehan.

Menatap Daehan dan Qira bergantian, Baim mulai memajukan kepalanya. “Chen punya kep--sakit!”

Baim meringis saat pahanya di cubit Pasya. Saat Baim menatapnya, laki-laki itu nampak memberi kode agar Baim tidak membicarakan apa yang ingin dia beri tahu tentang Chen.

“Sakit apa?” Gaby tatap Baim, membuat yang ditatap gelagapan.

“I-itu katanya Chen tadi sakit perut!” kata Baim gugup. “Iya sakit perut.”

“Kapan lo ketemu Chen?” Seingat Daehan. Sejak sampai di sekolah, dia dan Baim selalu bersama dan mereka tidak sekalipun berpapasan dengan Chen.

Baim melirik Pasya, dia meminta bantuan lewat kode dari matanya. “I-itu ....”

“Lupain!” lerai Pasya. “Lo kenapa gak duduk sama Lexa?”

Bersamaan dengan pertanyaan Pasya, di ambang pintu Are dan Lexa baru saja masuk. Tentu atensi keduanya langsung tertuju pada kerumunan di meja Qira. Are ingin menghampiri Qira, tetapi dia teringat nasehat dari Bundanya.

Semalam setelah bertengkar dengan Qira, Are pulang dengan keadaan kacau. Hal itu membuat Nayla bertanya, “kamu kenapa?”

“Are nampar Qira, Bun!” aku Are semalam.

Nayla terlihat terkejut. “Kenapa kamu bisa hilang kendali?”

“Are cuma gak suka karena Qira berubah, dia gak anggap Are sahabat lagi. Harusnya sekarang Are yang marah, dia yang ngerubah hubungan kita jadi rumit, Bunda!”

Summer Triangle  (Revisi)Where stories live. Discover now