14. ˢᵖʸ

17.5K 1.6K 12
                                    

ʸᵃⁿᵍ ᵏᵃᵐᵘ ᵈᵉⁿᵍᵃʳ ᵇᵉˡᵘᵐ ᵗᵉⁿᵗᵘ ᵇᵉⁿᵃʳ.

-ᶜʰᵃᵠⁱʳᵃ ˢʰᵃⁱᵐᵃ ˡᵒᵛⁱᵉ

ʰᵃᵖᵖʸ ʳᵉᵃᵈⁱⁿᵍ

14. ˢᵖʸ

Sejak kejadian di rooftop, Qira terus memikirkan bayangan-bayangan yang dia lihat. Rasanya setiap dia menutup mata, bayangan itu hadir sebagai mimpi buruk. Setiap mengingatnya, Qira selalu merasa dadanya di tekan oleh beban tak kasat mata.

Sesak. Qira seperti merasa setiap udara di sekitarnya menjauh secara tiba-tiba. Sekarang, Qira semakin takut untuk kembali ke masa depan. Dia takut bayangan itu bukan hanya ilusi, yang di ciptakan oleh Chen.

Sudah berulang kali Qira menghubungi Chen untuk meminta penjelasan. Namun, laki-laki itu seperti dengan sengaja menghindarinya. Chen tidak membalas maupun merespon panggilan nya.

Maka, di sinilah Qira saat ini. Dia duduk di sebuah kursi beton yang ada di tempat bermain, tempat yang sering Chen dan teman-temannya jadikan markas. Berbeda dengan terakhir kali dia datang, sekarang tempat ini sepi.

Hanya semilir angin sepoi-sepoi yang menemani Qira di siang yang terik ini. Dia sudah menunggu kurang-lebih 2 jam, tetapi Chen tidak kunjung menunjukan batang hidungnya.

Qira tentu sudah meminta Chen agar menemuinya di tempat ini. Namun, seperti yang sudah di katakan. Chen tidak merespon. Walaupun seperti itu, Qira yakin Chen telah membaca pesannya.

Di menit-menit akhir sebelum tepat 3 jam, sebuah sepeda motor datang. Qira bangkit dengan perasaan senang, dia kira itu Chen. Sayang, Qira harus menelan kekecewaan setelah melihat orang itu turun dari sepeda motornya.

Ganesha. Laki-laki itu yang datang menghampiri Qira. Ganesha berjalan pelan, sambil mengacak rambutnya. Jika ada para perempuan alay yang sering Qira temui di sekolahnya, mereka akan memekik tertahan saat melihat Ganesha.

Rambut hitam agak panjang terbelah samping terlihat mengkilap saat terkena sinar matahari. Tubuh proposional yang di balut kaus putih, dengan celana jeans hitam. Ganesha tergolong kaum goodlooking.

“Mana Chen?” tanya Qira cepat.

“Chen saha?” Ganesha berekspresi dengan menaikan satu alisnya.

Qira berdecak. “Chendana Jenggala!”

Ganesha membulatkan mulutnya, sambil mengangguk mengerti. Dia tidak lantas menjawab, melainkan duduk di tempat Qira  beberapa waktu lalu.

Qira menggeram di tempatnya, saat melihat Ganesha yang bersikap menyebalkan. Laki-laki malah menyalakan satu batang rokok dan menghisapnya dengan santai, tidak peduli pada Qira yang sudah menginginkan jawaban.

Melihat satu botol air mineral yang tersisa setengah, tidak jauh dari tempatnya. Qira mengambilnya, dan langsung menuangnya ke atas kepala Ganesha.

“ANJING!” pekik Ganesha menjauhkan kepalanya, agar air tidak menetes di bajunya. Walaupun sebenarnya percuma, karena sebagian bajunya bahkan sudah basah.

“Qi anjing lo!” Ganesha menatap marah kepada Qira, yang malah membuang muka dengan kedua tangan terlipat di dada.

“Chen nya lagi sama Minerva.” Ganesha bangkit dari duduknya, kemudian menyisir rambutnya ke belakang. “Ganesha di minta nemenin Qira dulu.”

Summer Triangle  (Revisi)Where stories live. Discover now