42. ᵉⁿᵈ?

24.9K 2K 205
                                    

𝚅𝚘𝚝𝚎 + 𝚔𝚘𝚖𝚎𝚗 𝚍𝚞𝚕𝚞 𝚢𝚊!シ︎

ʰᵃᵖᵖʸ ʳᵉᵃᵈⁱⁿᵍ

42. ᵉⁿᵈ?

“Pasien mengalami mati otak.”

Mereka yang ada di sana merasa dunianya runtuh, nafas dan jiwanya direnggut. Lexa bahkan tidak bisa lagi menahan bobot tubuhnya. Dia ambruk, beruntung Lexi menahannya.

Qira kembali menatap ke dalam, Are dengan berbagai mesin yang menunjang kehidupannya. Dia bangkit perlahan, lalu masuk bersimpuh tepat di samping Are. Qira genggam tangan sahabatnya, dengan mata berderai. Apa ini semua salahnya?

“Are bangun ....”

Qira tidak mampu melihat sahabatnya sejak kecil, terbaring tak berdaya karenanya. Karena keegoisannya yang ingin mengubah masa depan, sekarang Are yang harus menjadi korban.

Jika tahu Are akan menggantikannya, Qira akan memilih mati. Lebih baik dia yang pergi, daripada harus sahabatnya.

“Are ....” Qira mengguncang tubuh Are.

Qira yang menumpukan kepalanya di tangan Are tiba-tiba ditarik, paksa hingga nyaris kehilangan keseimbangan. Belum cukup sampai di situ, sebuah tamparan kembali mengenai pipinya.

“Kamu puas!?” bentak Lexa. “Sekarang Are kaya gini gara-gara kamu!”

“Mbak tolong tenang, ini rumah sakit!” seorang suster mencoba menenangkan Lexa.

Lexa tidak peduli. Dia kembali mendekati Qira, lalu mencengkram rahangnya. “Kenapa harus Are? Kenapa semuanya terjadi gara-gara kamu!?”

“Lexa sudah!” Ahsan datang, mencoba menarik Lexa.

“Xa. Bunda tau kamu sedih, tapi jangan seperti ini!” Nayla berdiri dihadapan Lexa, sambil menggenggam kedua tangan calon menantunya. “Ini bukan salah Qira.”

Nayla memang bersedih, tapi dia harus berpikiran positif. Semuanya takdir, tidak ada yang bisa mengubahnya. “Bunda tidak mau, kedua putri Bunda saling menyalahkan!”

“Bukan salah dia?” Lexa menunjuk Qira. “Gara-gara dia minta Are pulang, kecelakaan itu terjadi!”

“Ini takdir, kamu harus bisa terima!”

“ENGGAK ADA YANG NAMANYA TAKDIR--”

Belum sempat Lexa menutup mulut, sebuah tamparan melayang di pipinya. Melihatnya, Lexi datang melindungi sang adik. “Sepertinya Bunda lebih memilih perempuan itu, daripada calon menantu Bunda sendiri!?”

Nayla hanya refleks. Dia menatap telapak tangannya, lalu menatap Lexa yang semakin terisak. “Lexa, Bunda--”

“Sudah cukup!” Lexi membawa Lexa mundur. “Hubungan ini berakhir di sini!”

Saat Lexi mencoba membawa Lexa pergi, adiknya itu terlihat keberatan. Terlihat dari tatapannya yang tidak lepas dari Nayla, tetapi sekuat apapun Lexa mencoba bertahan, tarikan Lexi begitu kuat.

Setelah semua yang terjadi, Qira menjatuhkan tubuhnya. Dia bersandar pada dinding, lalu memeluk lututnya sendiri. Semua terjadi karena dirinya.

Perubahan yang Qira harapkan akan menjadi lebih baik, justru menjadi lebih buruk. Banyak kehancuran yang dia sebabkan. Setelah ini, Qira tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.

“Ini salah gue, salah gue ....”

Nayla menoleh saat mendengar suara lirih ketakutan. Dia segera menghampiri Qira, kemudian memeluknya. “Bukan salah kamu, sayang.”

Summer Triangle  (Revisi)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin